6

4.4K 398 37
                                    

Guys.
Gue gak tau yah cerita ini masih banyak yang nikmatin apa nggak, tapi semoga kalian tetap suka.
_____________________________________

Aku berjalan memasuki kedai kopi yang dimaksud dosen muda tadi. Rasa nyaman dan hangat mengerumuni jiwaku sesaat setelah aku melangkah menuju meja kasir untuk melakukan pesanan. Kedai kopi dimana pun itu selalu memberikan rasa yang sama kepadaku.

Kasir yang sedang berjaga kali ini tidak asing, dia Wandi, salah satu anggota divisi di organisasi yang sama denganku. Aku memberikan senyum kepadanya.

"Hey Al. Tumben lu kesini." Sapanya setelah aku berada tepat didepan mejanya saat ini.

"Iya nih, ada dosen yang mau ketemu sama gue. Gak ngerti aing."

"Ahelah elu. Gak usah ngeles, coba jujur sama gue, lu lagi deket sama siapa?"

"Bodo ah. Gue mesen espresso dong 1, gulanya dipisahin."

"Sip bu ketua." Tawanya sambil memberikan dua jempol kepadaku. Setelah melakukan pembayaran dan mengambil sendiri minuman yang telah ku pesan, aku melangkah lebih dalam untuk mencari meja yang kosong.

Meja di sudut kedai menarik perhatianku. Aku memutuskan untuk duduk dan mengeluarkan buku bacaan yang sempat tertunda tadi. Sepertinya aku yang datang terlalu cepat atau yang punya hajat terlalu lambat, karena sampai 20 menit lebih, ibu dosen belum juga menampakkan hidungnya.

Aku memutuskan untuk pulang, buku bacaanku masukkan ke dalam tas setelah memberi tanda berupa lipatan di ujung kanan bawah kertas halaman. Belum juga aku beranjak dari meja, bunyi lonceng terdengar pertanda pintu kedai di buka. Dia baru datang, dengan raut wajah kebingungan, dia menyapu seluruh ruangan ini dan menemukan mejaku.

Aku amati langkahnya yang anggun, ekspresi wajahnya yang lelah tak sengaja ku tangkap, walaupun dia mencoba menutupinya dengan senyuman.

"Maaf banget yah Alma. Saya terlambat, hmm... 25 menit yah?" Katanya sambil melihat arloji putih yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Iya, tidak papa bu. Silahkan duduk. Ibu sudah pesan minum?" Tawarku dan berdiri bersiap untuk memesan minuman untuknya.

"Hey, kamu gimana sih? Yang harus ngomong gitu kan saya. Ini ajakan saya. Sebentar, kamu udah pesan yah?" Balasnya sambil melirik gelas yang ada di atas meja.

"Iya bu. Tadi sebelum ke meja ini."

"Sebentar, saya pesan dulu yah. Kamu tidak sedang buru-buru kan?"

"Tidak bu. Santai saja."

Dia pun melangkah meninggalkan meja menuju tempat pemesanan kopi.       Gerak gerik nya menyita perhatianku. Caranya memesan kopi seolah-olah dia mahfum segala jenis kopi. Ah, dia sepertinya tipikal orang yang masuk kategori 'cashless' . 

Setelah memasukkan kembali kartu pembayarannya, ia membawa nampan berisi segelas kopi, dan dua gelar air putih hangat, serta dua potong red velvet cake di atas dua piring kecil.

"Sorry yah Alma. Seharusnya saya yang memesan kopi buat kamu." Ujarnya sambil meletakkan sepiring red velvet di hadapanku dan duduk di kursi. Kini, posisi kami saling berhadapan membuatku lebih mudah memperhatikan detail dari keriuhan yang dia ciptakan di meja kecil ini.

"Tidak apa-apa bu."

"Oh iya, ini air hangat buat kamu. Biar kopinya netral."

"Ibu juga suka minum kopi didampingin air hangat?" Tanyaku.

"Iya. Wajib kali Al. Mau minuman apapun itu. Teh kek, jus, atau apapun harus ada air hangat."

Dia mengingatkan ku dengan seseorang.

Sekali Lagi, Tinggallah! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang