5. Menjengkelkan

3.1K 298 8
                                    

Dia ... tampan.

"Kau pekerja baru di sini?"

Reyna gugup dan hanya menganggukkan kepalanya. "Oh, pantas saja," ucap laki-laki yang belum Reyna ketahui namanya itu dengan datar. "Eoh, di mana Bibi? Aku tidak melihatnya." Masih dengan kegugupan Reyna berusaha memandang laki-laki di depannya.

"Bibi Hinata? Beliau habis melahirkan, jadi saya yang menggantikannya. Apa ada masalah Tuan?"

"Astaga, jangan panggil Tuan, apa kau pikir wajahku tua?"

"Ah ... maaf." Reyna pikir orang itu akan asyik, ternyata wajah dan kepribadian tidak sama.

"Hm."

"Em, saya ke sana dulu, masih banyak yang harus saya cek."

"Sebentar, kau tak mengenalku?" tanya laki-laki itu dengan pandangan yang menjengkelkan menurut Reyna. Juga Reyna bingung, kenapa setiap laki-laki tertutup seperti itu selalu menanyakan hal yang sama. Kemarin Ji Min anggota boy group itu, sekarang laki-laki dihadapannya. Apa jangan-jangan dia juga, anggota boy group?

"Maaf, saya belum mengenal Anda, saya baru di sini." Reyna berucap dengan datar. Laki-laki di hadapannya itu terlalu menjengkelkan menurut Reyna.

"Jangan terlalu formal. Dan ngomong-ngomong siapa namamu?"

"Reyna. Anda bisa memanggil saya Yuki jika ke-"

"Reyna?" ucap laki-laki itu sedikit sombong. Reyna tersenyum tipis menanggapinya.

"Baiklah tu-em ...."

"Tae Hyung imnida."

"Ah, Tae Hyung-ssi, aku kembali ke sana lagi." Laki-laki yang bernama Tae Hyung itu menganggukan kepalanya acuh. Reyna sedikit sebal dengan sikap Tae Hyung, menurut Reyna Tae Hyung itu sama seperti teman SMA-nya dulu di Indonesia, sok tampan. Reyna salah berpikir tentang Tae Hyung yang tampan, dia akan menarik ucapannya kembali.

"Aku tarik ucapanku lagi," gumam Reyna sambil berlalu meninggalkan Tae Hyung. Senyuman tipis terukir di wajah Tae Hyung. Entah apa arti senyuman itu, hanya Tae Hyung dan Tuhan yang tahu.

***

Reyna kembali ke rumah ketika menjelang siang. Karena tugas sudah beres jadi apa lagi yang harus ia lakukan, lebih baik membantu bibinya di rumah dan bermain dengan baby Hiroku yang menggemaskan.

"Tadaima."

"Eoh, kau sudah pulang. Bagaimana hari pertamamu?" tanya Hinata. "Seru dan oh ya Bibi, aku bertemu laki-laki menjengkelkan dan itu langganan toko Bibi katanya."

Hinata tersenyum dan mengangguk. "Benar. Bukankah dia tampan, Ley?"

"Mungkin bisa dikatakan iya, Bi. Tapi aku tidak suka dengan sikapnya." Reyna mempoutkan bibirnya. Inilah sikap asli Reyna kepada bibinya, sedikit manja. "Aigoo, dia sangat baik Ley, nanti juga kamu suka." Hinata terkekeh sedangkan Reyna masih dengan wajah cemberutnya.

"Eoh, baby Hiroku di mana Bi? Aku ingin bermain dengannya."

"Ah, dia baru saja tertidur. Bibi juga ngantuk, bibi tidur dulu ya Ley." Hinata melenggang pergi meninggalkan Reyna di ruang keluarga. Reyna menggeleng melihat tingkah bibinya.

Reyna mengecek ponselnya. Ada beberapa notifikasi, mulai dari operator dan juga satu nomor yang tidak dikenal. Nomor siapa ini, batin Reyna. Reyna membuka pesan itu dan dia tahu siapa pengirim pesan tersebut.

 Reyna membuka pesan itu dan dia tahu siapa pengirim pesan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Impossible ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang