Kemarin, aku menyimpanmu dengan rapat.
Ku sembunyikan di sudut hati, berjaga-jaga jika nanti ada yang akan mengusik.
Kemarin, aku mencintaimu hingga hilang waras,
Yang ku tau pada akhirnya, perasaanku tergilas.
Kita selalu seperti ini Alma, aku mengagungkanmu atas nama perasaan.
Menjaminkan bahagiaku hanya sebatas senyummu yang tergantung.Jatuh cinta denganmu tidak pernah menjadi hal yang sederhana, tapi yang aku tau, denganmu aku tidak pernah terasa sulit.
Sayang, aku lelah mencegah hatiku untuk patah, selalu detik selanjutnya berurusan dengan air mata.Hening.
Indera pendengaranku menangkap suara yang sama terus-menerus. Irama yang senada mengulang, memekakkan telinga. Tidak ada bunyi lain selain "tit..tit..tit.."
Kepalaku merasakan pusing yang cukup kuat, ku ingin membuka mata tapi rasanya berat sekali. Aku ingin bangun dari tidurku, badanku cukup pegal, tapi entah mengapa energi seolah habis sama sekali, tidak ada tenaga sedikitpun untuk bisa bangkit dari tempat tidur.
Aku menenangkan diri sebentar, mengambil nafas secara teratur. Belaian jemari di rambutku mampu ku rasakan dengan jelas, rasa yang sudah lama tidak pernah aku miliki. Aku membuka mata dengan perlahan. Yang ada hanya buram, dan warna putih yang mendominasi. Tapi ku tau, penglihatanku masih dalam proses penangkapan gambar yang jelas, dengan samar, aku menangkap sosok wajah wanita dengan kerutan garis pertanda usia sedang melihatku begitu intens. Matanya berkaca-kaca, aku tersenyum, wanita yang ku cintai sepenuhnya kini memelukku yang berada dalam keadaan masih terbaring di kasur.
"Syukurlah Eve, kamu bangun juga."
"Ma.."
"Iya sayang. Kenapa? Ada yang masih sakit?"
"Haus."
Mama menyodorkan segelas air minum lengkap dengan sedotan panjang untukku. Aku meminumnya dalam keadaan terbaring mengingat keadaan tubuhku yang melemah. Rasanya semua menjadi aneh, terbangun dalam keadaan lelah dan ditempat ini bukanlah hal terakhir yang ku ingat.
"Ma.."
"Kenapa Eve?"
"Papa mana?"
"Lagi meeting sayang, tapi sebentar lagi pulang kok. Kamu istirahat dulu yah, gak usah banyak ngomong dulu."
"Aku mau bangun ma." Aku coba bangkit dari tempat tidur, tapi tenaga yang ku punya terasa tidak cukup.
"Dokter bentar lagi ke sini Eve."
"Iya ma."
Aku hanya bisa terbaring, dengan selang infus yang masih ada di tangan sebelah kiriku, aku mencoba kembali mengingat mengapa aku bisa berada di rumah sakit. Dan nihil, ingatanku hanya sebatas malam dimana aku menghabiskan minuman keras yang cukup banyak.
Tok.. tok.. tok..
Ketukan pintu membuat aku menoleh ke arah suara, sepasang petugas kesehatan yang ku tau dari ciri khas pakaiannya menyapa mama kemudian melangkah ke kasurku. Mengecek cairan infus yang ada, tekanan jantung dari mesin EKG, dan menulis beberapa informasi di catatan yang dibawanya.
"Bu, ternyata Eve-nya sadar lebih cepat dari prediksi kita." Dokter wanita dengan senyum ramahnya berbicara dengan mama yang dapat ku dengar walaupun samar.
Sebenarnya, kondisi dan penyakit seperti apa yang ku derita sampai diprediksi membutuhkan waktu lama untuk kembali siuman?
Mama cuma bisa tersenyum melihatku, sambil mengusap pelan air matanya. Perempuan yang sampai saat ini terus ku repotkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Lagi, Tinggallah! (Completed)
RomanceTuhan Maha Baik. Pada setiap kesalahanku, IA menitipkan malaikat sepertimu. Untuk memaafkannya.