9

4.1K 322 15
                                    

Note: Bacanya sambil muterin video yang di atas yah.

Enjoy it!

_______________________________________

Suara riuh dimeja makan ini bersumber pada satu orang, iya, Karin. Setelah aksi drama dan memalukan tadi antara aku dan Adel, drama karena nangis-nangisan dan memalukan karena perutku mengeluarkan iramanya tepat di hadapan wajah Adel.

"Tuhkan. Aku bilang juga apa. Langsung nangis kan." Ledek Karin karena ia sempat menangkap basah wajahku yang sembab.

"Udah sih Rin. Kasian Alma kamu isengin terus." Lerai Tante Wina yang langsung ku hadiahi senyum manis, semanis mungkin.

"Dihabisin yah nasinya." Adel mencentong nasi tambahan buatku, padahal nasi dipiring masih banyak.

"Iya." Aku hanya mengiyakan perintahnya. Ku bisa apa, ibu negara sudah bertitah.

"Kalem deh." Lagi, suara itu.

Aku hanya mengedikkan bahu menanggapi suara gaib dari Karin. Makanan dipiringku dan wanita yang saat ini disampingku lebih menarik dari dosen gila yang duduk sok manis di hadapanku.

"Kalian nginep?" Adel menuangkan air putih kedalam gelas yang ku ulurkan untuknya.

"Nggak Elys. Aku harus ngajar besok." Adel tersenyum menanggapi lalu menoleh ke arahku.

"Kamu nginep Ai?"

Aku hanya menggaruk tengkukku yang tidak gatal. Walaupun besok tidak ada jadwal kuliah, tapi ku yakin suasana yang tercipta nanti akan menjadi kikuk.

"Ahelah. Mau dibujuk tuh."

'Kampret emang si Karin'

"Eng..." Hanya jawaban itu yang keluar dari mulutku. Hatiku ingin berlama-lama, tapi logika berpikir sebaliknya.

"Udah-udah, makan aja dulu." Kali ini, Tante Wina kembali menyelamatkanku.

______________________________________

Setelah membersihkan diri, dengan menumpang kamar mandi yang ada dirumah ini, tepatnya kamar mandi milik Adel, aku beranjak menuju kasur, dan dia disana.

Dengan bantal yang menumpuk di balik punggungnya, kaki yang sengaja disilang dan diluruskan, kacamata dengan frame oval favoritnya, tentu bacaan buku tebal yang tidak pernah absen dari pangkuannya.

Aku mendekat, mengecup keningnya sekilas, lalu tersenyum. Menatap mata indah yang tersajikan di depanku ini seolah membuktikan karya tuhan tidak pernah salah dalam mengkreasikan makhluk ciptaan-Nya. Terlebih wanita ini, yang mampu membuat aku bertekuk-lutut.

"Sini duduk." Dia menepuk ruang kosong disebelahnya. Aku menggeleng sambil tersenyum. Tanpa mengucapkan kata apapun, aku menaiki kasur, memindahkan bantal yang berada di balik punggungnya dan menggantikan sandaran tadi dengan tubuhku.

"Majuan dikit sayang." Kini, posisi kami sedang berpelukan dari belakang, aku memeluk perut rampingnya, menjadikan bahunya penyangga kepalaku.

"Kamu semakin cantik." Aku mengecup pipinya dengan tiba-tiba. Dia hanya tersenyum sebentar.

"Terima kasih." Dia kembali melanjutkan kegiatan membacanya, aku dengan betahnya menikmati setiap gerakan kecil yang ia timbulkan.

"Kira-kira Karin udah nyampe belum yah?"

"Kok kamu nanyain dia hm? Tadi aja berantem mulu."

"Tadi kan dia pulangnya sore banget, sekarang udah jam berapa Del."

"Ai, tolong ponsel aku dong, di meja sebelah kamu."

Aku meraih ponselnya. Dengan sigap, ia mengetikkan beberapa kata kemudian mengunci kembali ponsel tersebut.

Sekali Lagi, Tinggallah! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang