12.

2.1K 79 0
                                    

''Sedang apa lagi, dia harus tahu jika kau sudah menikah jadi dia tak bisa seenaknya memeluk mu." Jawabnya kemudian.

Apa benar Nae sedang cemburu? Aahhh itu tidak mungkin.

"Baiklah Batz, seperti nya aku harus pulang terlebih dahulu." Kata Tina yang membuat ku sedikit terkejut.

"Kenapa kau terburu-buru Tina, kita bahkan belum bercerita dan makan bersama."

"Lain waktu masih ada Batz, aku juga harus mengurus pekerjaan ku."

"Pekerjaan? Maksudmu?"

"Ya, aku pindah ke Thailand lagi Batz." Kata Tina sambil tersenyum manis.

"Hyyaaaa.... Tina-ahhhh... Akhirnya kita bisa bersama-sama kembali." Pekikku sambil memeluk nya, aku benar-benar tak menyangka jika Tina akan kembali tinggal di Thailand setelah bertahun-tahun hidup di New York bersama kedua orangtuanya.

Ini benar-benar membuatku bahagia karena aku memang tak mempunyai teman lain selain Tina.

Tiba-tiba aku merasakan sebuah tangan menarik lengan ku.

"Tak perlu seperti itu Batz, kau membuat semua tamu memandang mu dengan heran." Kata Nae dingin.

Sebenarnya apa masalahnya? Aku benci dia yang selalu mengaturku.

"Baiklah Tina, nanti hubungi aku kembali, oke? Aku ingin berbicara banyak padamu." Kataku kemudian tanpa menghiraukan Nae yang berada du sebelahku.

"Baik, permisi." Kata Tina sambil meninggalkan ku dan Nae.

Akhirnya pesta pernikahan yang menyesakkan ini pun berakhir juga, aku bergegas ke kamar dengan cepat, aku sudah terlalu malas melihat wajah Nae yang sejak tadi tersenyum-senyum dengan para tamu namun berwajah datar ketika dihadapanku.

Apa aku semenyebalkan itu di matanya?

Aku merasakan pintu kamarku dibuka oleh seseorang. Ya, tentu saja orang itu adalah Nae suami ku.

Lagi-lagi pandangan matanya sangat tajam seakan-akan mampu untuk membunuhku, ada apa dengannya?

"Untuk apa kau kesini?" Tanyaku masih berada di depan meja riasku tanpa sedikit pun memperhatikan dia.

"Ini kamar ku." Jawab nya dingin.

"Apa? Hei, pernikahan ini hanya sandiwara, jadi jangan terlalu mendalami peran mu dalam sandiwara ini."

"Aku tak pernah menganggap ini sebagai sandiwara." Katanya penuh dengan penekanan.

"Apa maksud mu?"

Dia melangkah mendekat ke arahku.

"Kau benar-benar istriku, dan tak ada sandiwara dalam pernikahan ini." Dia mengatakan tepat di telingaku dengan nada sensual namun mengancam.

"Huhhh, yang benar saja, bukankah kau sudah memiliki kekasih?"

"Tentu saja, tapi aku juga memiliki seorang istri." Katanya dingin.

Sebenarnya apa yang dia mau?

"Aku tidak peduli apa katamu, yang jelas kita tak akan pernah tidur sekamar."

"Bukan kau yang memutuskan nya Batz, tapi aku, dan aku ingin malam ini kita tidur sekamar." Katanya tegas tanpa bisa di ganggu gugat.

Sialan!

Putri Manja & Bodyguard TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang