Prolog

15.1K 972 34
                                    

Sebuah sekolah terkenal di Seoul bernama High International School merupakan sekolah termahal dan sekolah terpandang di Seoul. Kenapa begitu ? Karena rata-rata yang mengisi sekolah itu adalah anak-anak dari kalangan politik,pebisnis,bahkan anak nomor satu di Seoul, yaitu anak presiden. Dan untuk pendidikan, tidak usah ditanya. Disana berisi anak berkualitas. Beribu-ribu bahkan berjutaan piala dan penghargaan sudah didapat. Bahkan sampai mancanegara. Itulah kenapa terselip kata International di nama sekolah itu.

Untuk masuk di sekolah itu pun sangat susah. Banyak sekali persyaratan. Terutama HARUS DARI KALANGAN ATAS dan tentu saja BERKUALITAS! Banyak pintanya memang, tapi itu semua untuk menjaga nama sekolah. Kali ini mungkin ada pengecualian dari pihak Kepala Sekolah baru dan para staffnya. Yaitu kalangan bawah boleh masuk,dan akan diberi beasiswa tapi dengan syarat lagi. Jangan lupa dengan kata BERKUALITAS tentunya. Maka dari itu,mereka mengikuti serentetan ujian untuk mendapatkan beasiswa dan membuktikan mereka juga bisa menandingi yang lainnya.

Tapi siswa-siswi yang lain tidak terima dengan keputusan pihak Kepala Sekolah. Mereka sebenarnya ingin Complaint. Apa daya, pihak kepala sekolah sangat tegas. Tidak terpengaruh dengan jabatan-jabatan orang tua yang dipunyai mereka. Alhasil mereka hanya Complaint dengan sesama mereka. Contoh saja seperti sekarang. Di saat istirahat dan semua siswa  berada dikantin, ah tidak, disemua penjuru sekolah. Tidak ada satu pun yang luput dengan percakapan penerimaan murid beasiswa. Memang apa salahnya ? Toh mereka juga BERKUALITAS seperti kalian. Hanya beda tingkatan hidup. Bahkan siswa yang bisa dibilang memiliki tingkatan tertinggi disana pun ikut membicarakan itu di tempat berkumpul mereka. Di sebuah ruangan besar dipenuhi dengan hal-hal yang mereka sukai. Bahkan sebuah tempat duduk dan meja sesuai dengan jumlah mereka dan selera mereka.

"Benarkah kepala sekolah baru kita membuat sistem penerimaan beasiswa ?"

Seorang pria yang paling tua diantara mereka membuka suara setelah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Bahkan ia bertanya pandangan tidak luput dari sebuah lukisan baru dimejanya.

"Benar sekali. Siswa lain pun banyak membicarakannya."

Sahut pria lain yang sedang sibuk memutar-mutar Globe kecil ditangannya.

"Tidak habis pikir dengan jalannya pikirannya."

Bahkan pria yang  terkenal cuek dan dingin sekalipun ikut berkomentar.

"Kalau begitu tidak usah dipikirkan."

Kata pria lain lagi sedang menikmati kursi pijatnya.
Disaat empat pria disana membahas itu, tiga pria lagi  tidak ingin menambahkan. Biarkan saja, itu terserah Kepala sekolah,pikir mereka. Nikmati saja ada mainan baru,bahkan semakin banyak. Otak licik memang,padahal  mereka bertiga yang paling muda.

"Oh! Kapan murid beasiswa itu masuk ?"

Ke empat pria tadi terkejut dengan sahutan pria yang berambut Mullet  yang sibuk memainkan rambut yang paling muda diantara mereka. Yang dimainkan rambutnya,tidak merasa terganggu,malah sibuk mendengarkan lagu dengan memejamkan matanya.

"Besok,ku perkirakan."

Pria berambut Mullet tadi menatap teman seumurannya yang juga menatapnya dengan tangan menyangga dagu.

"Apa peduli mu ?"

Tanya pria yang menjawab pertanyaannya tadi.

Pria berambut Mullet hanya tersenyum miring sambil mengendikkan dagu.

"Pikirkan saja apa peduliku."

Hanya dibalas dengan dengusan  napas dan juga langkah kaki menjauh darinya. Terlampau hafal dengan perilaku si  rambut Mullet.

"Mau kemana,Hyung ?"

Pria yang paling muda akhirnya bicara,membuat si rambut Mullet terkejut. Membuat pria paling muda tersenyum tipis melihat keterkejutannya.

"Biasa. Keliling."

"Oh! Selamat menikmati kalau begitu."

Berakhir dengan gelengan ke enam pria  yang berada disana. Karena ada satu pria yang lebih cuek dengan keadaan sekitar daripada pria yang mendapat kan julukan Pangeran Salju disana.




















Langkah kaki baru saja melangkah di rumah yang sederhana tapi tetap saja menyajikan suasana hangat. Disambut dengan senyuman adiknya yang bertanya bagaimana harinya hari ini. Tidak lama kemudian juga disambut oleh kedua orang tuanya yang saling membantu menyiapkan makanan.

"Bagaimana harimu,nak ?"

"Biasa saja Eomma."

Si sulung langsung duduk disamping sang adik dan tepat berseberangan dengan kedua orang tuanya. Memulai makan siang mereka secara bersama.
Disaat mereka sudah selesai makan,dan sedang ingin merapikan bekas makan. Dikejutkan dengan suara ketukan pintu

"Biar Mark saja yang buka."

Lalu berlarilah si bungsu ke depan rumah dan membukakan pintu untuk si tamu.

"Selamat datang. Eo.....Tuan mencari siapa?"

Si bungsu dikejutkan dengan penampilan sang tamu. Seorang pria berpakaian formal dengan memegang undangan ditangannya.

"Apakah ini rumah Park Chaeyoung ?"

"Siapa Min-Hyung ?"

Chaeyoung menyusul adiknya yang membukakan pintu. Merangkul sang adik saat sudah berada di samping adiknya.

"Ah,sepertinya anda Park Chaeyoung. Begini nona. Saya dari High International School, disini saya ingin memberikan undangan atau bisa dibilang adalah surat kelulusan anda di sekolah itu."

"Apa ? Sekolah apa ?"

Orang tuanya ikut menyusul. Ingin memastikan tidak salah mendengar dengan nama sekolah yang baru saja disebutkan.

"High International School, nyonya dan tuan. Putri kalian mengikuti ujian beasiswanya beberapa hari lalu. Dan ini tanda penerimaannya."

Sang ibu menerima dengan tangan berkeringan dingin. Mata ayah,Chaeyoung  dan adik bahkan mengikuti pergerakan surat yang diberikan ke ibu.

"Putri kalian bisa mulai  bersekolah besok. Karena putri kalian diterima dengan sistem beasiswa, biaya sekolah dan semua keperluan sekolah, akan sekolah itu sendiri yang memenuhinya. Kalau begitu saya permisi."

Mereka berempat langsung saja melihat isi surat itu. Dan disana terpampang tulisan dengan semua huruf kapital bahwa Chaeyoung dinyatakan lulus. Tak pelak membuat kedua orang tuanya memeluk Chaeyoung dengan erat, bahkan sang adik- Min Hyung- pun ikut-ikutan.

"Aigoo, anak Eomma..... Sekolahlah yang rajin emm ? Jangan buat masalah dengan anak-anak disana sayang. Eomma tidak sabar melihat mu memakai baju seragam sekolah itu."

Sang ayah mengelus pelan rambut Chaeyoung, tersenyum saat anaknya memandangnya dengan senyum lebarnya. Pemandangan yang harus ia simpan baik-baik di memorinya.








-Continue-

Hai......ff baru again. Kebetulan aku buatnya KookRose.. ada yang request kemarin kan ? Ff ku yang TaeKook ku hapus.... gak semangat ngelihat readernimnya dikit... hehe
Karena menurutku Readernim la yang membuat aku semangat nulis. Walaupun gak ada ide sama sekali, ku paksakan harus ada. Nah kebetulan beberapa hari ini aku ada inspirasi nulis... hehe

Oohh yang request castnya Mingyu ama Rose sabar yaa... ntar aku usahain... kebetulan aku cuma  tahu dikit anggota seventeen,jadi harus aku ingat2 dulu membernya. Maklumla...terlalu fanatik dengan BTS... sehari tanpa info BTS tu gimana gituuuuu

Ku harap kalian juga bakalan suka ff ku yang ini.

Sekian~~~
Thank you

Strata (KookRose) {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang