Tae Hyung POV
Aish, ke mana perginya Ji Min. Aku sudah mencarinya ke beberapa tempat dan tidak menemukan laki-laki itu. Bagaimana kalau penggemar menemukannya.
Aku mencoba mencari Ji Min kembali. Kami sebenarnya diam-diam pergi ke bandara karena harus menjemput teman lama. Tetapi malah berakhir dengan Ji Min yang menghilang begitu saja.
Dari kejauhan aku melihat seorang gadis tengah duduk kedinginan. Melihat dari penampilannya, sepertinya gadis itu bukan asli sini. Aku terus memperhatikannya, gadis itu seperti punya daya tarik tersendiri sehingga aku ingin terus menatapnya.
Meskipun melihatnya dari jauh, aku bisa kecantikan wajahnya. "Cantik."
Gadis itu mengeluarkan ponselnya dan menerima panggilan. Namun, setelahnya dia tampak sedih. Aku ingin menghampirinya, tetapi seseorang sudah duduk disampingnya. Aku kenal jelas siapa orang itu. Dia Park Ji Min. Dengan antengnya memainkan ponsel dan duduk disembarang tempat. Padahal dari tadi aku terus mencarinya.
Gadis itu terlihat berbicara pada Ji Min dengan kekhawatiran tampak diwajahnya. Mungkin takut mengganggu atau apalah aku pun tidak tahu. Keduanya beranjak meninggalkan tempat tersebut.
Hingga tiba-tiba beberapa penggemar menghampiri mereka, buru-buru Ji Min lari dan menarik gadis tadi.
Aksi dikejar oleh penggemar sudah selesai. Untungnya Ji Min bisa bersembunyi dan tidak diketahui oleh penggemar.
Namun, hal mengejutkan lainnya, Ji Min tiba-tiba membuka masker dan topinya. Hei, apa-apaan Ji Min itu. Gadis itu melihat Ji Min dengan kegugupan tampak di wajahnya.
Ji Min terlihat berbicara dengan gadis tersebut. Ah sial, Ji Min lebih dulu berkenalan sepertinya.
Setelah Ji Min dan gadis tadi yang ternyata tengah meminta bantuan Ji Min mencari taksi, aku segera menghampiri laki-laki pendek itu. Beraninya keluyuran tanpa kabar.
"Ji Minnie, bodoh."
"Argh, apa-apaan kau ini?" tanya Ji Min disertai ringisan. "Ke mana saja kau, aku mencarimu. Cepat kita pulang, aku tahu kau tadi dikejar penggemar."
"Tae, aku bertemu bidadari," ucap Ji Min. Aku hanya bergumam dan berjalan mendahuluinya. "Kalau aku bertemu lagi, nanti aku kenalkan kau dengannya. Dia benar-benar cantik, kau tahu itu."
"Terserah kau saja."
Kami pun segera memasuki mobil. Hari sudah terlalu malam, hari ini benar-benar melelahkan.
***
Akhir-akhir ini suhu di kota Seoul menurun, sehingga udaranya sangat dingin.
Beruntungnya, aku punya satu toko kue langganan yang menyediakan cafe juga di dalamnya. Itu toko kue bibi Hinata, beliau adalah orang Jepang yang menikah dengan orang sini. Kuenya benar-benar lezat, dan toko kuenya pun sangat nyaman.
Aku sengaja berangkat pagi sebelum kota benar-benar ramai dengan orang-orang. Begitu memasuki toko, aku langsung mencium harumnya kue yang dipanggang.
Saat itu pelayan datang. Namun, mataku menemukan objek lain yang membuatku penasaran. Dia gadis itu, gadis yang aku lihat di bandara bersama Ji Min. Sedang apa dia di sini? Apa dia pekerja baru?
Karena rasa penasaran, aku menyuruh pelayan itu untuk gadis yang belum diketahui namanya yang mengantarkan pesanan. Dan tak butuh waktu lama gadis itu menghampiriku.
"Permisi Tuan, ini ku-kue nya. Selamat menikmati," ucap gadis itu. Suaranya lembut meskipun terdengar gugup.
Sebelum gadis itu benar-benar pergi, aku segera menghentikannya. "Sebentar."
"Iya, ada apa Tuan?" Aku membuka masker dan topi yang kukenakan. Gadis itu melebarkan matanya. Haha dia terlihat menggemaskan.
"Kau pekerja baru di sini? Aku baru melihatmu." Gadis itu mengangguk dengan gugup. "Oh pantas saja," ucapku dengan datar. Aku tidak bisa mengontrol diriku, saat aku didekat gadis ini, tiba-tiba aku memperlihatkan sisi dingin. "Eoh, di mana Bibi? Aku tidak melihatnya."
"Bibi Hinata? Beliau habis melahirkan, jadi saya yang menggantikannya. Apa ada masalah Tuan?"
"Astaga, jangan panggil Tuan, apa kau pikir wajahku tua?" Sejujurnya aku tidak masalah dipanggil apa pun itu. Tetapi dengan dia, rasanya aku ingin mengobrol sedikit lebih lama. Itu hanya caraku, entah benar atau justru buruk. Tetapi sepertinya ini buruk.
"Ah ... maaf," ucap gadis itu yang sepertinya merasa sangat bersalah. Sungguh tidak tega melihat dia seperti itu, tetapi aku senang bisa bicara dengannya.
"Hm," balasku disertai helaan napas.
"Eum, saya ke sana dulu, masih banyak yang harus saya cek." Namun, sebelum dia benar-benar pergi lagi, aku kembali menahannya. "Sebentar, apa kau tak mengenalku?" Aku hanya bertanya, jelas saja dia tidak tahu. Dari awal saja dia seakan kebingungan. Dan aku tidak tahu arti keterkejutan yang tadi diawal dia tampilkan. "Maaf, saya belum mengenal Anda, saya baru di sini," jawabnya datar. Apa aku terlalu buruk bersikap kepadanya? Ya, memang buruk sekali.
"Hei, jangan terlalu formal. Dan ngomong-ngomong siapa namamu?"
"Reyna imnida. Anda bisa memanggil saya Yuki jika ke-"
"Reyna? Aku bisa," ucapku sedikit sombong. Reyna. Nama yang bagus. Reyna pun tersenyum tipis menanggapinya.
"Baiklah tu- eum ...."
"Tae Hyung imnida."
"Ah, Tae Hyung-ssi, aku kembali ke sana lagi." Aku mengangguk. Wajahku sedari tadi tetap datar. Kenapa juga dengan diriku, biasanya tidak seperti ini.
Sial, aku benar-benar gugup, batinku.
Ketika Reyna sudah menjauh aku pun tersenyum tipis.
***
Jadwal kali ini akan ada fansign. Hal seperti inilah yang membuatku senang, karena bisa bercengkrama bersama ARMY.
Beberapa jam persiapan dan kami akan segera menemui ARMY yang sudah sangat antusias. Syukurlah, mereka datang dengan rasa gembira.
Kami jalan satu persatu memasuki ruangan, begitu aku masuk ruangan, aku melihat gadis itu lagi.
Kenapa dia di sini?
Aku meliriknya sekilas dan dia tampak terkejut melihatku. Ada apa dengan ekspresi itu?
Dan hal lain yang tidak disangka dia berhasil memenangkan undian. Akhirnya aku bisa melihat wajahnya dari dekat.
Aku pandangi Reyna dan dia pun melihat ke arahku. Aku tidak bisa mendeskripsikan tatapan macam apa ini, tetapi sepertinya Reyna tengah menahan kekesalan. Apa aku terlihat menyebalkan baginya? Oh ayolah Tae, bersikap biasa saja.
Reyna tiba di hadapan Ji Min, dia menatap Ji Min sekilas kemudian tersenyum canggung dan menunduk. Ji Min membalasnya dengan tersenyum hangat. Apa-apaan laki-laki pendek itu, bisa-bisanya dia menampilkan senyuman seperti itu pada Reyna. Bagaimana kalau Reyna nanti, ah sudahlah.
"Le-leyna?" Reyna mendongakkan wajahnya dan menatap Ji Min tak percaya. Kemudian dia mengangguk antusias juga tersenyum bahagia.
"Ah, kenapa kau bisa ikut fansign?" tanya Ji Min. Sepertinya Ji Min mengintimidasi Reyna. Aku yakin dipikiran laki-laki itu dia berpikir Reyna berbohong. Setelah pertemuan di bandara, ketika di dorm Ji Min menceritakan pertemuannya dengan Reyna. Dan dia bilang bahwa Reyna tidak mengenal Ji Min. Itu berarti dia bukan penggemar.
"Eh ak-aku ...."
Sebelum semuanya runyam, aku menyela, "mana mungkin dia penggemar kita." Reyna tersenyum tipis kepada Ji Min.
Dan seorang gadis yang kini berada di hadapanku bicara pada Reyna dengan berbisik. Setelahnya Reyna pergi meninggalkan kami. Kenapa dengan dia? Padahal aku sedang membuat situasi kembali nyaman.
.
.
.
.
.
.
.
.To Be Continued
Semoga kalian suka dengan cerita ini. Jangan lupa bintang dan komentarnya.
Salam,
Manusia
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible ✓
Fanfiction[JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK] Reyna Yuki Nakamoto, gadis muslim asal Indonesia yang harus pergi ke Korea Selatan membantu bibinya. Reyna sendiri berdarah campuran antara Indonesia dengan Jepang, sehingga wajahnya ayu seperti orang Indonesia dengan...