16. Wheres Pinnochio ? : Part 1 of 3

96 6 0
                                    


Malam itu dingin.

Tak seperti yang biasanya. Itulah yang dia rasakan , baik yang diluar maupun di dalam. Hembusan angin diluar menggaruk dinding luar rumahnya juga mendorong ranting ranting yang lemah nan beku. Beberapa dari mereka menyelinap dan menusuk kulit putih halusnya , namun ia tak hiraukan.

Matanya terfokus dengan kanfas putih yang ada di depan , sementara tangan kanannya melemuri merah kanfas itu dengan bantuan sang kuas. Garis demi garis , warna demi warna ia lebur. Tentu dia menikmatinya , tapi yang dia rasakan tetap sama

Dingin , baik diluar maupun di dalam.

Sebelumnya mereka tinggal bersama , dan dia adalah yang tertua , yang bertanggung jawab , yang menjadi contoh bagi 2 lainnya. Namun 2 yang lain kini pergi tiada. Yang sering ceria bergembira kini menghilang mencoba menghapus jejak setelah merasa terkhianati asmara. Yang pendiam nan pintar tiba-tiba pergi mengejar jejak tanpa meninggalkan sepatah kata.

Namun tidak ada waktu untuk berkabung dan bersedih , karena dibalik itupun dia tau kewajiban masih menunggu dan oleh karenanya juga dia melukis dan melukis sembari mencoba mengikis habis. Sampai akhirnya suara angin luar dan salju atas yang ia dengar dari tadi dikalahkan oleh seuara ketukan di pintu depan miliknya diikuti suara yang memanggilnya.

"Tuan putri ? Tuan putri ?"

Ia pun melepas sang kuas dan langsung bergegas menuju arah suara itu dan mendapati seorang kakek tua dengan rambut putih dan kacamata layunya terserang lemah oleh udara dan tajamnya angin di luar. Ia mengenali kakek itu ,

"Papa Geppetto ?!!"

"Tu..an putri... Pi..Pinn..Pinnochio... dia pergi...tolong saya..."

Tanpa pikir panjang ia pun langsung membawa Geppeto yang sekujur kulitnya terasa dingin nan pucat ke dalam. Perapian segera di nyalakan , selimut dikenakan , dan coklat hangat pun dibuatkan. Kulit keriput Geppeto yang sebelumnya pucat dan dingin lalu menjadi hangat dan berseri kembali.

Kini ia duduk di ruang tengah rumah dari Snow White yang menanyakan tentang Pinocchio sebelumnya. Geppeto kemudian menjelaskan keadaan anak nya yang sudah 3 hari ini tidak diketahui keberadaanya , dan selama 3 hari penuh keputusasaan itu akhirnya Geppeto memutuskan untuk datan kemari dan meminta bantuannya , meminta bantuan Snow White.

Mendengarnya , Snow mengangguk tanda mengerti apa yang Geppeto maksud terlebih apa yang dia rasakan. Dengan tegukan terakhir , Snow membuka pintu dengan kunci miliknya lalu membuka pintu yang mana langsung tersambung ke rumah milik Geppeto. Mengantarkan pulang Geppeto yang menggantungkan harapan besar pada dirinya perihal Pinnochio.

Namun kecil yang Geppeto tahu bahwa Snow sendiri tidak yakin apa yang bisa ia lakukan tanpa 2 bunga merah yang sebelumnya selalu berada disampingnya.

Melewati lorong dan tangga rumah kakinya bergerak , kepalanya berpikir , dan hatinya berbicara

"Rose pergi mengasingkan diri , Ride pergi entah kemana , Mr.Bruce dan Santa yang tiba-tiba juga menghilang tak berapa lama setelah pindah dan kini Pinnochio ? Ada apa sebenarnya ?"

Dengan mengenakan jubah putih anggun miliknya , ia pun pergi menemui seseorang yang selalu membantunya dan mungkin juga bisa membantunya dalam perihal yang ia dapatkan hari ini. Mungkin lebih tepatnya dua orang.

KLAK , suara kunci terhubung. Snow membuka pintu yang kini terhubung di dengan lorong raksasa yang gelap dan terbuat dari batu bata. Di setiap sisi temboknya , lampu gantung menghiasi memancarkan warna orange yang sekiranya cukup menuntun jalan. Di penghujung jalan terdapat pintu kayu dengan ukiran khas.

Perlahan Snow memegangi gagang dari pintu tersebut dan membukanya. Di dalam terdapat sebuah ruangan besar yang berisikan bermacam-macam bunga tertanam dan di kelilingi dengan tembok kaca dan langit-langit kekuningan berseri.

Juga terdapat 2 figur diruangan tersebut , seorang laki-laki tua dengan janggut dan kumis abu-abu rapih berdiri tegak gagah di dekat jendela terlihah sedang mengamati apa yang ada di luar. Dan seorang perempuan tua dengan rambut coklatnya sedang menyirami pepohonan dan bunga disekitar.

Snow tentu mengenali siapa mereka berdua , karena mereka juga Storian sama seperti dirinya. Mereka adalah The King dan The Queen , ketua dari The Council of Tales and Stories. Mereka berdua segera menyadari kehadiran Snow dan menyambut nya dengan senyuman.

"Snow , sayang , ada gerangan apa yang membuatmu datang kemari nak ?"

Tanya Sang Ratu.

Lalu mereka bertiga duduk di sebuah bangunan kecil seperti Gazebo yang berada di pojok ruangan. Snow kemudian menjelaskan keadaan dan situasinya , bagaimana kedua adiknya pergi entah kemana meninggalkannya sendiri. Juga rasa kesal bercampur khawatir yang tak bisa ia jelaskan.

"Snow , nak , kau lah yang paling tahu bagaimana adik-adikmu itu. Mereka bisa menjaga diri sendiri , tak ada yang perlu dikhawatirkan. Lagipula itulah gunanya cincin yang kami berikan kepada Rose juga kalung mu itu"

Bilang Sang Ratu , " Dan juga si Red kecil , aku berani bertaruh suatu saat nanti dia bisa mengalahkan rasa takut nya sendiri" tambah Sang Raja.

Mendengarnya suasana hati dan pikiran Snow kini menjadi agak lebih damai. Lalu Snow pun melanjutkan dan membahas tentang beberapa kasus menghilangnta Storian lain selain kedua adiknya di regionnya dan yang paling baru , Pinnochio.

Mendengarnya , kini raut muka Raja dan Ratu berubah. Mereka terdiam sejenak dan saling bertatap muka selama beberapa saat. Tak lama kemudia Sang Ratu mengajak Snow berjalan sebentar dari Gazebo tersebut dan berhenti pada sebuat kumpulan bunga. Sang Ratu mengambil salah satu bunga tersebut dan menarunya di telinga Snow sambil membelai rambut hitam halus milik Snow. Lalu Sang Ratu mengatakan sesuatu yang mungkin merupakan sesuatu yang paling membingungkan yang Snow dengar sepanjang hari

"Cari dan temui Pinnochio secepatnya , sebelum ia menemukan apa yang dia cari"




************************************
Sorry for the hiatus , something happened and i cant tell you here. But im glad i can continue this story.

Women In RedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang