Hinata Hyuuga

28.9K 1.4K 96
                                    

AURORA

Naruto milik Masashi Kishimoto

Aurora milik Oktavia K.D.

Sasuke Uchiha

Hinata Hyuuga

CANON

Aurora

Konoha setelah perang dunia banyak mengalami perubahan. Banyak gedung-gedung pencakar langit berdiri di atas tanah negara Hi. Tak hanya itu, kemajuan dalam bidang teknologi juga berkembang pesat. Komputer dan internet menjadi kesatuan yang melekat pada kehidupan masyarakatnya, tak terkecuali para Shinobi. Mereka mengandalkan komputer dan internet saat menjalankan misi. Contohnya seperti pengiriman pesan yang jarang lagi menggunakan Kuchiyose, hewan panggilan. Meski begitu, Konoha tetaplah desa yang menjaga tradisi leluhur mereka. Salah satu contohnya adalah peraturan dalam sebuah klan.

Hinata menatap lurus pada air sungai yang mengalir tenang. Di sana, Hinata melihat pantulan dirinya. Wajah itu bersedih. Tatapannya kecewa. Hati Hinata hancur melihatnya. Dia tidak menangis. Hinata sedang menyimpannya. Seorang Kunoichi tidak boleh cengeng dan lemah. Jadi, seberat apapun masalah atau rasa kecewanya. Hinata tidak boleh menangis. Dia kuat. Hinata tidak lemah seperti orang lain kira selama ini.

Hinata masih bisa menerima dengan tabah kematian Neji. Cintanya yang tulus di tolak mentah-mentah oleh Naruto atau tidak diakui oleh ayahnya sendiripun, Hinata tidak menangis. Tapi, karena sebuah misi konyol yang diberikan Hokage tadi siang-seharusnya Hinata bisa tegar menghadapinya-dia tidak bisa menyimpan fakta jika ada kemarahan dan kecewa. Begitu tidak bergunakah hidup Hinata? Hingga masa depan hidupnya pun harus ditentukan oleh sebuah misi.

"Kenapa aku?" Hinata masih betah menatap air sungai yang mengalir tenang membawa cahaya senja sore pergi lalu tergantikan gelapnya rembulan.

Apakah keputusannya benar untuk menerima misi ini? Akan banyak pihak yang tersakiti jika Hinata menerimanya. Dalam kondisi mempertaruhkan masa depannya sendiri, Hinata masih sempat memikirkan perasaan orang lain yang mungkin orang-orang di luar sana tidak memikirkan perasaannya. Lihat, Hinata tetaplah Hinata. Si calon Heiress Hyuuga yang lembut hatinya.

Di sungai Hi biasa Hinata habiskan untuk berlatih. Dia merenungkan misi itu. Misi di mana Hinata harus menikah dengan pahlawan perang sekaligus mantan Nukenin, Sasuke Uchiha. Orang yang tidak pernah sekalipun Hinata sapa atau masuk dalam daftar sebagai calon pendamping hidupnya kelak. Takdir macam apa yang sedang Tuhan berikan pada Hinata?

Kedua tangan Hinata bertautan. Menyalurkan emosinya. Kepalanya masih dipenuhi percakapan antara Hokage, ia dan Hiashi tadi siang.

-Aurora-

Hokage keenam Konohagakure itu duduk menyandarkan punggung di kursi kebesaran. Kakashi, sang Hokage menatap Hinata ramah tanpa melepas gurat senyum di mata lelahnya.
Tatapannya ramah seperti biasa, namun Hinata merasakan hal lain dari mata hitam pemimpin tertinggi desanya. Seperti sebuah beban tengah Kakashi pikul dan hal tersebut berhubungan dengan Hinata. Dia merasa jika Kakashi sedikit kurang enak hati padanya. Tapi kenapa? semakin dipikirkan makin besar rasa penasaran Hinata. Lebih baik Hinata berhenti untuk menebak-nebak dan menunggu penjelasan Kakashi.

"Lama tidak berjumpa Hinata," sapa Kakashi santai.

"Hai, Hokage-sama."

Kakashi tersenyum di balik masker hitamnya. Ngomong-ngomong Kakashi sampai lupa tidak mempersilahkan Hinata dan Hiashi untuk duduk.

AURORA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang