Love Live! School idol diary: Maki Nishikino [COMPLETE]

Chapter 1: Bagian 2

Aku, Maki Nishikino, adalah putri tunggal dari pemilik Rumah Sakit Umum Nishikino yang berada di sebelah Stasiun Ochanomizu.

Bukannya aku sedang menyombongkan tentang itu atau melakukan yang lain. Hanya saja jika aku tidak mengatakannya sedari awal,maka itu akan menjadi bahan obrolan cepat atau lambat.

"Wow, ayahmu seorang dokter !?"

"Ya ampun, kamu pasti sangat kaya!"

"Kenapa kamu harus merahasiakan itu? Gadis sepertimu yang berasal dari rumah sakit sebesar itu pasti berada pada tingkat yang sama sekali berbeda dari kita."

Dan seterusnya, dan seterusnya. Begitulah yang selalu terjadi kepada diriku sejak masih kecil.

Hei, aku tidak benar-benar berusaha merahasiakannya, oke !?

Tapi, aku tidak yakin bagaimana cara menjelaskan ini, tapi ... setelah itu, bahkan aku bisa bilang kalau mereka akan mulai melihatku secara berbeda.

Gadis-gadis itu, yang awalnya datang mengetuk pintuku dengan senyuman di depan wajahku, yang tidak peduli apa kata dunia pada sehari sebelumnya, tiba-tiba menjadi peragu, dan sebelum aku menyadarinya, mereka kemudian mulai berpaling dariku di sepanjang waktu, kepada seorang yang lain.

Itu bukan berarti bahwa persahabatan kami bakalan berubah menjadi masam, atau seperti mereka ingin mencoba mendorongku pergi, namun ada sesuatu yang berubah. Meskipun kami selalu saling tersenyum, ada semacam dinding tidak terlihat di antara kami karena aku adalah orang yang sangat berbeda. Sebuah brand yang tidak terlihat.

Dan, kadang-kadang, entah sejak kapan, aku ditunjuk menjadi Maki si ketua kelas.

Orang yang teratur, cerdas, cantik, selalu berpakaian imut, super kaya. Itulah perihal yang semua orang selalu katakan tentang aku.

Yah, itulah kebenarannya, jadi itu tidak terlalu menggangguku, sih. Tapi, sebenarnya...

Sebenarnya, aku ingin menjadi seperti orang-orang yang lainnya, menjadi sisi lain diriku. Untuk menjadi Maki yang suka bermain piano. Namun, pada saat musim panas, ketika aku berada di kelas satu SD, aku sudah menyadari bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi.