16.

2K 79 0
                                    

"Biar saya saja Nona, Nona silahkan duduk saja." Katanya membantahku. Sial!

"Kau membantah perintahku?"

"Bukan, saya hanya-"

"Batz, lebih baik kau duduk dan nikmatilah sarapan mu." Kali ini Nae ikut angkat bicara seperti biasa, dengan nada dingin. Dia membela Aom di bandingkan aku?

Aku pun segera membalikkan badan ku dengan menghentakkan kakiku. Aku ingin pergi dari sini, aku terlalu malas melihat mereka bersama. Nafsu makan ku serasa sudah menghilang ketika melihat wajah Aom dan Nae.

"Kau mau kemana, Batz?"

"Bukan urusan mu." Jawabku ketus.

Lantas aku kembali ke kamar menyiapkan barang-barang ku.

Aku ingin keluar menghirup udara segar. Tapi ketika aku membuka pintu kamar untuk keluar, aku mendapati tubuh tegap Nae menghalangi jalan ku.

"Pergilah, aku ingin keluar." Aku masih berkata dengan nada ketus.

"Kau tidak boleh keluar, Batz." Jawab nya dengan nada dingin.

"Kau tidak berhak mengaturku. " Aku pun mulai berteriak.

Nae lantas menyeretku kembali masuk ke dalam kamar.

"Kenapa kau bersikap seperti itu terhadap Aom?" Tanya nya kemudian.

"Bersikap seperti apa maksudmu? Dia yang aneh, dia yang bersikap seakan-akan kau adalah suami nya."

"Aku memang calon suaminya."

"Hanya calon, sekarang sudah tidak."Aku meralatnya.

"Dan semua nya karena dirimu." Jawabnya tenang dan datar.

"Apa? Aku benar-benar tak percaya jika Nae masih menyalahkan aku atas kandas nya hubungan mereka, seakan-akan akulah yang pantas bertanggung jawab.

"Batz, dia sudah kehilangan aku, aku sudah menjadi milikmu. Bersikaplah dewasa sedikit. Apa yang dia lakukan sama dengan apa yang di lakukan pelayan-pelayan lainnya di rumah ini. Jadi mengertilah posisi nya."

Nae berkata panjang lebar dengan tenang hanya untuk membela nya. Ya, Salahkan saja aku, aku memang terlalu kekanak-kanak kan dan aku yang merebutmu dari dirinya.

Tanpa terasa air mataku menetes kembali. Untuk kesekian kalinya aku menangis hanya karena lelaki di hadapan ku saat ini.

"Kau berkata seakan-akan aku sebagai orang ketiga yang merusak hubungan kalian." Kataku dengan lirih.

"Aku tidak berbicara seperti itu, aku hanya ingin kau mengerti."

"Lalu, apa kau mengerti perasaanku? Apa kau tahu apa yang saat ini kurasakan?" Aku kembali berteriak kearahnya.

"Batz." Ucap nya sambil menggenggam tangan ku.

"Lepaskan aku, Nae, aku ingin pergi." Kataku sambil menghempaskan cekalan tangan Nae dan pergi dari hadapan nya.

Sedangkan Nae hanya diam, dia tak berusaha mengejarku. Ya, dia memang akan selalu seperti itu.

Sudah sekitar 15 menit aku menunggu seseorang di dalam cafe ini, dan penantian ku tak sia-sia karena kemunculan lelaki itu, lelaki berwajah tampan dan dengan senyuman ceria nya.

Putri Manja & Bodyguard TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang