08 ▶️ Buang Diri

510 64 0
                                    

.
.
.
.
.

'Mampus ada Ray, gimana ini?' batin Jennie

"Ray, gua bisa jelasin ini semua." ucap Jennie yang panik

'Jelasin?' Mingyu bertanya-tanya dalam hatinya

"Jelasin apaan?" tanya Ray santai

"Tentang ini, ini semua gak seperti yang lo liat Ray." ucap Jennie

"Lah apa hubungannya sama gua? Santai kali." ucap Ray

"Lo gak cemburu?" tanya Jennie

"Hahaha... Cemburu? Buat apa? Gue tuh kagak suka sama lo Jen, harus berapa kali gue bilang sama lo sih?"

"Lo tega Ray sama gua!" ucap Jennie sambil nangis dengan air mata buaya

"Jen, kamu ada hubungan sama dia?" tanya Mingyu

"Dia cuma..."

"Cuma apa?"

"Cuma temen, aku takut dia aduin hal ini ke orang tua aku, jadi aku panik." ucap Jennie berbohong, Mingyu masih ragu dengan jawaban Jennie tersebut

"Wait, lo cewek cupu ngapain ada di sini? Sama Ray lagi," tanya Jennie

"Cewek cupu?" Mingyu

"Iya dia tuh temen sekelas aku, dandanannya cupu banget, aku jijik liatnya." ucap Jennie panjang lebar

"Kalian udah saling kenal?" tanya Mingyu

"Iyalah." Jennie

"Bener Juy?" tanya Mingyu memastikan

"Iya Kak," jawab Yuju

"Kak?" Jennie heran

"Iya. Gua ini Kakaknya Yuju, gua tau kalau dandanan dia cupu, tapi asal lo tau dia punya harga diri gak kayak lo, dan gua sekarang tau kalo lo sebenarnya gak suka kan sama gua? Lo cuma mau morotin harta gua kan? Dasar cewek matre! Kita putus! Dan kalungan berlian itu balikin sekarang." ucap Mingyu yang sangat marah

"Ming... Enggak kok... Aku suka kok sama kamu, maaf aku gak tau kalau dia Adik kamu." ucap Jennie

"Buruan balikin kalungan itu, jangan sampai gua bertindak jauh!" ucap Mingyu

Jennie pun ngelepasin kalungan itu dari leher mulusnya. "Ini," ucapnya sambil mengembalikan kalung tersebut. Dengan cepat Mingyu mengambilnya, "Jangan pernah muncul di hadapan gua lagi!" ucap Mingyu sambil menarik lengan Yuju dan pergi ninggalin kafe itu

Tinggal tersisa Ray dan Jennie---Akhirnya Ray duluan yang meninggalkan cewek itu.

"Lo mau ke mana?" tanya Jennie

Ray menengok ke belakang, "Mau pulang lah."

"Lo gak kasian apa sama gua?" tanya Jennie

"Buat apa Jen? Buat apa? Gak perlu ada yang dikasianin dari lo." ucap Ray langsung pergi dan menaiki motornya

Jennie cuma menatap nanar Ray yang semakin menghilang. Ia mengacak rambutnya frustrasi dan membanting kursi dan meja di dalam kafe tersebut---Tidak hanya itu, pikiran buruk muncul di dalam pikiran Jennie untuk melakukan hal bodoh.

"Apa sebaiknya gua buang diri ajah? Di dunia ini sama sekali gak ada yang peduli sama gua, gak ada yang sayang sama gua. Semua ini gara-gara cewek cupu menjijikkan itu, dasar sialan!" ucap Jennie yang berteriak sendiri

Drrrttt...

Ponsel gadis malang itu bergetar di saku kemejanya.

"Ayo angkat dong Jen, lo di mana si?" ucap Irene sambil menggigit bibir bawahnya karena cemas

Jennie cuma memandangi layar ponselnya tanpa mengangkatnya. Dia melihat ada gelas dalam kafe tersebut---Dibantinglah gelas itu ke dinding hingga hancur berantakan.

Ia juga nangis sesenggukan tanpa henti. Tangannya mengambil salah satu kepingan gelas kaca yang berhamburan. Jennie ingin memutuskan urat nadinya melalui pecahan gelas.

"Gua bakal lebih senang kalau mati." ucapnya

"Jennie!" teriak seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan gelap itu, "Lo gila ya, apa yang lo lakuin hah?" ucap teman dekat Jennie yang bernama Irene, dia langsung buang pecahan gelas kaca yang dipegang Jennie dan langsung memeluknya erat

"Lo ngapain di sini hah? Biarin ajah gua mati. Semua orang pasti seneng," ucap Jennie yang meronta-ronta dari pelukan Irene

"Gak Jen, banyak yang peduli sama lo, banyak yang sayang sama lo." ucap Irene

"Gak, hiks... Kalo banyak yang cinta gua hiks... Gak bakal gua menderita kayak gini Rene." jawab Jennie sambil nangis

"Yaudah lo tenang dulu ya." ucap Irene yang masih peluk Jennie, setelah kira-kira Jennie sudah tenang, Irene mulai menanyakan semuanya

"Masalahnya apa Jen? Kita bisa selesain dengan cara yang lebih cerdas," ucap Irene membujuk

"Lo gak tau apa-apa."

"Nah justru itu gua gak tau apa-apa, makanya gua nanya lo." ucap Irene

"Jadi..." Jennie pun menceritakan panjang lebar masalah yang dialaminya

"Oh jadi gitu, kalau gitu ini sumber masalahnya si cewek kampungan itu?" tanya Irene

"Hm,"

"Oke. Gue punya cara buat nyelesain masalah ini." ucap Irene

"Apa?" tanya Jennie penasaran

Irene membisiki Jennie sesuatu. "Gimana?" tanya Irene. "Boleh juga, makasih banyak ya Rene berkat lo gua masih hidup dan keadaan gua udah tenang sekarang." ucap Jennie

"Sama-sama Jen, lo kan sahabat gua." ucap Irene sambil senyum

"Lo tau dari mana kalo gue ada di sini?" tanya Jennie yang bingung

"Oh itu..."

Flashback

Irene berulang kali menelpon Jennie tetapi tidak diangkat, dan dia coba menghubungi Ray, salah satu temannya.

"Hallo? Kenapa Rene?" tanya Ray

"Ray, lo lagi sama Jennie gak?"

"Enggak, tapi tadi gua abis ketemu dia sih."

"Di mana?"

"Di My Kafe, oh iya lo sebaiknya ke sana buruan tadi dia abis dapet masalah."

"Masalah?"

Ray malah matiin telponnya begitu saja.

"Hallo Ray?"

"Ish. kok dimatiin?" ucap Irene kesal. Ia dengan cepat menuju ke kafe tersebut membawa mobilnya sendirian.

A Short Time • Choi YujuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang