"Kak jauh gak sih berambainya? Saya mulai capek nih!" Dea berhenti sejenak di bawah pohon jambu sambil mengipas mukanya dengan tangan
"Ayok Dea! Tinggal dikit aja kok, kan kamu juga yang paksa aku ikut kan!" aku terus menyemangati Dea
"Hah! Aku gak tau kalau teryata pengembaraan secapek ini!" Dea terus saja mengeluh
"Dea dengerin aku ya! Kalau kamu sampe bisa tembus ke berambai, aku belikan kamu susu Zee selama sebulan!" aku tau kalau Dea adalah penggemar susu Zee
Mata Dea langsung berbinar. "Beneran nih?"
"Iya!" jawabku mantap
"Kenapa berhenti? Ayok jalan lagi! Semakin lama kalian berhenti semakin capek kalian!" tiba-tiba terdengar suara kak Fathur di sampingku, dia sedang menaiki motornya.
"Kak Fathur mah enak, gak ikut pengembaraan!" protes Hilda.
"Saya kan panitia! Hahahha! Saya sudah makan garam duluan dek, kalian cuma jalan 17,8 kilometer aja! Saya pernah sampai 30 kilometer!" jelas kak Fathur dengan bangganya. Yap dalam pengembaraan ini ada panitia yang terdiri dari para tetua amabalan kami yang sudah makan garam di pramuka wkwkmw.. maksudnya yang sudah berpengalaman gitu!
Iyain aja deh! Kata-kata penegak garuda satu ini.
Akhirnya kami kembali lagi berjalan ke berambai dengan letih dan lelah, tapi tak menyurutkan semangat kami untuk terus berjalan.
Tepat jam 9 malam, kami telah sampai di air terjun berambai.
"Coba denger deh suara airnya! Menyejukkan jiwa!" Dinda menunjuk ke arah air terjun yang masih tidak terlihat karena tertutup oleh gelap malam
"Sudah-sudah! Mendingan kalian buat tenda terus langsung istirahat, saya besok ada hadiah buat kalian!" titah kak Fathur
"Kak kita mau buat tenda dimana?" tanya kak Rani
"Kalian harus nyebrang lewat sungai kecil ini, terus kalian bikin tenda disana! Disini untuk tenda panitia!" jawab kak Fathur dengan santai
Kami semua terkejut. Beneran nih mau nyebrang di sungai malam-malam begini terus kami hanya punya tiga senter.
"Kak beneran kita mau lewat nih!" tanyaku memastikan jawaban kak Fathur
"Iya Bintang!" ucap kak Fathur gemas
"Kak nanti kalau saya hanyut gimana?" Dinda menatap ngeri ke arah sungai
"Kak saya kan belum nikah? Belum keliling dunia? Belum bikin orang tua saya bangga?" cerocos Dea
"Hah! Pusing kepala gua kalau begini mah!" Keluh Hilda sambil mengeluarkan senter dari tasnya
"Kalian semangat ya! Saya mau bikin tenda dulu!" ucap kak Fathur sambil tertawa lalu dia membantu panitia yang lain membuat tenda
"Gimana nih cara nyebrangnya?" tanyaku bingung
"Eh.. lihat ada batu yang bisa kita injak untuk nyebrang!" kak Felix menyenter batu-batu yang berbaris ke sebrang
"Airnya juga gak dalam kok cuma di bawah lutut!" Malvin memasukkan kakinya ke dalam sungai
"Okey! Kita bagi-bagi tugas aja, Aan akan nyebrang duluan! Lalu Felix di batu pertama dekat tanah sebrang, Fachri di batu kedua, saya ada di batu ketiga, Malvin di sini dan putrinya kalian disini dulu sambil mengoper barang-barang sampe ke sebrang!" perintah kak Riko dengan bijaknya
Kami mulai mengoper-ngoper barang ke putra. Lalu putri menyebrang di bantu oleh putra.
"sekarang pasang tenda kalian, lalu tidur supaya lebih fresh!" nasehat kak Riko
KAMU SEDANG MEMBACA
Pramuka In Love (END)
Randomini bercerita tentang seorang gadis yang melanjutkan sekolah nya di salah satu SMA favorit di Samarinda. Kata orang, masa SMA itu masa yang menyenangkan tapi tidak untuk gadis 15 tahun ini,dan harus berjuang melalui berbagai rintangan di pramuka da...