8

4K 328 7
                                    

Setelah kurun waktu yang lama, untuk berdiri disini bahkan tidak pernah ada di fikiranku. Sudut kampung kelahiran Adel, dengan rumah yang dikelilingi pohon cemara, memberikan rasa nyaman sekaligus hangat, sama seperti pemiliknya.

Aku melangkah turun dari mobil Karin. Iya, aku tidak sendiri, dosen muda ini yang menculikku, walaupun aku sudah menolak ajakannya secara halus.

"Ini rumahnya, adem yah." Kata Karin melihatku sambil tersenyum. Terpaan sinar matahari diantara sela-sela pohon yang menerpa wajahnya menambah kadar kecantikan wanita ini.

Aku hanya menganggukkan kepala dan memberikan senyuman singkat kepada Karin. Rumah dengan bergaya minimalis bertingkat dua ini seolah-olah menampilkan jati diri Adel. Balkon yang berukuran sedang, tembok kaca yang mendominasi, halaman dengan susunan pot bunga bonsai dan anggrek, dan jalanan setapak menuju rumah dari batu alam. Perpaduan dari modern dan alam semesta.

"Yuk masuk." Ajaknya sambil menarik tangan kananku. Dia mengetuk pintu lalu mengucapkan salam. Tanpa menunggu lama, suara knop pintu diputar terdengar dan menampilkan sesosok wanita paruh baya yang begitu ramah menyambut kami, maksudnya Karin.

"Loh Karin?" Serunya sambil memeluk Karin, senyum tidak lepas dari wajahnya. Senyum yang mirip dengan seseorang.

"Iya tante. Ini Karin." Jawabnya dengan cengiran kecil dan membalas pelukan yang ku tebak adalah ibu dari Adel.

"Kamu sama siapa?" Tanya ibu Adel sambil melihat kearahku, dan tersenyun hangat. Aku pun membalas senyum yang menenangkan tersebut.

Karin tidak langsung menjawab, namun dia mendekat ke telinga wanita yang di usia sekitar 50-an ini masih menampilkan garis-garis kecantikan, dan membisikkan sesuatu. Aku tidak bisa mendengar percakapan tersebut dengan jelas.

Ekspresi ibu Adel berubah, beliau menjadi lebih ceria, namun sorotan matanya tetap menampilkan kesedihan.

"Kamu yah namanya Alma. Astaga. Sini nak. Panggil mama aja yah. Kok baru dateng?" Kalimat penyambutan yang membuat hatiku lega. Setidaknya aku tau, kehadiranku mampu diterima dengan baik.

Karin tersenyum melihat aku yang diiring masuk ke dalam rumah. Sekilas, aku bisa melihat ia mengacungkan 2 jempol sambil gerakan bibirnya mengucapkan kata 'good job' tanpa suara.

"Ma.." Kata pertamaku semenjak berada di rumah ini. Menyapa wanita paruh baya yang sedikitpun tidak canggung dengan kehadiranku sedangkan aku, bersikap sebaliknya.

"Iya Alma. Kamu kenapa? Ehh Karin mana sih?"

"Aku disini tante. Kebetulan tadi ada penjual es krim keliling. Aku tahan deh, lagi pengen banget soalnya." Karin tiba-tiba muncul dengan sebuah es krim cup di tangan kanannya. Ia mengangkat sebelah alis, melihat raut ekspresi heran dari ku.

'Sempet-sempetnya dia beli eskrim.'

"Kalian duduk aja dulu yah. Mama mau bikin minum bentar buat kalian."

"Tante, aku mau es jeruk yah." Sahut Karin yang langsung duduk di sofa ruang tengah rumah ini.

"Eh Rin, ibunya Adel namanya siapa yah?" Tanyaku tanpa basa-basi setelah mencomot sedikit eskrim yang ada di tangannya.

"Bego Al. Nama mertua sendiri gak tau." Dia menoyor kepalaku tanpa peduli kalau saat ini aku menatapnya datar.

"Bukan gak tau bu. Saya kan gak pernah dikasih tau sama sepupu ibu."

"Tante Wina. Udah dianggap menantu juga. Ngapain sih nanya nama, manggil mama aja. Udah dapet restu kan?" Dia duduk mendekat sambil memamerkan cengiran khasnya di hadapan wajahku.

Sekali Lagi, Tinggallah! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang