"Terima kasih sebelumnya, Tae Hyung."
"Tae Hyungie."
Kenapa dengan Tae Hyung hari ini, Reyna jadi sangat malu sekarang. Apa Tae Hyung sengaja melakukan semuanya. Reyna tidak paham maksud laki-laki itu. Ayolah, pipi Reyna memerah dan sangat memerah karena ucapan Tae Hyung yang selalu mengejutkan. "Kemari sedikit, kita harus dekat." Reyna yang masih salah tingkah hanya menatap Tae Hyung bingung.
"Apa kau ingin berjauhan, itu akan terlihat tidak bagus nantinya."
Tae Hyung menggeser sedikit duduknya dan menepuk-nepuk tempat disebelahnya. "Tidak apa, hanya sebentar." Kemudian Reyna duduk disebelah Tae Hyung dengan canggung. "Berikan ponselmu, biar aku yang pegang."
Cekrek
Keduanya telah mendapatkan hasil foto yang bagus. Reyna dengan senyuman manisnya dan Tae Hyung dengan senyuman kotaknya. Keduanya tampak serasi karena pakaian yang mereka kenakan. Baju putih dan celana hitam yang terlihat elegan.
"Sekarang giliran ponselku."
Reyna mengangguk dan tersenyum. Sebenarnya Reyna semakin gugup saja saat ini. Apalagi melihat tatapan Tae Hyung yang membuat Reyna terpesona dalam sekejap. Tetapi sudahlah, Reyna tidak perlu membuat harapan konyol lagi.
"Terima kasih Tae Hyungie."
"Tidak masalah."
"Sebenarnya aku ingin sekalian berpamitan. Besok lusa aku harus pulang ke negaraku." Tae Hyung melirik Reyna sekilas. Tanpa mengatakan apa pun Tae Hyung pun bangkit dari duduknya. "Kau seharusnya bukan pamit denganku dan bukan terakhir kalinya denganku."
"aku akan memanggil Ji Min, kurasa dia belum berangkat. Tunggu sebentar aku akan meneleponnya." Reyna terkejut dengan ucapan Tae Hyung. Kenapa juga dia harus memanggil Ji Min, itu akan sangat merepotkan mengingat Ji Min akan pergi mengunjungi orangtuanya.
"Tae, tidak perlu. Itu akan sangat merepotkan Ji Min. Sampaikan saja salamku padanya. Semoga kalian baik-baik saja dan sukses selalu untuk karirnya."
"Reyna, apa kau selalu seperti ini?" Tanpa menjawab Reyna menunggu kelanjutan ucapan Tae Hyung. "Pantas jika sahabatku menyukaimu. Kau sangat istimewa."
"Maksudmu? Jangan berlebihan Tae Hyung, aku hanya gadis biasa."
"Tapi punya daya tarik tersendiri. Aku minta maaf karena selama ini selalu membuatmu kesal." Reyna tersenyum. Tae Hyung memang mengatakan maaf dengan tulus, tetapi ekspresinya selalu saja sama.
"Tidak apa, Tae. Aku senang walaupun aku akui kau sangat menyebalkan. Tapi aku ingin tanya, kenapa kau hanya bersikap seperti itu padaku? Awalnya kukira kau membenciku."
"Tidak, aku tidak akan pernah membenci siapa pun. Itu karena, karena aku tidak sedekat kau dan Ji Min."
"Alasan aneh. Tapi aku percaya. Oh, tentang Ji Min dan aku, apa kau tahu?"
"Dia cerita."
Wajah Reyna tampak sendu, gadis itu memandang pemandangan di depannya. "Tae, aku juga sebenarnya menyukai Ji Min." Tidak ada suara dari Tae Hyung. Laki-laki itu hanya diam memandang objek yang sama dengan Reyna.
"Tapi aku takut, aku takut karir kalian hancur. Lagi pula aku siapa, justru aku tidak pantas berada diantara kalian. Aku bukan penggemar kalian, kau benar waktu itu."
"Hm, tidak masalah. Kau tetap orang yang kami ci—anggap teman dekat." Reyna mengangguk. Ia sudah mencurahkan isi hatinya kepada Tae Hyung. Entahlah, Reyna tiba-tiba saja ingin mengatakan itu semua kepada laki-laki disampingnya. Meskipun Tae Hyung entah dia keberatan atau tidak.
"Baiklah, sepertinya sudah terlalu lama. Kau harus segera kembali."
"Aku akan mengantarmu pulang." Reyna berdecak. "Kaukan selebriti, jangan banyak keluyuran. Sudah sana pulang." Tae Hyung mendengkus.
Pribadi Reyna yang sebenarnya telah muncul. Sekarang ia adalah Reyna yang sesungguhnya. Mudah tersenyum dan tertawa karena hal konyol.
"Eoh, aku melupakan sesuatu." Tae Hyung melihat Reyna bingung. Kemudian Reyna mendekati Tae Hyung. "Ini, aku punya barang untuk kalian. Sebagai kenangan saja, maaf bila tidak spesial." Dengan senang hati Tae Hyung menerimanya meskipun tanpa diperlihatkan oleh wajah laki-laki itu.
"Terima kasih." Reyna mengangguk. Kemudian Tae Hyung berpamitan pulang.
"Kalian terlalu mengejutkan," ucap Reyna sambil memandang langit sore.
Reyna harap suatu saat nanti ia dapat bertemu lagi dengan teman-teman di Koreanya. Semoga saja.
Reyna kembali ke rumah dengan wajah sendunya. Meskipun sudah beres dengan masalah-masalah lain. Tetap saja ia merasa sedih dengan kenang-kenangan yang tercipta. Banyak hal menarik yang terjadi di sini, sehingga sulit untuk ditinggalkan.
"Oi, darimana saja Kakak ini?" Tanpa menjawab pertanyaan Rey, Reyna berlalu begitu saja dengan tidak pedulinya. "Ck, sok cuek lu Kak." Reyna membalikan badannya dan menatap tajam Rey.
Rey yang ditatap seperti itu langsung ciut. Dia tidak ingin berurusan dengan Reyna yang sedang marah. Akan sangat fatal akibatnya. Seperti waktu itu pernah terjadi, dan Rey tidak ingin terulang kembali. Sangat mengerikan.
"Ayo cepat makan dulu kalian. Bunda sudah siapkan masakan." Dengan hangatnya keluarga Reyna makan bersama. Mereka tertawa sesekali karena ulah Rey yang konyol. Dan Reyna bahagia melihat semua itu.
.
.
.
.
.
.
.
To Be ContinuedSemoga kalian suka dengan cerita ini. Jangan lupa bintang dan komentarnya ✨
Salam,
Manusia
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible ✓
Fanfiction[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK] Reyna Yuki Nakamoto, gadis muslim asal Indonesia yang harus pergi ke Korea Selatan membantu bibinya. Reyna sendiri berdarah campuran antara Indonesia dengan Jepang, sehingga wajahnya ayu seperti orang Indonesia dengan...