Episode 2: kekuatan Stella

9.1K 516 14
                                    

Saat ini Stella sedang duduk di dekat jendela sambil menatap langit seperti biasa, ujian semester genap sudah selesai dan sebentar lagi ia akan lulus SMP dan masuk SMA.

Sesekali ia melihat kebawah gedung sekolahnya banyak siswa siswa kelas IX yang sibuk mengucapkan salam perpisahan, ada yang berpelukan dan menangis.

Kriiiiing.....

Bel pulang berbunyi tapi murid kelas IX berkumpul di lapangan karena ini adalah hari terakhir mereka berkumpul, besok mereka sudah lulus dari sekolah ini.

Setelah selesai mendengar nasehat dari kepala sekolah semua siswa pulang dengan tertib.

Stella seperti biasanya pulang sambil berjalan kaki, ia mampir ke toko untuk membeli es krim sekedar untuk melepas lelah.

Sungguh tidak beruntung, Stella bertemu lagi dengan preman preman itu, dan entah kenapa jumlah mereka semakin banyak saja.

"Hei kau!! urusan kita belum selesai." ucap si preman 1.

"..." Stella masih sibuk menikmati es krim dan terus berjalan sementara gerombolan preman tadi mengikuti nya dari belakang.

"Hei, dengarkan kami!!" ucap preman dengan tato di wajahnya. Lalu ia menebas es krim yang dimakan Stella, Es krim itu pun terlempar dan terjatuh.

Stella berhenti berjalan dan kepalanya menunduk.

"Hoi, kau harus membayar pajak jalanmu untuk hari itu. Atau kau akan merasakan akibatnya." ucap preman yang memiliki tubuh besar.

Stella hanya diam, tidak memgubris mereka dan berjalan semakin cepat.

"kau mau lari ya? Tidak akan kami izinkan!!" Preman preman itu mengepung Stella secara melingkar.

Orang orang yang lewat hanya melihat sekilas dan melanjutkan perjalanan mereka, tidak mau menolong dan ikut terlibat.

Stella benar benar ingin pulang sekarang, ia mengepalkan kedua tangannya. Dengan kesadaran penuh ia menggigit bibirnya sendiri hingga berdarah.

Ia sekarang tengah mencoba untuk mengendalikan emosinya, jika tidak preman preman itu bisa dalam bahaya.

Tapi itu sulit, suhu sudah mulai berubah menjadi dingin.

"H-hei kau melakukan apa!!" ucap preman yang menggunakan kalung rantai.

"..... maaf,"

Bruukk...

Stella langsung menonjok preman yang berada di depannya dan preman itu pun terpental jauh. Disaat bersamaan ia mulai berlari.

Preman preman itu terlihat sangat marah, karena jumlah mereka yang banyak mereka mengepung Stella sekali lagi.

Dan sekali lagi juga Stella menonjok tidak hanya satu tapi dua preman sekaligus yang menghalangi jalannya. Hawa dingin pun semakin menjadi di sekeliling Stella.

Sorot tajam matanya menatap satu persatu preman, tanpa adanya rasa takut lagi.

Ia mulai menghabisi preman preman itu sampai tak bersisa hingga mereka semua pingsan.

Mendengar ada bunyi sirine dari kejauhan, dengan sisa tenaga yang ada ia mulai berlari pulang kerumahnya.

.
.
.
.

Stella sampai di rumah dengan nafas tidak teratur dengan banyak keringat yang keluar. Saat tangannya akan menarik kenop pintu, rasa pusing luar biasa menyerang kepalanya hingga ia ambruk.

Bibi Mia yang baru kembali berbelanja langsung berlari dan mengangkat Stella ke kamarnya, Belanjaan dan tas Stella ia taruh di meja ruang tamu.

Dengan cepat ia langsung memeriksa Stella dan bernafas lega bahwa Stella hanya kelelahan saja.

Mia juga memiliki sihir seperti Stella. Ia mengabdikan dirinya untuk keluarga Stella karena banyak hal dimasa lalu. Elemen sihirnya adalah air dan ia sangat ahli dalam pengobatan.

Mia dengan cepat menelpon Dean dan memberitahu tentang keadaan Stella saat ini. Dean sendiri yang meminta Mia untuk memberitahukan jika sesuatu terjadi pada Stella.

"dia hanya perlu istirahat, nak Dean tidak perlu khawatir."

"jaga dia baik baik ya bi."

Dean pun mengakhiri telponnya secara sepihak, ia bertekad menyelesaikan berkas berkas ini secepat mungkin.

Umur Dean 18 tahun, walaupun begitu ia sudah menjadi manager di suatu perusahaan ternama karena kepandaian dan kemampuan menganalisisnya yang begitu cepat.

10 menit berlalu dan Dean sudah sampai dirumah, ia berjalan cepat menuju lantai 2 lebih tepatnya kamar Stella.

"Bagaimana keadaannya bi!?" tanya Dean begitu membuka pintu kamar Stella.

"Ia hanya kelelahan karena menggunakan seluruh kekuatannya, sehingga ia pingsan." Bibi Mia menjelaskan.

"Dasar anak ini, bikin khawatir saja!"  gerutu Dean.

Bibi Mia hanya tertawa kecil. Padahal ia sudah mengatakan bahwa Stella baik baik saja sehingga Dean tidak perku khawatir, tapi tetap saja ia memilih untuk pulang cepat dan melihat keadaan Stella secara langsung.

Karena Dean sudah datang, Mia pun beranjak pergi kembali ke dapur untuk memasak makan malam.

Dean menyeret kursi dari tempat belajar Stella untuk duduk di samping tempat tidur Stella.

Dean memegang tangan kanan Stella.

"dingin," gumamnya.

Lalu ia mengelus elus kepala Stella
"Tenang Saja sebentar lagi kau tidak akan menderita seperti ini, Kakak janji." ucap Dean sambil melepaskan tangannya.

"walau hanya sebentar, aku ingin kau merasakan bagaimana kehidupan sekolah sesungguhnya."

Dean pun beranjak dari tempat duduk dan pergi keluar kamar Stella. Meninggalkan Stella untuk beristirahat dan memulihkan kembali sihirnya.

.
.
.
.

Di suatu tempat...

Gadis itu menatap tidak percaya akan surat yang baru saja datang ke mansion rumahnya. Ia menggenggamnya dengan gemetar.

"ini... serius kan... benar benar kan... bukan mimpi kan..."

Melihat ke belakang surat putih itu terdapat sebuah lambang bintang. Ini memang surat yang ia tunggu tunggu kedatangannya.

"AKHIRNYA, AKU MENDAPATKANNYA!!!"

.
.
.
.

"kau serius, ingin mengambil pekerjaan ini."

Wanita itu menatap tidak rela kepada putranya yang tengah mengemasi barang barangnya untuk pergi ke dunia luar.

Sendiri tanpa dirinya.

"ya Ibu, tekadku sudah bulat untuk pergi ke dunia luar, ibu sendiri tahu kan jika bukan aku, siapa lagi?"

Laki laki itu lalu menggengam kedua tangan ibunya, hanya sekadar untuk memberikan semangat. Ia tersenyum lebar.

"percayalah bu, aku pasti akan segera kembali!!"

Bersambung...

Info:

Sihir Stella bergantung pada emosi jika dia sedang marah maka suhu di sekitarnya akan menjadi dingin.

Jika seorang penyihir menggunakan kekuatan nya sampai habis penyihir itu akan mengalami pusing lalu pingsan.

Jangan lupa Voment
Sampai jumpa di episode berikutnya~

The Magic Of Ice PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang