23

2.5K 219 27
                                    

For all the things i didn't do, i'm sorry

________________________________________________________________________________

Ruangan ini dipenuhi dengan aroma masakan yang dengan sekejap mampu membuat perutku keroncongan setelah seharian dengan aktifitas yang membutuhkan energi dan mobilitas tinggi. Dengan segera, aku mencopot sepatu dan meletakkan tas secara random di lantai, menduduki kursi di hadapan meja yang tersaji makanan sederhana dan ku tau rasanya pasti tidak mengecewakan.

"Kalau masuk salam dulu atau apa kek Al."

Aku mencomot sepotong udang krispi dan mencocolkan mayonis serta saos sambal, benar saja masakan dari Adel tidak pernah tidak enak.

"Cuci tangan dulu astaga."

"Sebentar, aku mandi dulu. Del, tolong susu hangat yah."

Seharian dengan baju yang sama cukup membuatku gerah, berlamaan dengan guyuran pancuran air sepertinya menyenangkan.

Setelah selesai dengan segala ritual mandi malam ku, aku melangkah ke dapur, perutku sedari tadi meminta jatah makan yang ku tau tidak bisa ditunda lagi.

"Laper banget keliatannya."

Adel mengecup ubun-ubun kepalaku, menyodorkan segelas susu coklat hangat, menyendokkan nasi di piring. Aku mengambil 2 potong udang, cah kangkung, dan sambel terasi. Nasi hangat ini benar-benar mampu mengisi tenagaku yang hilang cukup banyak.

"Enak banget."

Dia hanya tersenyum, sambil menyicipi nasi yang ada dipiringku.

"Pelan-pelan makannya."

"Iya, eh kamu jam berapa nyampe sini?"

"Tadi jam 9 kurang, mampir di Hypermart beli bahan."

"Oh gitu."

Dia menambahkan dua sendok nasi ke piringku yang sudah mulai habis, beberapa potong tambahan udang dan sambal.

"Jadi bagaimana tadi kegiatannya?"

"Yah gitu, tadi minta Didit buat nemenin ke lokasi."

"Naik apa?"

"Mobilnya dia."

"Diganti gak bensinnya?"

"Nggak, dia udah kaya, udah gak butuh gitu."

"Ya udah, nanti aku minta kontak dia yah."

"Buat apa?"

"Mau kontak dia, beneran sama dia apa nggak."

"Ya udah, nanti aku kasi."

Makanan di piringku sudah mulai habis, Adel menyerahkan segelas air hangat dan botol obat yang ku tau itu adalah vitamin.

"Diminum."

"Iya Del."

"Kamu sana ke kamar, aku beresin dulu ini."

Aku meninggalkan meja makan, mengambil gelas susu lalu beranjak ke kamar, meninggalkan Adel yang sedang membersihkan meja makan.

Dengan perut yang masih kenyang, aku membuka laptop dan menyetel musik dari Banda Neira. Seketika lirik lagu Sampai Jadi Debu yang terkoneksi dengan pengeras suara di kamar mengalun, meredam suara pendingin ruangan.

Aku berselancar di mesin pencari untuk menambah bahan referensi penelitian. Jadwal konsultasiku dimulai besok, dan dengan target yang sudah ku atur sebelumnya, setidaknya aku masih punya 3 bulan waktu penyelesaian, mengejar wisuda di periode selanjutnya.

Sekali Lagi, Tinggallah! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang