Satu bulan lagi Reyna berada di Korea Selatan. Tidak terasa liburannya sudah begitu lama, padahal baru saja kemarin ia datang ke tempat bibinya dan bertemu dengan dia. Banyak pengalaman yang ia dapatkan juga kenangan yang tidak akan terlupakan. Terutama kenangannya dengan si tampan yang berhasil memikat hatinya. Sudah jangan tanyakan siapa dia, Reyna sedikit sensitif mendengar nama tersebut.
Namun, jauh di dalam lubuk hatinya Reyna ingin meminta maaf sebelum Reyna pulang ke negara asalnya. Meminta maaf kepada mereka yang sempat Reyna repotkan. "Pst, Yuki, sini sebentar." Reyna menolehkan wajahnya ketika mendengar suara seseorang yang memanggilnya.
Shi Young berdiri di ambang pintu dengan cengirannya. Reyna memutar bola mata malas dan menghampiri Shi Young. "Kenapa?" tanya Reyna ketika ia sudah di depan Shi Young. Shi Young melirik ke luar ruangan sebentar dan mendorong Reyna masuk kemudian menutup pintunya.
"Hei, kau ini kenapa?"
"Aigoo ... Yuki, aku mau mengatakan sesuatu yang penting. Suatu hal yang sangat sangat penting, tapi kau jangan marah. Dan kau juga jangan-"
Reyna menyela ucapan Shi Young. "Cepatlah katakan, kau tidak lihat aku sibuk?" Shi Young mengerucutkan bibirnya sebal. Reyna bukan tidak sopan dengan berkata seperti itu kepada Shi Young, tetapi memang faktanya ia sedang sibuk. Jadi, maafkan saja jika ucapan Reyna tidak sopan.
"Baiklah, dengarkan aku dengan baik-baik. Tadi pagi, seseorang datang ke rumahku, orang asing yang entah siapa. Ia tidak memberikan identitasnya bahkan langsung pergi begitu saja, setelah memberikan ini kepadaku."
Shi Young mengeluarkan sepucuk surat dari tas selempangnya. "Nah, dia memberiku surat, tapi di sana tertulis namamu. Lihat, untuk Reyna Yuki Nakamoto." Reyna mengerutkan keningnya kemudian membuka surat tersebut.
To: Reyna Yuki Nakamoto
Annyeong Reyna,
Kau masih mengingatku? Maafkan aku yang meninggalkanmu tanpa kabar, Re.Aku datang kembali, apa kau masih mau bertemu denganku? Jika iya, bisakah sore nanti kau pergi ke Sungai Han, kita akan bertemu di sana.
By: Mr. J
Reyna terkejut membaca isi surat tersebut. Jantungnya terasa ingin copot, dan rasa sakit itu kembali menjalar di hatinya."Kenapa? Apa isi surat itu?" Shi Young yang penasaran pun mengambil surat tersebut. Kemudian ia membacanya dan terkejut. "Apa kau, apa ini dari Ji Min?" Reyna terduduk lemas.
"Wah wah ternyata Ji Min masih memikirkanmu Yuki-ah hihi."
Reyna hanya diam tanpa membalas perkataan Shi Young. Dia, dia akan kembali dan bertemu dengan Reyna. Apakah ini mimpi? Siapa saja, tolong bangunkan Reyna sekarang juga.
"Hei, kenapa kau malah melamun, hm? Ini bagaimana dengan Ji Min."
"Shi Young ...."
"Ya?"
Reyna beranjak dari kursi dan mengambil tas selempangnya. "Apa kau sibuk?" Shi Young menggelengkan kepalanya. "Aku tidak sibuk, memangnya kenapa?" Shi Young melihat perubahan pada wajah Reyna. Shi Young tidak tahu mengapa Reyna jadi muram seperti itu, bukannya ia senang karena surat dari Ji Min? Yah Shi Young pikir itu surat dari Ji Min, karena di sana tertulis nama dengan inisial huruf J. Siapa lagi kalau bukan Ji Min, 'kan.
"Aku ingin pulang, tiba-tiba aku merasa tidak enak badan. Kau bisa membantuku menyelesaikan tugas Shi Young, hanya tinggal sedikit lagi."
Shi Young yang mengerti dengan keadaan Reyna mengangguk mengiyakan. "Baiklah, kau memang terlihat sedikit pucat."
"Terima kasih Shi Young-ah, maaf aku merepotkanmu." Reyna tersenyum kepada Shi Young dan Shi Young membalasnya dengan dua ibu jari yang diangkat. "Apa perlu aku antar?"
"Tidak, aku bisa pulang sendiri."
Reyna pun meninggalkan toko kue. Reyna merasa tidak enak sudah merepotkan Shi Young, tetapi dirinya saat ini benar-benar tidak kuat. Tidak kuat dalam artian mendengar kabar tentang dia yang telah Reyna ikhlaskan kini kembali lagi. Sekarang hidupnya terasa rumit, oh bahkan Reyna sudah berjanji tidak akan berurusan dengannya lagi.
"Reyna." Reyna mendengar seseorang memanggil namanya. Suaranya sedikit tidak asing di telinga Reyna. Pun Reyna mencari siapa orang yang memanggilnya. Di sana, di dalam mobil yang berhenti di depan Reyna tampak laki-laki yang dulu sempat Reyna tidak acuhkan.
"Hei, kau Tuan es?" Pemuda itu ke luar dari mobilnya dan segera menarik Reyna masuk kembali ke dalam mobil. "Kenapa kau menarikku?" Reyna menatap laki-laki itu dengan alis yang bertaut.
Tanpa memberikan jawaban kepada Reyna, ia menyuruh sopir agar menjalankan mobilnya. Reyna yang jelas-jelas sangat khawatir dan takut mencubit lengan si laki-laki itu. "Hei, itu sakit." Reyna tidak peduli, siapa suruh dia membawa Reyna seenak jidatnya. "Kau mau membawaku ke mana?"
"Yang jelas aku tidak akan menculikmu," ucapnya ketus. Dalam hati Reyna merutuki laki-laki di hadapannya. Pemuda yang setiap bertemu dengan Reyna selalu membuat Reyna naik darah. Siapa lagi kalau bukan Tuan yang terhormat Kim Tae Hyung.
"Kalau begitu jelaskan," ucap Reyna menuntut. "Aku ingin berbicara denganmu." Reyna sedikit terkejut dengan ucapan Tae Hyung. Namun, beberapa detik kemudian ia terasa dihempaskan kembali. "Jangan berpikir macam-macam, aku hanya ingin membicarakan tentang Ji Min." Ya, seharusnya Reyna tidak perlu berharap lagi seperti sebelumnya.
Reyna memandang Tae Hyung dengan sedikit kesedihan. "Memangnya kenapa dengan dia?" Tae Hyung menghela napasnya berat. "Dia seperti kehilangan semangat hidupnya, bahkan ketika latihan pun selalu tidak fokus. Aku tidak tahu masalahnya apa, tapi mungkin ini tentang kau." Reyna terdiam berpikir, apa benar karena masalah beberapa minggu lalu Ji Min seperti itu. Jika benar, Reyna harus bagaimana sekarang.
Ah Reyna baru sadar akan sesuatu. "Hei, kau ternyata sudah mencair. Aku kira kau hanya akan menjadi es kutub." Reyna mengucapkan itu dengan maksud menyindir Tae Hyung. Tae Hyung memutar bola matanya malas. "Itu tidak lucu."
"Siapa juga yang melawak." Reyna terdiam sebentar. "tentang Ji Min, jadi apa yang harus aku lakukan?"
Tae Hyung memandang Reyna dari ujung kepala sampai kaki. "Sebenarnya apa sih yang Ji Min lihat darimu. Kau benar-benar tidak menarik," ucapan Tae Hyung langsung membuat Reyna mengamuk. "Sembarangan kau. Walaupun seperti ini aku itu terkenal waktu SMA." Tae Hyung hanya memutar bola matanya lagi.
Reyna tidak menyadari tingkahnya saat ini. Entah bagaimana keduanya bisa akrab seperti itu. Padahal tadi Tae Hyung mengejek Reyna, tetapi Reyna tidak sakit hati karena hal tersebut. "Cepatlah serius, aku ada urusan setelah ini."
"Kau harus menemui Ji Min, karena itu sekarang aku membawamu. Sahabatku begitu kasihan, dia seperti burung dalam sangkar."
"Pribahasamu tidak nyambung. Baiklah, aku akan membantumu." Reyna pun memutuskan ikut dengan Tae Hyung. Walaupun sejujurnya ia menahan rasa sesak yang menyerangnya kembali.
"Semoga aku bisa mengikhlaskanmu," gumam Reyna yang sebenarnya terdengar oleh Tae Hyung, dan tanpa sadar sudut bibir Tae Hyung terangkat sedikit.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be ContinuedSemoga kalian suka dengan cerita ini. Jangan lupa bintang dan komentarnya.
Salam,
Manusia
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible ✓
Fanfiction[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK] Reyna Yuki Nakamoto, gadis muslim asal Indonesia yang harus pergi ke Korea Selatan membantu bibinya. Reyna sendiri berdarah campuran antara Indonesia dengan Jepang, sehingga wajahnya ayu seperti orang Indonesia dengan...