[8]: Kepala Batu

268 16 4
                                    

Semenjak Raja ada, aku selalu senang. Karenanya, Aku mempunyai alasan untuk tersenyum.

Dia adalah kebahagiaanku, jadi kalian tidak boleh jatuh cinta padanya! Karena Aku cemburu.

Raja menatapku, Aku hanya pura-pura tidak melihatnya. Padahal mataku tidak henti-henti meliriknya.

Aku kesal. Dia bersama Perempuan di sana. Di tambah lagi aku tidak tau siapa dia. Entahlah, aku tidak pernah melihatnya sebelumnya, atau aku memang anti-sosial sehingga aku tidak tau kalau ada murid baru.

Sampai aku berjalan melaluinya, Aku hanya memegang kencang tali ransel di badanku.

"Hai, Maimunah!"

"Sendiri aja neng, abang temenin yak," Goda raja.

Aku tersenyum kecut. Melting.

Raja menghentikanku, dia berada di depanku,sambil merentangkan tangannya. Aku tau ini lebay, tapi memang benar adanya.

"Lo pulang sama gue, maimunah!" Kata raja posesif.

"Gue gak mau?! Dan nama gue bukan maimunah!" Tantangku.

"Yaa..kalau gak mau harus mau! Raja bisa melakukan apa saja, termasuk mengganti nama lo menjadi maimunah." Dia menarik tanganku, Sangat menyebalkan bukan?

Aku hanya mengikut. Bukan apa-apa, saat ini aku hanya malas beradu mulut dengan laki-laki ini.

Perempuan yang tadi bersama Raja mengejar kami. Dia menarik Raja, "Raja mau kemana?" Tanyanya.

"Gue ada urusan, Sana pulang." Begitu kata raja, Aku berusaha untuk tidak kepo dengan mereka. Tapi tetap saja aku sangat ingin tau.

Raja menyuruhku untuk naik ke motornya. Aku tidak mau langsung naik begitu saja, tadi kan ceritanya aku lagi melting.

Raja harus membujukku.

Ilusi Tak BertepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang