Shi Young memandang ponselnya serius. Sesuatu menghinggapi pikirannya saat ini. Dan hati yang bimbang ikut menyerangnya pula. Sudah satu minggu sejak kecelakaan yang menimpanya dan ia kini sudah sembuh total. Hanya saja bekas luka masih terlihat di tangannya. Shi Young bermondar-mandir di kamarnya sambil memantapkan hatinya.
Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah konser , sebuah kata yang sangat berpengaruh besar bagi Shi Young. Terlebih itu sebuah konser sang idola. "Baiklah, aku akan membelinya." Tanpa berpikir rumit lagi, Shi Young akan membeli sebuah tiket konser. Ini kesempatan baginya karena harga tiket yang cukup pas di dompet, dan karena konser ini konser dadakan.
Shi Young pun menelpon Reyna dengan niatan ingin mengajaknya. Sedangkan Reyna ia sedang disibukkan pula dengan pikirannya. Berbeda dengan Shi Young yang bimbang, tetapi kali ini Reyna berpikir bahwa dirinya aneh. Bagaimana tidak, ingatkah satu minggu lalu saat Tae Hyung menepuk kepalanya? Entah kenapa dengan Reyna, ia jadi terpikirkan itu terus.
Drtt Drtt
Dengan ponsel yang bergetar Reyna pun tersadar dari pikirannya. "Yeoboseyo." Reyna menjawabnya dengan lemas. Bukan karena ia malas berbicara dengan Shi Young hanya saja ia sedang malas karena terus terpikir laki-laki itu.
"Lemas sekali kau." Shi Young disebrang sana terkekeh dan Reyna hanya mengerucutkan bibirnya.
"Ada apa?"
"Aku ingin mengajakmu menonton konser. Kau jangan menolak, kak Hinata pasti mengizinkan. Ayolah ini liburanmu, kau pasti akan senang." Reyna bukan tidak senang tetapi konser siapa yang akan mereka tonton. Jangan bilang grupnya Tae Hyung.
"Kau teman Ji Min dan Tae Hyung kan, ayo nonton konser mereka. Mereka pasti akan senang." Apa yang Reyna takutkan benar saja terjadi. Konser yang dimaksud adalah konser BTS. Reyna senang akan melihat Ji Min, tapi bagaimana jika ia bertemu Tae Hyung. Ia masih malu dengan kejadian saat dirinya menangis dihadapan Tae Hyung. Laki-laki itu pasti akan menertawakannya jika mengingatnya.
"Jebal ...." Shi Young memasang puppy eyesnya meski tak terlihat oleh Reyna sekalipun. Reyna tak tega, terlebih Shi Young memelas seperti itu.
"Okay, tapi bagaimana dengan pekerjaanku? Nanti bibi Hinata marah." Masih saja Reyna mencari alasan. Dan tentunya Shi Young akan melakukan apa pun untuk bisa menonton konser itu. "Aku kan sudah bilang, kak Hinata pasti mengizinkan. Kalau tak percaya telepon saja kak Hinata, eoh jangan lupa tiketnya juga tidak mahal." Menghela napas itu yang Reyna lakukan. Reyna akan menuruti Shi Young saja, percuma menolak dengan halus pun Shi Young akan tetap mengajak lebih tepatnya memaksa.
"Yah baiklah terserah kau saja. Sudah dulu, aku sedang sibuk."
"Kyaa! Yuki kau memang terbaik. Oke aku tutup teleponku ya, bye bye." Reyna menggeleng dengan kelakuan Shi Young, teman barunya itu sangat luar biasa kkk.
Drtt Drtt
Ponsel Reyna kembali bergetar dan itu menandakan ada penelepon masuk. Siapa lagi sekarang, yah Reyna harapa bukan hal menjengkelkan. Nomor tidak dikenal, banyak sekali nomor tidak dikenal akhir-akhir ini. Reyna mengangkat panggilan masuk itu dengan segera.
"Yeoboseyo."
"Dengan siapa?" Belum ada jawaban dari sebrang sana, sampai ada dehaman yang mengejutkan Reyna. Penelepon itu, sepertinya Reyna mengenal suaranya meski hanya sebuah dehaman.
"Ji Min-ssi?" Tanya Reyna memastikan si penelepon. "Nde, maafkan aku mengganggumu." Bibir Reyna melengkung membuat sebuah senyuman bahagia. Ia sangat bahagia Ji Min meneleponnya. Sebuah keberuntungan bagi seorang biasa seperti Reyna.
"A-aniya, aku sedang senggang. Uhm ada apa Ji Min-ssi?"
"Jangan memanggilku seformal itu, kau tahu kita sudah berteman bukan?"
Benar, kita sudah berteman, batin Reyna.
"Ah iya, jadi kenapa?"
"Kau ada waktu pekan ini? Aku ingin mengajakmu makan bersama."
Apa Reyna tidak salah dengar dengan ucapan Ji Min tadi, Ji Min mengajaknya makan bersama? Jika ini mimpi tolong jangan bangunkan Reyna.
"Sepertinya aku tidak sibuk, tapi apa kau serius?"
"Aku tak pernah seserius ini. Jadi bagaimana, kau mau?"
"Baiklah, aku akan datang."
"Thank you, aku akan menjemputmu jika kau tidak keberatan."
"Ah tidak Ji Min, aku saja yang datang ke tempat tujuan. Itu akan sangat merepotkan."
"Tapi aku ingin-"
"Tak usah Ji Min, aku bisa naik bus ke sana. Kau seorang idol, jangan banyak berkeliaran." Apa yang Reyna katakan. Ia terdengar akrab.
"Haha baiklah. Pukul 8 malam aku tunggu di cafe xxxx."
"Baiklah, terima kasih Ji Min."
"Aku tutup teleponku, sepertinya aku harus latihan. Sampai jumpa."
Reyna menyimpan ponselnya di nakas dan menghempaskan dirinya di sofa. Apa yang terjadi barusan, apakah ia bermimpi? Oh tidak, makan bersama, dijemput, tapi ia seorang teman bagi Ji Min. Baiklah, sepertinya Ji Min ingin lebih dekat dengan Reyna yang notabennya teman baru Ji Min.
***
Reyna dan Shi Young selesai menonton konser BTS. Reyna sangat senang terbukti dari wajahnya yang senantiasa terpancar senyuman dan tampak cerah ceria. Bagaimana tidak, ia melihat Ji Min sangat tampan tadi. Lupakan masalah Tae Hyung, ia kini lebih fokus dengan Ji Min. Mengingat lagi Ji Min mengajaknya makan bersama besok malam. Reyna jadi tidak sabar menantikan hal itu.
"Wah kau sangat senang Yuki." Shi Young mengomentari. Reyna hanya tersenyum senang. Keduanya berlalu untuk pulang ke rumah. Tidak sia-sia Reyna menonton konser meski ia harus berdesakan dengan ARMY atau penggemar BTS lainnya.
Reyna dan Shi Young hanya berdua karena Alesha yang sudah diajak pun malah pulang kemarin karena ada urusan keluarga. Padahal ini menyenangkan, Alesha akan menyesal.
Ting
Pesan masuk untuk ponsel Reyna. Reyna segera melihat siapa pengirim pesan tersebut. Ji Min, ia mengirimkan pesan singkat untuk Reyna yang isinya memberitahukan tempat di mana mereka akan makan bersama. Reyna membalasnya hanya dengan kata singkat, baiklah.
"Hei, kau tersenyum terus, kenapa?" tanya Shi Young yang ingin tahu kenapa dengan Reyna. Reyna terlalu bahagia akhir-akhir ini.
"Tidak, yuk kita pulang, Bibi Hinata menyuruhku agar cepat." Shi Young menanggapi ajakan Reyna dengan anggukan saja. Keduanya pun segera pulang ke rumah.
Begitu sampai rumah, Hinata tengah disibukkan dengan Hiroku. Hiroku terus menangis tanpa henti yang membuat Hinata kewalahan. Alhasil Reyna segera turun tangan membantu bibinya menenangkan Hiroku.
"Hiroku kenapa, Bi?"
"Sepertinya dia demam Yuki. Bibi akan menelepon paman, tolong bereskan barang itu ya." Reyna pun membantu membereskan beberapa barang yang berserakan dibantu dengan Shi Young.
"Kasihan sekali baby Hiroku," gumam Shi Young. "Dia masih kecil," lanjut Reyna. "Kalau begitu aku pulang dulu, ibuku sudah mengirimkan pesan." Reyna mengangguk dan tersenyum kepada Shi Young.
"Tolong sampaikan salamku kepada kak Hinata ya, bye."
Reyna tersenyum sesaat lalu segera menghampiri bibinya. Tahukah kalian senyuman itu berartikan apa? Yah kalian pasti tahu kkk.
To Be Continued
Semoga hari kalian menyenangkan ✨
Salam,
Manusia
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible ✓
Fanfiction[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK] Reyna Yuki Nakamoto, gadis muslim asal Indonesia yang harus pergi ke Korea Selatan membantu bibinya. Reyna sendiri berdarah campuran antara Indonesia dengan Jepang, sehingga wajahnya ayu seperti orang Indonesia dengan...