[16]: Izin

210 15 0
                                    

Aku memeluk Raja. Menenggelamkan wajahku di dada bidang Raja.

"Kenapa sih lo susah di bilangin?!"

Aku sudah tidak bisa menahannya lagi. Aku terisak membasahi seragam Raja.

Sebut saja aku cengeng. Tapi aku yakin jika kalian ada di posisiku. Kalian akan melakukan hal yang sama.

"Gue pernah bilang, gue adalah sandaran lo saat lo sedih. Tapi lo gak pernah gunain kesempatan yang gue kasih." Kata raja sambil merapikan rambutku.

"Maaf," Lirihku.

"Aku mau tanya sama kamu," kata Raja menatapku, Aku berusaha memalingkan pandanganku. Tapi sialnya Raja mengunci pandanganku.

"Kapan kamu mengijinkanku masuk dalam hidupmu?" Ucapnya tenang meremas tanganku.

"Kamu sudah masuk dalam hidupku." Kataku.

"Aku juga sudah mengijinkanmu masuk dalam hidupku, Jangan menangis sendirian. Itu sama saja kamu tidak mengijinkanku memasuki hidupmu." Sialnya, Sekarang Raja membuatku bungkam sejenak.

"Sebelumnya aku tidak pernah membagi kesedihanku kepada orang lain."

*****

Kesenanganku memang kesenanganmu.

Tapi kesedihanku biarkan aku saja.

Ilusi Tak BertepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang