[6]: Manis

293 17 4
                                    

Entah sejak kapan, Raja menjadi pembandel seperti ini. Apakah aku baru tau, karena aku baru di hidupnya.

Oh mungkin dia memang seperti ini. Tapi aku saja tidak tau.

Raja meringis kesakitan saat aku dengan sengaja menekan sedikit luka di sudut bibirnya.

"Aw- kok kasar sih."

"Berantem berani, di tekan dikit aja udah sakitan gini." Kataku sambil mengompres luka di sudut bibir juga di pelipisnya. Ini tidak sekali, Akhir-akhir ini raja sering berkelahi, Kalau di tanya jawabnya pasti, "Tes kejantanan."

"Kenapa sih lo susah di bilangin?" Aku hampir saja menangis. Dan aku tau raja melihatnya.

"Raya nangis?" Tanyanya. Aku menggeleng lalu menyeka bendungan air selanjutnya yang akan titik.

"Raya marah?" Tanya nya lagi.

"Tanya sekali lagi, obatin sendiri nih luka." Ancamku, Raja memang tidak bisa diam.

"Gue seneng lo perhatian sama gue, makasih Maimunah!" Aku melotot nyaris copot. Mendengar Raja menyebutku 'maimunah'.

"Ih, kok maimunah sih?!" Aku memukul lengan Raja. Dia hanya menyengir tanpa dosa.

"Raja minta maaf, udah bikin maimun- eh Raya khawatir." Ralatnya, Aku menahan tawaku agar tidak keluar.

Aku tidak menjawab. Kenapa Raja bisa semanis ini? Aku tidak tahan ingin menjambak muka polosnya itu.

"Raja Janji gak akan ngulangin lagi." Raja mengambil paksa jari kelingkingku, lalu di satukannya sendiri.

Maafkan Aku Raja, Aku begitu karena aku takut kamu kenapa-napa.

****

Raja gakpapakan?

Ilusi Tak BertepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang