Beberapa kali Reyna terus melihat jam ditangannya. Rasanya waktu begitu lama jika ditunggu. Dan menunggu itu hal yang membosankan, bagi sebagian orang mungkin. Reyna saat ini sedang menunggu pemberangkatan untuk pesawatnya. Tetapi bukan itu yang Reyna tunggu sebenarnya, Reyna sedang menunggu Rey adiknya yang saat ini sedang dalam perjalanan dari kota Bandung. Rey tengah berlibur bersama teman-temannya, padahal dia tahu kakaknya itu akan ke Jepang.
Tak lama, Rey datang dengan tergesa-gesa. "Kak Reyn, maaf aku terlambat," ucap Rey dengan napas yang memburu.
"Kakak juga minta maaf. Kalau begitu Kakak pergi dulu, jaga dirimu baik-baik. Jangan nakal."
"Asiap Kak." Rey melambaikan tangannya kepada Reyna. Reyna tersenyum dan mengangguk. Kemudian dia fokus kedepan, melihat jalan dengan sedikit berlari.
Beberapa jam kemudian Reyna sudah sampai di Jepang. Tepatnya di kota kelahiran ayahnya. Ia dijemput oleh pamannya yang sudah menunggu di sana. Reyna sampai di rumah neneknya dan langsung memeluk menyalurkan rindu kepada neneknya itu. Walaupun hanya beberapa minggu tidak bertemu, tetapi Reyna sangat rindu neneknya.
Setelah Reyna menyelesaikan studi S1 dan S2 nya, beruntungnya ia sudah bekerja saat ini. Buktinya sekarang ia di Jepang. Jadi, Reyna ini tinggal di Jepang, karena pekerjaannya yang mengharuskan dirinya untuk tinggal di Jepang.
Reyna senang bisa berkumpul dengan keluarganya di Jepang, tetapi Reyna juga sedih jadi tidak bisa berkumpul lagi dengan kedua orangtua dan adik kecilnya itu.
Reyna melihat isi kamar yang ditempatinya dengan senyuman bahagia. Foto-foto masa kecilnya terpajang banyak di sana. Sepertinya itu foto dari tahun ke tahun umur Reyna. Karena tertera tanggal; bulan dan tahun yang berurutan. Reyna terkekeh setelahnya.
Kemudian Reyna merebahkan dirinya. Melihat pelapon rumah dengan pikiran yang membayangkan kejadian-kejadian lama yang masih terngiang dibenaknya. Semua rentetan kejadian di rumah neneknya.
Reyna menghela napas. Melirik ponselnya yang bergetar. Saat dilihat namanya ternyata itu dari Shi Young. Meskipun lama tidak bertemu setelah pertemuan terakhirnya satu tahun lalu, Reyna dan Shi Young masih tetap berkomunikasi dan tidak melupakan satu sama lain.
"Yeoboseyo."
"Yuki ... aku datang ke Jepang. Jemput aku sekarang." Reyna terkejut dan menatap ponselnya bingung. "Kenapa mendadak Shi Young-ah?"
"Aku juga bekerja di Jepang, asal kau tahu itu."
"Ha, sejak kapan?"
"Nanti aku ceritakan."
"Ya ya ya, tunggu di sana." Reyna buru-buru ke luar rumah setelah sebelumnya berpamitan. Namun, ketika ia sampai di gerbang rumah, Shi Young berdiri di sana dengan cengiran khasnya. Reyna terkejut melihatnya.
"Aku kira kau di bandara," ucap Reyna. Shi Young terkekeh. "Aku sengaja agar kau terkejut, sebenarnya aku tinggal tak jauh dari sini." Reyna mengangguk dan mengajak Shi Young untuk masuk.
Selang beberapa jam, Shi Young sudah kembali pulang ke rumahnya. Reyna sebenarnya masih ingin mengobrol banyak, tetapi dia juga lelah setelah perjalanannya yang cukup lama.
Masih ada dua hari lagi untuk Reyna mengelilingi sekitar kota sebelum akhirnya ia harus mulai bekerja lagi. Iya, sudah sekitar empat tahun Reyna bekerja di sini. Dan besok ia akan melakukannya. Sekarang lebih baik ia istirahat agar staminanya kembali terisi.
***
Kedai. Reyna saat ini tengah di kedai ramen kesukaannya. Ketika mengatakan ini, rasanya jadi teringat animasi Naruto.
Cekrek
Suara kamera membuat Reyna menoleh dengan cepat. "Permisi Tuan, kenapa Anda memotret saya?" Jelas sekali Reyna tahu kalau laki-laki di hadapannya itu tadi memotretnya. Begitu laki-laki itu mendongakan wajahnya Reyna terkejut dan tersenyum senang setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible ✓
Fanfiction[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK] Reyna Yuki Nakamoto, gadis muslim asal Indonesia yang harus pergi ke Korea Selatan membantu bibinya. Reyna sendiri berdarah campuran antara Indonesia dengan Jepang, sehingga wajahnya ayu seperti orang Indonesia dengan...