34

2.3K 201 57
                                    

Tuhan, inikah jawaban pada harapku yang tidak putus untuk kembalikan dia.?
Inikah rasanya bagaimana hatiku kering yang menemukan mata airnya kembali?
Beginikah rasanya untuk rindu yang harus dituntaskan?
Aku dengan penuh dosa menyerahkan seluruh inginku untuk KAU kabulkan.
Aku dengan tidak sadar diri memaksaMU mengembalikan bahagiaku.
Dia, yang ku minta tiada henti, kini dalam pelukku.
Dia, yang aku janjikan tidak ada lagi kesakitan berikutnya, kini berdiri tanpa jarak denganku.
____________________________________________________

Alma POV

Aku menangis sekencang-kencangnya, tidak ada lagi ketakutan yang lain. Aku menangis untuk hal yang ku tunggu-tunggu. Aku menangis akan pengakuan yang ku nanti selalu. Aku menangis akan kenyataan bahwa, tidak hanya aku yang masih berputar akan kenanganku dengan Eve, tetapi juga perempuan yang ada dalam pelukanku sekarang.

"Aku kangen Al." Kata-katanya makin membuat air mataku mengalir begitu deras. Ruangan yang kecil ini hanya terdengar suara tangisanku yang semakin menjadi-jadi. Siapapun yang mendengarkan mungkin akan berpikiran tangisku begitu pilu.

"Aku rindu sayang." Kakiku tidak mampu lagi menopang berat tubuhku mendengarkan kalimat pamungkas dari Eve. Aku luruh ke lantai.

"Kamu...kenapa...giniin aku..." ucapku terbata-bata, susah untukku mengungkapan kalimatku diantara air mata yang mengalir, dan hidung yang terus mengeluarkan cairan. Tidak ada lagi malu yang harus ku tahan di hadapan Eve. Aku tidak tau bagaimana caranya untuk membalas setiap kata rindunya denganku.

Apa kabar aku yang rindu kepadanya terus menggila?
Apa kabar aku yang rindu dengannya setengah mampus?

"Aku minta maaf sayang." Dia melutut, memelukku yang masih terduduk di lantai. Mendekap kepalaku ke dadanya. Aku akui, aku benar-benar cengeng saat ini. Tangisku semakin pecah, aku yakin, doa-doa yang ku panjatkan mengetuk pintu langit untuk menjawab jiwaku yang kerontang, merana ditinggal Eve tanpa alasan.

Kami di posisi ini cukup lama hingga tangisku mereda. Dia mengambil kotak tisu yang ada di atas nakas. Mengambil beberapa lembar kemudian mengusapkan di wajahku, menghapus sisa air mata yang ada, menghilangkan cairan yang terus keluar dari hidungku. Sesekali rambutku dikibaskannya ke samping agar tidak menutup wajahku. 

Tuhan, aku minta maaf. 
Ciptaanmu yang satu ini selalu punya cara untuk membuatku semakin merasa bersalah.

Tidak ada lagi tangis. Aku menarik nafas dan mengeluarkannya secara perlahan. Saat ini posisi kami duduk bersila di lantai. Dia di hadapanku dengan senyum khasnya. Sorotan mata berbinar ini yang ku tunggu dari awal aku bertemu dengan Eve di kantor, bukanlah sorotan mata tajam yang seolah mengintimidasi ku. 

Kami terdiam di posisi ini. Aku menatap matanya dalam, meyakinkanku bahwa doa-doa ku yang ditiupkan oleh roh cinta benar-benar diwujudkan pada wanita indah, anugerah tuhan yang tidak ingin aku sia-siakan lagi.

Dia mengambil kedua tanganku, mendekapnya dengan kedua tangan miliknya. Tatapanku beralih ke tanganku yang ditautkannya, dia juga.

"Al.." Aku masih diam, menunggunya mengucapkan kalimat selanjutnya, semoga tidak ada lagi kata-kata kesakitan yang ku dengar darinya.

"Maaf pergi terlalu lama." Dadaku kembali sesak, beningan kristal di mataku menggantung. Hanya menunggu waktu ia akan jatuh kembali, membentuk aliran di wajahku.

"Maaf aku tidak merespon semua pesan kamu."

"Maaf aku tidak membalas email kamu."

"Maafkan aku yang harus ngebiarin kamu sendiri memeluk sepi."

"Maafkan aku gak ada di samping kamu bersama-sama menanggung sakitnya rindu."

"Maafkan aku, membiarkan kamu berjalan sendiri tanpa tujuan."

Sekali Lagi, Tinggallah! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang