03.

2.4K 90 0
                                    

"Aku tidak peduli jika kakek peduli terhadapku karena bukan itu yang ku inginkan!" Teriakku lagi tepat di hadapannya. Lalu aku mulai berlari menjauhinya.

"Batz.. Tunggu." Panggilnya kemudian sambil mengejarku.

Aku suka dia memanggil namaku. Ya. Setidaknya itu lebih Bagus daripada harus memanggilku dengan sebutan seformal 'Nona'.

Aku tetap berlari dan karena tak memperhatikan jalan kakiku tersandung, aku jatuh tersungkur.

"Arggghhhhhh...." Aku mengerang kesakitan. Lututku berdarah, dan sepertinya pergelangan kakiku terkilir, rasanya sakit sekali. Dan itu membuatku ingin menangis.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya NaeNae saat sudah berada disampingku.

"Ini sakit sekali." rengekku kemudian.

Dia memeriksa kakiku dengan seksama. Dia memperlihatkan ekspresi khawatir nya. Apa dia benar-benar khawatir terhadapku?

"Ini sedikit biru dan pasti akan segera membengkak, sepertinya terkilir." katanya lagi.

Dan aku lebih fokus menatap NaeNae dari pada harus menatap kakiku sendiri yang sakit karena terkilir.

"Mari, ku gendong, kita harus segera pulang dan mengobati kakimu." Aku hanya bisa mengangguk. Dan dia mulai menggendongku.

Astaga... Dada nya benar-benar bidang. Aku mengalungkan lenganku ke lehernya, lalu menyadarkan kepalaku di dadanya.

'Deg deg... Deg degggg....."

Tiba-tiba aku mendengar degupan jantung annya yang tak teratur. Apakah dia sedang gugup?

Rasa sakitku benar-benar hilang seketika saat NaeNae menggendongku, tangisku segera berganti menjadi senyuman kebahagiaan. Aku senang NaeNae memperlakukanku seperti ini.

Di tengah jalan kami bertemu kakek dan seluruh bawahannya, bisa di bayangkan bagaimana ekspresi kakek ku. Terkejut dengan apa yang sedang mereka pandangan. Seorang NaeNae Suthatta menggendongku dengan mesra.

"Kaki Nona Batz terkilir, tuan." Kata NaeNae kepada kakekku sambil sedikit membungkukkan badannya.

"Cepat bawa dia pulang." Kata kakekku, dan NaeNae hanya mengangguk patuh. Dari semua bodyguard ku, NaeNae memang orang yang pelit kata.

Dia tak akan berbicara jika itu tak penting. Apa dia seperti itu juga dengan kekasihnya? huuuhh, pasti membosankan sekali.

Kami pun sampai di mobil, aku mengira jika dia akan menurunkanku, tapi ternyata tidak. Dia tetap saja menggendongku sambil masuk dan duduk di kursi penumpang pada jok belakang mobil.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku dengan nada sedikit heran.

"Saya sedang menggendong anda." Jawabnya datar.

"Ya, aku tahu, tapi aku bisa duduk sendiri."

"Kaki anda masih sakit." Lagi-lagi jawabannya datar seperti robot.

Dan aku hanya bisa memilih diam, aku terlalu malas meladeni lelaki yang dingin dan datar sepert NaeNae ini.

Putri Manja & Bodyguard TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang