4. Toko Kue

3.2K 302 1
                                    

Hari ini menjadi hari kedua di Korea Selatan bagi Reyna. Dan tepat di hari ini juga, Reyna akan mulai bekerja di toko kue bibinya. Diluar dugaan ternyata Reyna hanya perlu datang untuk mengecek keadaan toko kue dan jika perlu mengurus masalah keuangan, itu saja mudah. Dan yah kata Hinata, sekalian Reyna itu liburan di sini, bukan maksud untuk bekerja. Reyna pikir dia akan membuat kue atau semacamnya yang berurusan dengan dapur.

Dan kalian mungkin bertanya kenapa tidak Shi Young saja yang melakukannya. Jawabannya karena Shi Young juga terkadang sibuk untuk membantu orang tuanya yang memiliki kedai. Kedai kopi yang kemarin Reyna dan Shi Young kunjungi, ternyata itu milik orang tua Shi Young dan Shi Kyung.

"Bibi, aku berangkat sekarang. Aih baby Hiroku, kau sangat menggemaskan." Reyna menciumi baby Hiroku gemas.

"Kamu sudah sarapan?" Reyna mengangguk mengiyakan. "Aku berangkat, dah!"

Reyna melangkahkan kakinya keluar rumah. Dia sengaja berjalan supaya ia terbiasa. Juga tempatnya tidak terlalu jauh, cukup 15 menit untuk sampai di toko kue milik bibinya itu. Sesekali ia merasa takjub dengan beberapa hal di jalanan. Seperti masyarakatnya yang banyak berjalan kaki untuk beraktivitas. Bahkan ke kantor pun sepertinya ada yang berjalan kaki.

Ponsel Reyna berdering menandakan ada panggilan masuk. Dengan cepat Reyna merogoh ponselnya dan mengangkat panggilan.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Oi kak," ucap Reynand disebrang telepon.

"Ih, gak usah ngegas. Ada apa?"

"Hehe maaf, Kak. Ini, sahabat Kakak yang katanya cantik mau ngobrol. Nih, Kak Ghea."

"Reyna ...!"

"Biasa aja dong, Ghe. Telinga aku sakit, aduh."

"Hehe maaf, Kak, aku terlalu senang. Kak gimana di sana, ketemu artis gak?"

"Seru dong. Ketemu gak ya, tebak coba."

"Pasti ketemu. Iya 'kan?"

"Hihi iya, aku ketemu."

"Wah siapa, Kak?"

Masalah Ji Min haruskah aku beritahu, em mungkin lain kali.

"Teman masa kecil di Jepang. Dia sekarang jadi artis terkenal."

"Woah, Kakak temenan sama artis. Siapa Kak?"

"Yuta."

"Widih, jangan lupa pesananku loh Kak."

"Hm. Oh bentar lagi aku sampai di toko kue, Ghe. Kamu tutup teleponnya, nanti kita bicara lagi."

"Okay, Kak. Nih Rey teleponnya."

"Kak, jangan lupa oleh-oleh."

"Berisik kamu. Dah kakak sibuk."

"Iya dah. Bye, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Reyna menyimpan kembali ponselnya. Toko kue Hinata sudah berada di depan mata. Dengan segera Reyna melangkahkan kakinya menuju toko.

Toko kue sudah cukup ramai. Pegawai di sana langsung menyambut kedatangan Reyna. Ada seorang wanita paruh baya. Bibi Ah Ra yang bekerja di toko bibinya sebagai pembuat kue nomor satu.

"Annyeong ... Bibi."

"Kau sudah datang Nak, mari Bibi antar ke ruanganmu." Reyna mengangguk sambil tersenyum dan mengikuti bibi Ah Ra. Reyna diantar ke ruangan khusus Hinata, di sana tempat Hinata mengurus semuanya termasuk masalah keuangan. Ruangan yang lumayan besar untuk seorang pemilik toko.

"Kalau ada apa-apa bisa panggil Bibi di dapur." Bibi Ah Ra tersenyum dan meninggalkan Reyna di sana. Reyna merasa senang meski baru dua hari di sini, karena ia sudah banyak berkomunikasi dengan warga Korea asli dan semuanya terlihat seperti biasa ia di Indonesia atau di Jepang. Reyna kira semua ini akan sulit dengan dirinya yang berhijab, tetapi ternyata itu tidak seperti apa yang dibayangkan.

Reyna melihat foto Hinata dan Shi Kyung di atas nakas. Hinata terlihat sangat bahagia dengan Shi Kyung yang merangkulnya. Reyna tahu tempat itu, tempat di mana bibinya berfoto. Di mana lagi selain tempat yang sering Reyna kunjungi ketika ke Jepang kalau bukan di Golden Pavilion. Tempat di mana memberikan ketenangan ketika bersantai di sana.

Reyna tersenyum sendiri mengingat ia dan temannya selalu pergi ke sana. Temannya yang sekarang menjadi seorang idol di negeri ginseng, Korea Selatan ini. Beruntung Yuta itu tidak melupakan Reyna setelah sekian lama tidak bertemu dan setelah dia menjadi artis. Di lain kesempatan mungkin Reyna akan mengunjungi dan bertemu lagi dengan ah entah cara seperti apa, nanti ia pikirkan lagi.

"Lebih baik aku membantu di depan saja," gumam Reyna dan memutuskan membantu di depan. Apa saja mungkin menjadi pelayan pun tidak apa.

Reyna menutup ruangan itu dan tepat setelah itu seorang pelanggan masuk ke toko kue. Seorang yang memakai jaket, masker, dan topi yang menutupi dirinya. Reyna jadi ingat Ji Min. Orang itu duduk di sudut ruangan toko. Oh, toko kue ini menyediakan tempat duduk untuk pengunjung bila ingin memakan kue di tempat. Yah semacam cafe yang sedikit tertutup.

"Wah, ini masih pagi tapi sudah ada pengunjung, bahkan toko belum buka." Reyna sedikit heran, padahal toko belum dibuka, lihat saja tanda di pintu tertera kata Close.

"Ada apa, Nak?" Bibi Ah Ra menghampiri Reyna yang merasa bingung. "Ah bibi, kenapa pengunjung itu sudah datang. Padahal toko masih tutup." Reyna masih sesekali melirik ke arah pelanggan.

Bibi Ah Ra tersenyum dan mengambil barang di meja kasir. "Itu pembeli langganan, dia hanya bisa kemari ketika seperti ini saja," bisik bibi Ah Ra.

"Maksud Bibi, dia pelanggan spesial?" tanya Reyna lagi. Bibi Ah Ra mengangguk mengiyakan. "Sudah ya, Bibi sedang membuat kue." Reyna mengangguk dan bibi Ah Ra berlalu meninggalkan Reyna yang kebingungan.

"Ah sudahlah, untuk apa juga aku memikirkan itu," ucapnya dan mengecek beberapa kue di sana.

"Eum Yuki-ssi. Pelanggan itu ingin kau yang mengantar," ucap salah seorang pelayan di sana. Reyna menolehkan wajahnya dengan bingung. "Kenapa harus aku, apa ada masalah?" Pelayan itu menggeleng dengan canggung.

"Hihi tak usah canggung seperti itu. Baiklah, biar aku antarkan. Oh, pelanggan itu tampak seram ya, sangat tertutup." Pelayan itu hanya mengangguk sambil tersenyum masih dalam kecanggungan.

Reyna membawa nampan berisikan kue dan minuman hangat. Sedikit takut akan terjadi apa-apa karena pelanggan itu memakai pakaian serba tertutup. "Permisi Tuan, ini ku-kue nya. Selamat menikmati," ucap Reyna dan hendak berlalu. Namun, orang itu bersuara untuk menghentikan Reyna.

"Sebentar," cegahnya.

"Iya, ada apa Tuan?" tanya Reyna dengan gugup. Orang yang berada di hadapannya itu membuka topi dan maskernya, dan seketika Reyna terkejut serta terpesona dalam satu waktu sekaligus.

Dia ....




To Be Continued

Semoga kalian suka cerita ini🐣Jangan lupa bintang dan komentarnya🐣

Salam,
Manusia

Impossible ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang