[7]: Penyemangat

276 18 5
                                    

Tidak Seperti halnya gadis lain, yang selalu berpenampilan menarik dengan polesan make up yang pas, sikap elegan yang layaknya di sebut perempuan. Aku justru terlihat kumuh, lusuh, dan tidak menarik.

Tapi anehnya, Raja melihatku sebagai perempuan, di saat orang lain mengejekku.

Aku masih ingat, waktu itu aku terpaksa berangkat sekolah menggunakan sepeda. Jalan saat itu dalam keadaan basah, jadilah seragamku kecipratan air kotor jalanan.

Banyak siswa siswi yang menertawakanku, juga mengejekku.

Lalu raja datang sebagai penyemangat. Dia benar-benar seperti malaikat saat itu.

"Berhenti nunduk, tatap ke depan. Lo pasti bisa!!"

"Mereka yang mengejek lo, mereka hanya iri dengan apa yang lo punya."

Mataku berbinar, Aku menatapnya bingung. Emang Apa yang aku punya Raja?  Apa punyaku yang bisa membuat mereka iri? Ayo katakan.

"Gue."

Dia melihat mataku, "Sekarang lo punya gue, gue di samping lo. Jangan pernah anggap diri lo cuma sendiri menghadapi masalah, apapun itu."

Aku mengangguk, Aku ingin menangis saat itu juga. Tapi raja bilang "Di saat lo nangis, di saat itu juga orang-orang yang nyakitin lo akan tertawa."

Raja membentak nyaring mereka, seketika segerombolan itu langsung berhamburan pergi.

Di letakkannya jaket kulit berwarna hitam di pundakku, katanya untuk menutupi kotor yang ada di seragamku.

****

Aku rindu,penyemangatku.

Ilusi Tak BertepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang