Chapter 1: Bagian 1

578 18 0
                                    

Chapter 1: Bunga Merah Sang Resital


Semenjak aku masih kecil, aku sudah mencintai piano lebih dari apa pun di dunia.

Ketika ibuku membawa aku ke ruang les musik untuk pertama kalinya, bunyi grand piano yang keluar saat aku mulai menyentuhnya,

Momen itu, ketika suara itu menggema di dalam diriku... aku masih dapat mengingat bagaimana itu merasuki tubuh mungilku.

Sisa kenanganku atas waktu itu agak berkabut, tetapi itu adalah salah satu kenangan kecil musim panasku, ketika aku baru memulai kelas TK.

Dengan perlahan mengangkat penutup hitam piano yang berkilau, aku melihat tuts putih yang muncul di depanku. Halus dan bersinar, mereka terasa lebih berat dari yang saya bayangkan. Entah bagaimana, mereka terasa luar biasa... mahal. Aku merasa seperti sedang berhadapan dengan sebuah keajaiban dunia. Benda ini pasti dibuat untuk seorang ratu atau sesuatu semacam itu. Keajaiban semacam itulah yang saya rasakan pada hari itu.

Itu sebabnya aku hampir sulit untuk dapat percaya bahwa piano lama yang selalu kita tutup di rumah kami, atau keyboard yang biasa kami gunakan untuk bernyanyi bersama di saat TK, selama ini selalu tersimpan rapi di sudut ruangan bersama dengan tumpukan buku-buku dan mainan seperti lemari penyimpanan, bisa menjadi jenis instrumen yang sama. Sebenarnya, butuh waktu yang cukup lama sebelum aku menyadarinya.

Aku kira itu begitu mengesankan bahkan aku di masa kanak-kanak itu sendiri menganggap itu adalah sesuatu yang istimewa. Grand piano hitam besar dari ruang les musik, bersinar di bawah matahari musim panas, dan membuat semacam suara ilahi. Bahkan karya Bayer dan Burgmüller yang paling sederhana terdengar seperti lagu yang langsung berasal dari surga.

Ketika pintu ke ruang tunggu terbuka, dan telinga saya menangkap suara tersebut, Diriku menjadi sirna, terpesona oleh keindahannya. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menyadari betapa aku sangat mencintai musik. Tapi, itu juga tidak memerlukan waktu yang cukup lama bagiku untuk menyadari musik yang sangat aku cintai itu tidak akan pernah menjadi bagian dari impian seumur hidupku.

Love Live! School idol diary: Maki Nishikino [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang