18. Cinta Pertama

1.9K 167 0
                                    

Setelah Tae Hyung meninggalkan Reyna ditempat tadi, saat ini ia berada di dalam mobilnya dengan beberapa pikiran yang mengganggu. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Itu seperti perasaan bersalah. Tae Hyung pun hanya diam sambil memandangi setir. Tiba-tiba ia ke luar dari mobilnya, berlari kembali ke tempat Reyna tadi.

"Reyn, izinkan aku mengantarkanmu." Reyna diam mematung karena terkejut, dengan senyuman canggung laki-laki itu mendekati Reyna. "Maafkan perkataanku tadi, aku terlalu terbawa emosi," ucapnya dengan wajah menyesal. Reyna masih terdiam enggan berkata ataupun bergerak sedikit pun.

"Reyn, apa kamu masih marah?" Masih tidak ada respon sedikit pun dari Reyna. Kemudian ia semakin mendekatkan dirinya kepada Reyna. Berdiri tepat di hadapan Reyna sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Reyna.

"Hei, Reyna."

"Oh, kenapa?" Bodoh, apa yang ia pikirkan tadi. Mengapa dalam bayangannya Tae Hyung kembali dan ingin mengantarkannya. Reyna merutuki dirinya sendiri yang dengan lancangnya berharap bahwa Tae Hyunglah yang akan mendatanginya. "Apa kamu masih marah, Reyn?" Laki-laki yang dihadapan Reyna itu Alvaro. Setelah tadi bertemu dan terjadi perdebatan diantara mereka, Alvaro pun kembali mendatangi Reyna karena merasa bersalah atas perilakunya tadi.

Jika kalian menebak bahwa Reyna menolak Alvaro, jawabannya memanglah benar. Bukan tanpa alasan Reyna menolak Alvaro, tetapi ada banyak alasan yang Reyna miliki untuk tidak menerima Alvaro kembali sebagai orang yang berkomitmen dengan Reyna. Bukankah lebih baik ia dan Alvaro menjadi sebatas teman saja, tanpa perlu ada komitmen lagi. Memang, keputusan Reyna sudah bulat. Lagi pula bila diulang kembali semuanya tidak akan sama seperti dulu.

"Jadi, apa kamu masih marah?"

Reyna tersenyum tipis dan menggeleng. "Tidak, lupakan saja." Alvaro pun tersenyum dan mengusap puncak kepala Reyna.

"Kalau gitu, ayo pulang. Bibiku bisa khawatir." Alvaro pun tersenyum sambil mengangguk. Lihat bukan, mereka masih bisa saling peduli meskipun mereka tidak seperti dulu juga.

Disisi lain, seorang laki-laki tengah berdiri sambil memandangi punggung seseorang yang pergi dari tempat awalnya. Dengan raut wajah yang sulit diartikan ia berdiri di sana.

Drtt Drtt

Tae Hyung mengambil ponselnya. Saat dilihat di layar ponsel yang menyala, nama yang tertera adalah nama sahabatnya Tae Hyung. Siapa lagi kalau bukan Ji Min.

"Yeoboseyo."

"Eoh, Tae Hyung-ah. Kau sudah membelinya?"

"Park Ji Min pabbo, tunggu sebentar tempatnya jauh."

"Jinjja? Kau tidak berbohong 'kan?"

"Berisik sekali kau, sudahlah aku sedang melihat Re—ah sudah aku tutup teleponnya."

Pip

Telepon diputuskan sepihak oleh Tae Hyung. Sekali lagi ia melirik ke depan sana, di mana ada Reyna dengan seorang lelaki saling tersenyum bahagia. Tae Hyung pun mengabaikan itu dan kembali ke mobilnya.

***

Keesokan harinya Reyna sudah rapi dengan setelan kasualnya. Pagi ini, ia akan pergi bersama Alvaro untuk mengunjungi beberapa tempat wisata di Korea Selatan. Karena belum pernah mengunjungi tempat wisata di sana, maka saat ini Reyna sangat antusias. Terbukti dari wajahnya yang berseri, senantiasa tersenyum bahkan sampai bertingkah konyol.

Ide dari liburan ini adalah ide Alvaro. Kemarin saat mereka berdua telah sampai di rumah mertua Hinata, Alvaro menjanjikan sesuatu kepada Reyna. Dan janjinya ya itu, mengajak Reyna untuk menghabiskan seharian di tempat wisata yang ada di Korea Selatan. Alvaro sengaja membuat janji itu, karena untuk terakhir kalinya ia ingin membahagiakan Reyna sebagai orang spesial. Sebab ke depannya, Reyna pasti memiliki orang yang lebih spesial dari dirinya. Dan itu pasti.

Ting Tong

Bel rumah keluarga Lee berbunyi. Dengan segera Shi Young salah satu keluarga tersebut membukakan pintu. Dan tampaklah di depan sana seorang laki-laki manis mendekati tampan berdiri dengan pakaian rapi. Shi Young yang melihat itu pun terpesona seketika. "Annyeong."

Shi Young dengan gagap membalas perkataan laki-laki tersebut. "A-annyeong." Laki-laki tampan yang tidak lain Alvaro itu terkekeh melihat tingkah Shi Young yang gelagapan seperti maling yang tertangkap basah.

"Saya Alvaro, teman Reyna." Begitu ucap Alvaro memperkenalkan dirinya kepada Shi Young tanpa ditanya pun. "Oh, kau mencari Yuki. Sebentar, akan saya panggilkan." Shi Young pun buru-buru memanggil Reyna.

"Yuki-ah!"

"Yuki, aish kau di mana?"

Reyna yang mendengar panggilan Shi Young pun menampakkan dirinya. "Kenapa? Pagi-pagi sudah kesal." Shi Young terkekeh tanpa dosa. "Temanmu ada di depan, dia mencarimu." Reyna yang sudah tahu itu siapa hanya mengangguk dan berlalu untuk menemui Alvaro. Namun, sebelum itu, Shi Young mencegahnya. "Yuki-ah, aku rasa dia sangat tampan. Kau beruntung berteman dengannya." Reyna dengan tiba-tiba langsung mengeluarkan tawanya. Shi Young ini polos atau bagaimana sih.

"Kau menyukainya?" tanya Reyna. Shi Young tidak menjawab pertanyaan Reyna dan hanya diam dengan wajah yang memerah bak kepiting rebus. "Aku rasa jawabannya iya." Kemudian Reyna meninggalkan Shi Young dan menemui Alvaro.

"Hei, Varo. Maaf aku lama."

Alvaro tidak menjawab dan hanya tersenyum sambil mengangguk. Setelah itu ia pun membukakan pintu mobil untuk Reyna. Sebelum jalan, Reyna ingat akan sesuatu. "Varo, sebelum berangkat aku boleh minta sesuatu?"

Alvaro menolehkan wajahnya dan menatap Reyna. "Aku tidak ingin orang lain salah paham dengan kita. Jadi, boleh aku ajak Shi Young?" Alvaro terdiam sesaat, kemudian ia tersenyum menyetujui ucapan Reyna. "Tentu, ajak saja dia." Reyna berlalu kembali ke dalam rumahnya. Alvaro tersenyum kecut sambil menatap punggung Reyna. Dalam hati ia merasa kecewa, padahal ia ingin menghabiskan waktu berdua bersama Reyna. Hanya itu satu-satunya kesempatan, setelah semuanya tidak bisa kembali seperti dulu.  Alvaro merindukan masa-masa itu.

***

Reyna dan Shi Young tertawa bersama ketika keduanya tengah berfoto ria. Alvaro yang melihatnya ikut tersenyum. Karena di depan sana, perempuan yang pernah mengisi hatinya akan hilang dari genggamannya untuk selamanya. Bagus jika mereka berjodoh, tetapi jika tidak Alvaro harus mengikhlaskannya.

Reyna menghampiri Alvaro yang sedang melamun. "Varo, hei jangan melamun. Bersenang-senanglah." Alvaro tersadar dari lamunannya. Benar, untuk apa ia meratapi semuanya, toh semua tidak akan seperti semula. "Oke, ada apa?"

"Tolong dong fotokan kami, langitnya indah. Nanti gantian."

"Dibayar apa?"

Reyna menatap Alvaro kesal. "Haha baiklah Lele, cepat dong." Reyna tersenyum manis kepada Alvaro.

Senyuman itu, Alvaro merindukan senyuman Reyna yang dulu hanya untuk dirinya seorang. Dia ingat saat Reyna menangis karena kehilangan kucingnya, dan Alvaro seoranglah yang bisa meredakan tangisan itu.

.
.
.
.
.
.

To Be Continued

Daniel ceritanya jadi Alvaro ya hehe. Semoga suka dengan cerita ini. Jangan lupa  bintang dan komentarnya.

Salam,
Manusia

Impossible ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang