13. Mianhae

2.1K 205 7
                                    

Bukan Reyna namanya jika tidak cerewet. Ayolah, sifat asli Reyna tidak seperti yang kalian bayangkan. Dia jauh lebih cerewet dibandingkan Shi Young. Tetapi bukan berarti ia munafik jika dihadapan Ji Min atau pun Tae Hyung. Reyna hanya menyesuaikan keadaan, ada saatnya di mana ia juga tidak harus cerewet menjerumus ke galak.

Kali ini mulut seribu gunanya sedang berproses menjadi cerewet. Terbukti dari ia yang terus berbicara karena kalian tahu Reyna sedang berbahagia. Ajakan Ji Min dan perilaku Ji Min bukankah kalian akan merasakan hal yang sama? Oh tentu jika kalian menyukainya.

"Coba kamu definisikan. Aku kenapa sih?"

Ghea. Reyna tengah bertelepon ria dengan Ghea-sahabat kecilnya. Menceritakan semua kejadian hari ini, dari ia bangun tidur sampai terakhir ia bersama Ji Min.

"Jatuh cinta?"

"Entah, aku hanya merasa bahagia dan memang aku menyukainya."

"Berarti Kakak jatuh cinta."

"Gak semudah itu Ghe. Aku hanya bilang suka, bukan cinta."

Terdengar helaan napas disebrang telepon. Dan sudah pasti pelakunya adalah Ghea.

"Lalu apa bedanya?"

"Bagiku itu beda. Kalau aku suka ya mungkin karena aku kagum atau itu berasal dari mata. Kalau cinta ya berarti dari hati."

"Terlalu ribet. Jadi, apa jantung Kakak selalu berdetak? Apa Kakak ingin memilikinya? Apa Kakak-"

"Jawabannya iya semua."

"Nah, berarti itu Kakak jatuh cinta. Sudah jangan menyangkal."

"Tapi aku ragu kalau itu jatuh cinta, rasanya ada sesuatu yang menolak."

"Lalu apa yang Kakak rasakan? Sudahlah, Kakak hanya sedang dimabuk cinta."

"Aku hanya suka."

"Terserah Kakak. Oh, sepertinya kantukku datang, aku tidur ya Kak."

"Heh di sana baru pukul sembilan, di sini sudah pukul sebelas."

"Ghea sudah berjalan ke mimpi. Sampai jumpa. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Telepon Ghea ditutup. Reyna masih senantiasa tersenyum bahagia. Reyna bingung dengan dirinya, mereka bilang ia sedang jatuh cinta. Tetapi hati Reyna seakan menolak itu. Itu bukan jatuh cinta, ia yakin itu. Namun, mengapa ia sangat bahagia? Apa memang jika bukan jatuh cinta bisa bahagia seperti itu? Reyna bingung sekali saat ini.

Dan akhirnya Reyna memutuskan untuk mengabaikan itu sejenak. Pikirannya sekarang harus fokus dengan pekerjaannya, kalau tidak Hinata akan memecatnya. Ah mana mungkin Hinata setega itu kepada ponakannya.

Ting

"Yuki-ah."

Reyna menolehkan wajahnya kala suara yang sangat ia kenal memanggilnya. Suara yang sedikit cempreng milik gadis asal Korea yang tidak lain adalah Shi Young.

"Kenapa kau kesini? Bukannya kau sedang membantu ibumu?" Shi Young terkekeh dan mengajak Reyna untuk ke ruangan Hinata.

"Ada apa sih?" Reyna bertanya bingung. Shi Young mengambil ponselnya dan menunjukkan sesuatu yang sangat mengejutkan bagi Reyna. Seseorang kata kan pada Reyna, bahwa yang ia lihat hanyalah mimpi. Reyna benar-benar terkejut dan ada rasa tak enak di hatinya.

"Yuki, apa ini kau?" Reyna terdiam melamun. Secepat itukah netizen mendapat berita. Reyna jadi merasa bersalah, hatinya tak tenang.

Benar jika kalian menebak itu Ji Min, karena kenyataannya memanglah Ji Min. Dalam berita itu ada foto Ji Min dengan seorang perempuan sedang dan makan bersama. Dan perempuan itu tak lain dan tak bukan adalah dirinya. Reyna tak bermaksud untuk menghancurkan karir Ji Min, ia tak ingin Ji Min juga mendapat masalah karena hal tersebut.

"Yuki kau masih beruntung karena wajahmu tak terlihat. Tapi kau akan sedikit mendapat masalah jika sasaeng fans menyelidikinya."

"Yak Yuki-ah!" Reyna langsung keluar begitu saja dari ruangan itu. Ia ingin pulang sekarang juga. Bukan seperti ini yang Reyna inginkan. Ia tak ingin Ji Min mendapatkan masalah karena dirinya.

Reyna sampai di rumah Hinata dan masuk begitu saja ke kamarnya. Hinata yang melihat hal itu hanya bisa terdiam dengan bingung. "Yuki kamu kenapa?" Tak ada jawaban dari kamar Reyna. Reyna saat ini sedang menangis merasa bersalah.

"Mianhae Jiminie," lirih Reyna. Reyna jelas merasa bersalah karena ia tahu betul bagaimana kejamnya dunia entertainment.

Drtt Drtt

Ponsel Reyna berdering dan tebak siapa nama yang tertera dalam panggilan tersebut. Ji Min. Kebetulan sekali dia menelepon Reyna, Ji Min pasti sudah tahu kabar itu. Reyna sempat bingung untuk menjawab panggilan itu tetapi akhirnya ia menjawabnya.

"Yeo-boseyo ...."

"Reyna, maaf aku meneleponmu. Tapi kau tahu berita tentangku?" tanya Ji Min to the point. Reyna tahu, dan karena berita itu ia sedang menangis sekarang.

"Nde, aku tahu. Maaf."

"Kau menangis? Kenapa kau menangis Yuki?" Dari nada suaranya, Ji Min terdengar sangat khawatir. "Tidak apa. Aku minta maaf karena aku kau mendapatkan berita buruk." Ji Min disebrang sana tersenyum simpul.

"Kenapa kau minta maaf? Kau tahu, karena berita itu aku banyak dipuji ARMY." Apa yang Ji Min katakan. Itu jelas-jelas berita buruk, mana mungkin penggemar memujinya. "Kau ada-ada saja. Mianhae Ji Min-ssi aku janji tidak akan mengganggumu lagi. Annyeong." Panggilan pun Reyna matikan. Reyna tak kuat jika harus seperti ini, lebih baik ia yang menjauh. Lagi pula mana mungkin aku dan Ji Min bisa bersatu. Lupakan saja Ji Min, batin Reyna.

Kenapa Reyna memutuskan begitu cepat untuk melupakan Ji Min dan meninggalkan Ji Min? Karena Reyna tak ingin berurusan dengan dunia entertainment. Jika kalian bingung dengan jalan pikiran Reyna, tak apa.

"Leyna buka pintunya!" teriakan Hinata membuat Reyna dengan terpaksa ke luar kamar.

Ceklek

"Aigoo, kamu kenapa hm?" Mata Reyna sembab. Sudah terlihat jelas bahwa ia habis menangis.

"Bibi ...." Reyna memeluk bibinya dan kembali menangis. Hinata mengerti dan membiarkan Reyna untuk tenang terlebih dahulu. Keponakannya ini pasti sedang mendapat masalah besar. Namun, masalah apa yang membuatnya menangis seperti itu? Mungkin Hinata akan menanyakannya itu nanti.

Beberapa menit kemudian Reyna sudah tak menangis lagi. Tapi ia masih bungkam dan diam melamun. "Yuki, kamu mau makan? Bibi sudah siapkan makan siang." Reyna menggelengkan kepalanya.

Ting Tong

Bel rumah berbunyi dan Hinata berlalu untuk membuka pintu. Ternyata Shi Young yang datang dengan wajah khawatirnya. "Yuki mianhae, tadi ibuku menelepon. Apa kau baik-baik saja?" Reyna tersenyum tipis dan mengangguk.

Shi Young menatap Hinata dan Hinata memberi isyarat untuk membiarkan dulu Reyna. Reyna itu cengeng, sensitif. Apalagi mendapat masalah seperti ini, ia akan sangat cengeng.

.
.
.
.
.
.

To Be Continued

Semoga kalina suka dengan cerita ini. Jangan lupa bintang dan komentarnya.

Salam,
Manusia

Impossible ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang