[24]: Kita, hanya Cerita

356 17 1
                                    

"Ray, Ayok! Bel udah bunyi, lo inget kan abis ini Bu Nani yang masuk. Habis lo sama dia."

Terlihat ada dua perempuan di taman sekolah. Namanya Raya dan Rani.

"Lo ngapain sih? Abis nangis?" Rani melihat Mata sahabatnya sedikit merah. Raya segera menutup macbook di pangkuannya.

"Ah, gak. Gue bikin cerita lagi di macbook entar baca ya," kata Raya. Sialnya, Raya Hanyut dalam cerita yang dia karang sendiri.

Bagaimana bisa, dia baper sama cerita yang baru saja ia tulis. Benar-benar memalukan.

"Okedeh,"

"Tapi kali ini beda, Gue pake nama asli, gak samaran." Rani terkejut.

"Eh gak salah? Jangan bilang si kaka kelas alias Raja lo itu ada di cerita lo." Rani mengarahkan telunjuknya ke arah wajah Raya.

Raya hanya menyengir."Lo juga ada wkwk."

"Oh jadi lo nangis, karena cerita yang lo buat sendiri? Ini konyol banget ray."

"Ya.. Abis gimana, gue kalau bikin cerita pasti dari hati ya gimana gak baper."

"Lo tu ya, gemesin tau gak. Males kan gue bacanya." Rani jalan lebih dulu untuk menuju kelas.

"Eh baca ya. Jangan lupa!" Teriak Raya. Raya memang seorang penulis. Dia menjalurkan bakat yang ia punya melalui macbook.

Betapa indahnya ilusi, Ilusi yang hanya ada di sebuah cerita fiksi. Raya bahkan tidak percaya akan adanya happy ending di hidupnya.

Sampai Raya tidak menyadari bahwa dia memiliki dua dunia yang sangat berbeda.

Raya berjalan jauh di belakang Rani. Karena ingin mengepung Rani, Raya sedikit berjalan cepat. Dan,

Buukk!!

Raya tersandung, "Aduhh! Kalau jalan--" Kalimat Raya menjadi tidak lengkap saat melihat siapa orang yang tidak sengaja ia peluk saat ini.

Raja Aditya. Seseorang yang menjadi tokoh utama dalam ceritanya. Seseorang yang di harapkannya untuk melihat dirinya. Sejauh ini Raja adalah kaka kelas Raya yang cuek, dingin, dan tidak peduli sama sekitarnya.

Masih dalam keadaan yang tidak berubah.

"Kalau jalan pakai hati--"

Plak! Efek ketemu doi ya gitu, otak kadang gak bener.

"Kamu gakpapa?" Raya
masih menatap Raja, tidak percaya ia akan menatap Raja dengan sedekat ini.

Dengan kesadaran yang baru sampai. Raya melepaskan pelukan yang tidak sengaja ini. Rasanya seperti mimpi saja.

"Ah iya, maaf. Aku gak papa kak." Seandainya saja seperti cerita yang ia buat, Raja yang melihatnya, Raja yang menjadi sahabatnya. Pasti akan membuat Raya melupakan semuanya.

"Oh ya sudah."

Kembali lagi pada dunia nyata. Nyatanya dalam sekejap, semua berubah seratus delapan puluh derajat. Tidak ada Raja, tidak ada cinta.

Raja dan semua yang terjadi di dalamnya ada ilusi yang hidup dan begitu nyata. Saat mata benar-benar terbuka semua itu hanya angan semata.

Semua hanya Ilusi. Raja yang sesungguhnya tidak akan pernah bisa melihatnya.

Raja akan tetap menjadi orang yang asing baginya.

-TAMAT-

Ilusi Tak BertepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang