Chapter 5: Part 4

66 2 0
                                    

"Ow ... Ow ow ow ow ..."

Keesokan harinya, aku mengeluarkan sepeda tua besar milikku dari belakang garasi. Dengan semua debu yang telah terkumpul, membersihkannya sudah menjadi sebuah tugas tersendiri.

Pada titik ini, aku bahkan tidak tahu siapa pemilik sepeda tua ini.

Apakah pengurus rumah tangga kami, Ms. Waki, menggunakannya untuk berbelanja?

Sepeda biru langit yang aku tinggalkan setelah beberapa kali mencoba pada saat SD masih relatif bersih, itu terlalu kecil untukku yang sekarang.

Ugh, pada saat kamu berjuang dalam kesia-siaan, sesaat bisa terasa seperti keabadian. Tapi, sekarang bukan waktunya untuk mengalihkan perhatianku atas keluhan kecil ini.

"Baiklah, aku mulai lagi."

Aku menyemangati diriku, dan berdiri di tengah-tengah taman lingkungan, dan uh...

Pertama, luruskan punggungmu, menghadap ke depan, dan dengan tenang mengambil posisi.

aku melihat semuanya di internet.

'Bahkan Sebagai Orang Dewasa, Anda Bisa Mempelajari Cara Naik Sepeda!'

Uh, dan sekarang kamu memulai dengan sekuat tenaga, mengarahkan pusat gravitasimu ke depan, jangan menekuk kaki terlalu banyak, tetap tenang dan jaga postur tubuhmu bahkan jika kamu mulai bergoyang-goyang, dan hukum inersia akan mengarahkan sepedamu ke depa-

"Hei! Aaah! Eeeeek! Berhenti! Tunggu! Berhenti! Aaah, dasar sepeda bodoh-!" Saat aku berteriak, sepeda itu jatuh ke tanah dengan bunyi keras.

Aku melompat tepat pada waktunya untuk menghindari cedera berat, tetapi aku mendapatkan sedikit goresan di lututku.

Ugh, udah berapa kali kayak gini sekarang?

"Seharusnya aku membawa band-aid." gumamku pada diriku sendiri, sembari meniup luka itu.

"Maki, kamu boleh ambil ini."

Tanpa diduga, sebuah repon segera datang dari belakang.

"Huh? Uh, ada siapa disana !? Ah, aaahh !!" aku menggertak.

"Ini, sebuah band-aid! Aku membawa beberapa karena aku juga ingin berlatih sedikit!"

Tersenyum malu-malu, tapi dengan cahaya aneh berpendar pada dirinya, dia adalah.... Hanayo.

Ugh... Tenggorokanku mulai terasa sesak.

"Kamu ... lihat itu, yah kan?" aku bertanya dengan suara yang tajam.

Ugh, jadi rahasiaku ketahuan.

Dengan helm, goresan di lututku, dan kecelakaan hebat itu, kamu tidak perlu

menjadi seorang jenius untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi di sini, kan?

Setelah aku melalui semua masalah ini dan tidak seperti biasanya memutuskan untuk pergi berlatih sehingga tidak ada yang akan tahu, juga.

Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, aku gadis yang memalukan yang masih berlatih bagaimana caranya mengendarai sepeda meskipun dia sudah SMA.

Dalam mood yang sedikit lebih sakit, aku melanjutkan, "Ahah... yah, apa kau terkejut? Sebenarnya, aku tidak tahu cara mengendarai sepeda. Aku tidak pernah perlu naik itu, jadi aku tidak pernah benar-benar berlatih. Dan lihat saja benda tua ini. Sepeda satu dekade ini benar-benar mengerikan, kan? Yah itu bukan milikku, tapi aku baru saja menemukan benda tua ini tergeletak di dalam rumah... "

Dan untuk alasan putus asaku itu, Hanayo menjawab, "Ya, aku melihat semuanya! Itu cukup bagus! Aku pikir kamu sudah hampir bisa mengendarainya! Aku tidak percaya kamu hampir bisa mengendarainya sendiri, tapi aku rasa yah emang ini Maki banget gitu lho!"

Itu cara yang sangat naif untuk melihatnya.

Tapi, itu dipenuhi dengan ketulusan yang Hanayo banget ... Yah, singkatnya, sepertinya dia benar-benar berpikir seperti itu dari lubuk hatinya.

Aku tercengang.

"Apa? Aku sudah hampir bisa menaikinya? Maki banget?" Tidak, itu... "

Love Live! School idol diary: Maki Nishikino [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang