1. Selamat Datang

8.2K 508 6
                                    

Selamat datang dan selamat membaca > <
Jangan lupa tinggalkan jejak <33

...

Keluarga Nakamoto telah siap di bandara internasional Soekarno-Hatta. Reyna hari ini akan berangkat ke Korea Selatan dengan keluarga yang telah siap mengantar. Ibu Reyna yang terus terisak di dekapan sang suami dan Reyna yang sesekali menitikkan air matanya.

"Bunda, jangan nangis. Rere cuma sebentar kok." Reyna coba menenangkan ibunya.

"Kak, jangan lupa oleh-oleh."

"Ish kamu ini. Nanti kamu kangen loh sama Kakak, Rey." Rey—adik Reyna— memeluk sang kakak dengan sedikit canggung. Ayolah, usia mereka tidak berbeda jauh. Bahkan karena tinggi Rey yang melebihi Reyna pun, mereka terlihat seperti sepasang kekasih. Meski faktanya mereka kakak beradik.

"Tenang. Nanti gue, Bunda sama Ayah ke sana. Sekalian ke Jepang."

"Gue, gue, yang sopan sama Kakak," ucap Reyna sedikit gemas. Adiknya itu sembarangan saja kalau bicara.

"Ck, Kakak gak gaul."

"Ya gue pensiun kali."

"Tuh kan gue." Reyna mencubit adiknya gemas. "Ampun Kak ampun. Bun, Kak Rere jahat." Kedua orangtuanya hanya menggeleng melihat tingkah kedua anaknya itu. Mungkin pemandangan seperti ini akan hilang dalam beberapa bulan ke depan.

"Udah Rey, jangan ganggu Kakak kamu. Rere persiapkan semuanya, sebentar lagi kamu berangkat." Reyna memeluk ibunya erat dan beralih pada ayahnya. "Ayah, aku berangkat. Jangan lupa ke sana dan setelah itu kita ke Jepang. Aku rindu Nenek dan Kakek." Reyna memeluk ayahnya dan dibalas pelukannya oleh beliau.

"Okay, Ayah janji."

Beberapa menit kemudian pesawat yang membawa Reyna menuju Korea Selatan berangkat. Reyna terisak dalam diam dibangku penumpang. Sedih rasanya mengingat baru pertama kali ia jauh dengan keluarga. Mungkin begini juga rasanya anak yang ditinggal kedua orang tuanya karena terlalu sibuk bekerja. Sejak kecil mereka hanya diurus asisten rumah tangga dan jarang berkumpul bersama keluarga, pikir Reyna.

Selama kurang lebih tujuh jam, pesawat yang Reyna tumpangi sampai di Bandara Internasional Incheon. Begitu turun dari pesawat, Reyna sudah merasakan nuansa berbeda dari negeri ginseng. Jelas berbeda karena setiap negara mempunyai perbedaannya tersendiri.

Reyna mengeluarkan ponsel, berniat menelepon bibinya. Begitu panggilan pertama telepon langsung diterima dan Reyna disuruh untuk menunggu di dekat sana. Biar pamannya yang menjemput kata si bibi. "Dingin sekali, untung aku memakai jaket tebal," ujarnya sambil menggosok-gosokkan tangan. Memang berbeda dengan di Indonesia kecuali di Jepang mungkin sedikit sama.

Ponsel Reyna berdering, Reyna segera melihat ponselnya dan ada satu panggilan masuk. Segera saja dia menerima panggilan tersebut.

"Yeoboseyo."

"Iya, apa Paman sudah sampai?"

"Kamu di mana?  Mobil Paman tiba-tiba mogok."

"Ah ... aku masih di bandara."

"Baiklah. Mungkin akan sedikit lama, kamu tidak keberatan jika naik taksi?"

"Iya, Paman. Tidak apa-apa."

"Paman akan kirimkan pesan alamatnya."

"Terima kasih Paman."

Panggilan dimatikan. Reyna duduk menunggu pesan yang berisikan alamat dari pamannya. Ketika Reyna sibuk dengan ponselnya, seseorang duduk disamping Reyna. Orang yang memakai jaket hitam dengan topi dan masker yang menutupi wajahnya. Ini kesempatanku untuk meminta bantuan, meski orang itu sangat tertutup, batin Reyna.

"Uhm, permisi. Saya orang baru di sini, bisakah saya minta tolong?"

Reyna melihat tatapan orang itu seakan menatap Reyna aneh. Pikir Reyna mungkin karena hijabnya. "Maaf Tuan, saya bukan orang jahat. Saya hanya ingin meminta bantuan Anda untuk mencari taksi," ucap Reyna sedikit tergesa. Reyna takut orang itu mengiranya dia adalah penjahat.

Beranjaknya laki-laki itu dan diikuti oleh Reyna. Reyna sedikit heran karena laki-laki itu mengajaknya ke parkiran dan bukan untuk mencari taksi. "Maaf Tuan, kita mau ke mana?" Karena Reyna bingung, bukankah lebih baik ia meminta bantuan kepada salah satu warga sana. Meskipun kenyataannya Reyna bisa melakukan itu semua sendiri.

Orang itu terdiam untuk beberapa saat. Namun, suara orang-orang berteriak terdengar jelas dipendengaran Reyna. Ternyata, beberapa gadis berteriak dan berlari ke arah mereka. Lebih tepatnya ke arah Reyna dan laki-laki disampingnya. Laki-laki itu menarik tangan Reyna dan berlari.

Reyna yang tidak tahu dan kaget hanya mengikutinya. Rasa takut bercampur cemas melingkupi diri Reyna saat ini. Takut dan cemas jika orang itu akan menculiknya dan membawanya kabur lalu menjualnya. Namun, Reyna langsung menepis pikiran buruk itu dan berpikir positif. Terlalu konyol.

Dilain sisi Reyna juga heran karena gadis-gadis tadi malah mengejar Reyna dan orang itu, Reyna beradu dengan pikirannya. Sebenarnya apa yang terjadi, batin Reyna.

Mereka berhenti dan bersembunyi di salah satu mobil. Deru napas terdengar dari keduanya setelah berlari cukup jauh. Beruntung gadis-gadis tadi tidak melihat mereka dan berlari lurus seakan masih mengejar keduanya.

Laki-laki itu membuka topi dan maskernya. Reyna terkejut ketika melihat ternyata itu adalah seorang laki-laki seusianya. Menurut perkiraan Reyna. "St, jangan terkejut." Reyna menetralkan dirinya.

"Iya, tapi kenapa mereka mengejar kita, maksud saya mengejar Anda?" tanya Reyna yang sebenarnya gugup. Pemuda yang belum diketahui namanya oleh Reyna itu menatap Reyna bingung. Reyna yang jelas semakin gugup menundukkan kepalanya. "Kau tak mengenalku?" Reyna mendongak dan menggelengkan kepala.

"benar kau tidak mengenalku?" Reyna menggeleng lagi. Bagaimana Reyna mengenal orang itu, jelas-jelas dia baru sekarang ke Korea. "Baiklah, aku percaya padamu. Ayo perkenalkan, Ji Min imnida." Laki-laki yang diketahui bernama Ji Min itu membungkuk sopan.

"Reyna imnida," ujar Reyna balas membungkuk dan tersenyum. Kemudian ia mengalihkan pandangannya dari laki-laki itu. Senyuman Ji Min sangat manis hingga membuat Reyna berdebar. Reyna tahu itu salah, tetapi perasaan itu datang dengan tiba-tiba. 

"Ayo, aku akan mengantarmu untuk mencari taksi. Kau benar-benar orang baru ternyata," ucap Ji Min sambil terkekeh. Pemuda yang asyik menurut Reyna.

Reyna mengikuti langkah Ji Min. Hingga mereka sampai di satu mobil. "Silakan masuk, mungkin tidak apa sebentar mengantarmu," kata Ji Min.

Reyna sedikit terkejut mendengar ucapan Ji Min. "Tidak apa Ji Min-ssi, Anda hanya perlu mengantar saya untuk mencari taksi." Mana mungkin dia satu mobil dengan orang yang baru dia kenal dan juga dia seorang laki-laki.

"Tapi kaukan, orang baru. Aku bisa mengantarmu le-leyn." Reyna terkekeh mendengar Ji Min yang kesulitan mengucapkan namanya.

"Uhm panggil saja Yuki. Nama lengkap saya Reyna Yuki Nakamoto," ujar Reyna yang jujur, Reyna sebenarnya malu.

"Kau dari Jepang?" tanya Ji Min. "Bukan, saya dari Indonesia."

"Ah ... aku pernah ke sana, bersama teman-teman." Reyna tersenyum mendengar itu. "Benarkah? Saya senang Anda pernah ke sana. Oh, saya harus segera ke rumah Bibi saya, nanti beliau khawatir." Ji Min mengangguk dan tersenyum membalas ucapan Reyna. "Baiklah, itu taksinya."

Reyna berlari ke arah taksi setelah berpamitan dan berterima kasih pada Ji Min. Tanpa disadari, senyuman keduanya mengembang mengingat kejadian tadi. Kejadian di mana untuk pertama kalinya Reyna berinteraksi dengan orang di sana. Dan pertama kalinya bertemu dengan gadis yang berbeda dari gadis yang lainnya bagi Ji Min.




To Be Continued

Semoga kalian suka cerita ini🐣Jangan lupa bintang dan komentarnya🐣

Salam,
Manusia

Impossible ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang