Adel POV
Memasuki bulan ketiga Alma tanpa Eve. Ketidakadaan Eve di hidupnya menjadi bukti bahwa peranku sudah berhenti memprioritaskan dirinya. Eve, mampu menyajikan cinta yang lebih dari ku, hal yang ku kira hanya aku yang sanggup.
Seandainya aku egois, mungkin hal inilah yang aku syukuri. Pada hakikatnya, langkah Alma tetap tertuju pada rumah selain aku. Peluk darinya bukan milikku sendiri.
Untuk bersaing dengan perempuan lain di sisi Alma, bukan hal baru yang aku hadapi. Tapi tidak jika orangnya Eve. Aku hanya tau, Eve menggadaikan hidupnya di genggaman Alma, hal yang membuat aku ragu untuk meyakini, Alma masih Almaku.
Suatu kesalahan saat aku melangkah mundur, menjauh dari hiruk pikuk perasaan dan persepsi bahwa Alma pernah bermain api. Tanpa mendengar apa-apa penjelasan darinya. Dan konsekuensinya, aku membukakan jalan Eve untuk menawarkan hal lebih dari apa yang pernah ku berikan.
Aku tau, cinta bukan sekedar memberi, tapi lebih dari itu, bagaimana keinginan untuk bisa bertahan walau tanpa meminta.
Alma yang sekarang, dipelukku. Menangisi perempuannya. Sedang hatiku, berantakan.
"Al.." Aku memanggilnya yang sedang memelukku di ambang pintu rumah. Posisi dan tempat yang tidak berubah sejak ia mengetuk pintu 10 menit yang lalu.
"Hmm."
"Masuk sayang, dingin diluar."
"Sebentar lagi."
"Aku pegel sayang, ayo masuk. Aku nyiapin sup ayam sama kopi hangat."
Dia melepaskan pelukku, melepas sepatu dan langsung menuju lantai atas dengan kepala yang masih menunduk. Jaket denim belelnya terlihat kotor, celana jeans hitamnya penuh debu, dan rambutnya yang terikat dalam keadaan berantakan.
"Tunggu di atas yah. Aku nyiapin makan buat kamu dulu." Kalimat permintaanku hanya di balas dehaman singkat darinya.
Setelah menyiapkan segala keperluan untuk makan malam Alma. Aku mengambil nampan, lalu menaruh semangkuk sup ayam yang masih hangat diatasnya, dan segelas kopi hitam favoritnya serta segelas air putih hangat.
"Al. Tolong bukain pintunya, aku lagi ribet." Tidak ada jawaban yang ku peroleh, mungkinkah dia sudah tidur mengingat saat ini sudah tengah malam.
Dengan sebisa mungkin, aku menarik tuas pintu ke bawah, mendorong pintu dengan punggungku agar terbuka dan menutupnya kembali dengan kaki sebelah kiri.
Sepertinya Alma sudah tertidur dengan posisi telungkup dan kaki yang menggantung di ujung kasur. Pakaian lusuhnya belum terganti, dan ku yakini dia belum mandi seharian ini.
"Al, bangun sayang." Aku membangunkan Alma untuk memintanya makan malam terlebih dahulu. Riwayat penyakit maagnya membuatku bersikap tega untuk memaksanya makan.
"Hmm."
"Bangun dulu. Makan."
Setelah permintaanku, dia merubah posisinya dengan duduk bersandar di kepala ranjang. Pakaian lusuh yang dikenakannya membuatku tidak nyaman. Alma yang ku tau, tidak pernah sesemrawut ini.
"Sebelum makan, aku gantiin pakaian kamu dulu yah. Biar lebih nyaman kamu tidurnya." Dia hanya mengangguk dan melepaskan jaketnya. Aku mengambil acak kaos tipis dan celana pendek yang ada dilemari serta dalaman baru untuk Alma.
Tanpa meminta izin, aku membuka baju serta celana Alma, melepaskan bra dan celana dalamnya. Mengelap badannya secara perlahan menggunakan tisu basah yang ada. Di jam segini, aku tidak yakin ingin memaksanya untuk mandi.
Setelah selesai membersihkan seluruh tubuh Alma ala kadarnya, aku memakaikan baju kaos, celana dalam dan celana pendek. Rambutnya ku ikat cepol, membuatnya senyaman mungkin dengan posisi yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Lagi, Tinggallah! (Completed)
RomansaTuhan Maha Baik. Pada setiap kesalahanku, IA menitipkan malaikat sepertimu. Untuk memaafkannya.