04.

2.3K 87 2
                                    

Apa yang terjadi padaku? Kenapa jantungku berdegup semakin kencang ketika aku menggendong nenek sihir ini? Apa aku mulai terpengaruh dengannya? Tidak! Itu tidak boleh terjadi.

Aku mengenal Batz sejak setahun yang lalu ketika aku melangkahkan kakiku ke dalam istana nya yang biasa di sebut "Rumah Putih".

Kesan pertama saat melihatnya adalah Cantik. Tapi setelah lebih lama mengenalnya kata cantik itu berubah menjadi kata menyebalkan. Dia wanita yang sangat menyebalkan. Kami para pelayan biasa memanggilnya nenek sihir, padahal jelas-jelas julukannya di luar adalah Barbie dari Thailand.

Dia sangat menyebalkan bagi para pelayan di rumah ini. Cerewet, kekanak-kanakkan, dan suka sekali menyakiti hati para pelayan dengan kata-katanya yang pedas.

Tidak jarang tunangan ku, Aom Sushar yang juga seorang pelayan di Rumah Putih menangis tersedu-sedu karena kata-kata kasarnya. Aku tak tahu mengapa dia sangat memusuhi Aom.

Aku menyayanginya, siapapun yang menyakiti hati Aom akan berhadapan langsung denganku. Tapi jika itu si nenek sihir, aku tak bisa berbuat apa-apa. Dia Nonaku, Atasanku.

Sebenarnya hidupku dan keluarga ku sudah tercukupi. Saat itu ayahku yang seorang kepercayaan keluarga Phichyaphakh ingin selalu mengabdi dengan keluarga ini di karenakan hutang Budi, kakek Batz dulu pernah membantu ayahku.

Ayah ingin memasukkanku ke akademi militer. Lalu kakek Batz pun mendukungnya dengan biaya, belum lagi berbagai macam sekolah bela diri, taekwondo, lempar pisau, samurai bahkan latihan menembak pun aku lalui.

Aku juga mengikuti beberapa kelas bisnis, karena kata ayah ini akan berguna untukku suatu saat nanti.

Aku memang terlihat sempurna mengingat fisik dan kemampuanku. Tapi aku baru sadar jika saat ini aku hanya sebuah aset keluargaku untuk membalas buda keluarga Phichyaphakh.

Aku terjerat dengan hutang piutang yang tak tertulis, dan aku sendiri sebagai uang nya untuk membayar hutang tersebut.

Aku benci itu...

Itu membuatku terikat dan tak bebas, hingga saat ini aku sama sekali tak bertegur sapa dengan ayahku karena masalah ini. Mau tak mau aku harus mengabdi pada keluarga Phichyaphakh.

Hingga dua minggu yang lalu, pernyataan kakek Batz padaku secara pribadi membuatku semakin murka.

"Nae... Kau sudah datang..."

"Iya tuan, apa ada yang bisa saya bantu?"

"Duduklah dulu. Aku ingin mendiskusikan sesuatu hal yang serius padamu."

Akupun duduk menuruti permintaan lelaki tua yang sangat ku hormati ini.

"Nae. Kau tahu jika umurku sudah tak muda lagi, bahkan kau pun tahu jika aku sudah tak mampu mengurus semuanya termasuk Batz dan seluruh perusahaan ku."

Aku memandangnya dan hanya mengangguk.

"Aku lelah dengan sikap Batz, bahkan aku takut jika aku gagal untuk membesarkannya. Aku tak bisa meninggalkan nya sendiri ketika dia masih seperti ini. Aku ingin kau merubahnya. Nae."

Aku terperanjat kaget dengan pernyataan kakek Batz.

"Kenaoa harus saya, tuan?" tanyaku kepadanya.

"Batz tak pernah seantusias itu ketika menanyakan seseorang. Dia selalu menanyakan tentangmu kepadaku, Nae. Kupikir dia menyukaimu."

"Itu tidak mungkin, tuan."

"Nae. Jika kau ingin aku memohon dan berlutut di hadapanmu saat ini juga aku akan melakukannya jika itu bisa membuatmu menikahi cucu kesayanganku Batz.''

Putri Manja & Bodyguard TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang