.
.
.
.
.Setiap satu semester sekali, pertarungan untuk pecundang di sekolah tidak pernah absen. Yang membuat acara tersebut adalah, tentu saja seorang pecundang juga.
Ada dua orang yang akan ditandingkan. Sementara murid lain menontonnya sambil merokok dan minum alkohol. Padahal masih kelas 3 SMP.
Kontestan pertama, seorang lelaki kutu buku yang sangat pendiam. Dia akan beradu dengan pacarnya Jennie, yaitu Jaebum. Pertarungan yang sangat tidak adil, karena Jaebum memiliki perawakan yang lebih kekar.
"3, 2, 1!"
Pertarungan dimulai. Jaebum yang menghampiri lelaki tak berdosa itu lebih dulu. Dia menghajarnya habis-habisan, dan murid lain bersorak sangat keras untuk menyupport Jaebum.
"Maju lo! Sampe kapan lo kalah terus? Mana matinya lama lagi, lo pake ilmu hitam ya?" ucap Jaebum, lalu dia menendang dada lawannya hingga pingsan
Lagi, dan lagi. Jaebum menang. Semua bersorak ceria sambil mengangkat tubuh Jaebum ramai-ramai.
Kini, giliran aku. Benar aku. Choi Yuju.
Ini ke enam kalinya, bayangkan aku bertahan sampai semester akhir ini? Aku kuat kan? Tentu saja, walaupun aku tetap kalah. Tetapi, aku yakin. Kali ini aku menang melawan Jennie. Benar. Wanita lawannya harus wanita.
Tubuhku didorong kasar agar masuk ke circle area, Jennie menatapku dengan sorot yang tajam---Namun, aku sudah kebal. Aku sama sekali tidak takut dengannya.
Semua sudah bersorak dan tertawa meremehkanku. "3, 2, 1!"
Yang biasanya Jennie duluan menyerang, sekarang aku menyerang dia duluan. Aku menendang dadanya, menjatuhkannya ke lapangan dan mencekiknya dengan tatapan dendam.
Wajah Jennie memerah, dia sekarat. Rasa sakitku selama ini akhirnya tertuangkan. Kata siapa aku tidak pernah melawan?
Namun, saat sedang asik-asiknya---Darah mengalir dari hidungku, dan pandanganku buram sehingga cekalanku melemah pada leher Jennie.
Jennie yang tahu aku terengah, langsung menibani tubuhku dan sekarang dia lah yang mencekikku dengan keras---Bahkan aku bisa merasakan dengan jelas sayatan kukunya yang tajam.
Aku pingsan. Tetapi bukan karena cekikan itu. Saat aku sadar, tiba-tiba aku berada di klinik 24 jam. Dan ada seorang lelaki di sampingku.
"Siapa?" tanyaku
"Mau pulang atau dirawat?" tanyanya
"Siapa lo?" tanyaku lagi
"Gua David, anak kelas sebelah. Masa gak kenal udah mau tiga tahun."
"David?"
"Gak penting siapa pun gua," tiba-tiba dia pergi begitu saja dan berbarengan dengan ponselku yang berbunyi
"Kenapa Kak?" karena ponselku jadul, jadi panggilan kalau gak diloud speak bakal budek speaker hpnya
"Ibu meninggal, dan Ayah... Tinggalin semuanya."
Di saat itu, detik itu, rasanya aku benar-benar ingin menghilang dari muka bumi. David tidak jadi pergi, karena dia mendengar semuanya.
Bahkan, aku tidak bisa nangis lagi. Karena terlalu banyak penderitaan yang aku alami. Akhirnya hidungku mimisan lagi, dan darahnya lebih banyak.
"Ayo naik ke punggung gua, bakal gua anterin sampe rumah." ucap David sambil mengasih satu kotak tissue
"Jangan, nanti badan lo bau. Gak usah kasihan sama gua, karena itu lebih buat gua sakit hati."
"Kata siapa kasihan? Emang salah peduli sama temen seangkatan? Cepet! Lo mau gak lihat jenazah nyokap lo hah?!" bentak David
Mau gak mau, biar cepat. Akhirnya digendong dia juga. Pas keluar ruangan, gak sengaja kayak ngeliat cowok yang berdiri di dekat pintu. Dan kami hanya saling bertatapan.
"Dav, selama ini lo nontonin gua jadi ayam tarung kan?"
"Hm,"
"Kenapa lo pedulinya sekarang? Apa lo takut sama Jaebum atau Jennie kalau ngebela gua di acara?"
"Enggak,"
"Terus kenapa?"
"Gua mau lihat, seberapa kuat lo diuji sama mereka. Dan kalau lo babak belur atau luka kayak gini, gua baru keluar."
"Tapi kenapa lo mimisan terus?"
"Kanker," ucapku sengaja buat lelucon, namun fakta
"Heh, jangan bercanda."
"Ya bercanda lah, orang gua kecapekan doang. Gak denger kata Dokter tadi?" ucapku berbohong
"Kan, dasar."
***
Ray's POV
Sialan. Kenapa gua jadi kayak stalker gini ngikutin mereka? Kenapa si David so cool banget kayak sinetron ajah gendong-gendong.
Mereka berhenti di tengah jalan, dan cewek itu berjalan ke arah yang asing menurut gua. Ya mungkin dia gak mau diantar sampai rumah.
Sadar Ray! Lo masih SMP. Masa iya suka sama cewek modelan gitu? Aduh jijik sama diri sendiri. Mana itu cewek cupu gitu. Tuhan? Ray salah apa?
TIN TIN!
Anjrot kaget sialan. Ketahuan gua.
"Jadi stalker lagi lo?" tanya David dengan motornya
"Hehehe..." gua tawa abis itu kabur, tapi David narik kerah jaket gua, alhasil gua jadi jalan di tempat
Tiba-tiba gua lihat cewek tadi keluar lagi sambil nangis sesenggukkan, dia jongkok dan menangis hampir seperti sesak napas.
David dengan gercepnya melaju, gua gak mau kalah dan ngikutin. Padahal gua yakin seratus persen, kalau tuh cewek lagi mau sendirian.
"Ibu... Hiks..."
"Hiks... Ayah..." cewek itu tidak berhenti memukul dadanya kencang
"Salah Yuju apa sampai kalian tega ninggalin kita? Apa kalian benar orang tua? Ayah... Ayah benar-benar tidak punya hati! Kenapa Ayah malah pergi?!"
Baru saja kami mau menghampiri gadis itu, namun ada seorang pria yang memeluk gadis itu dan menangis bersama.
"Dav, lo yakin cinta sama sad girl gitu?"
"Ray, lo yakin kepo sama cewek cupu itu?"
HOLLA! HAYOK SIAPA YANG KANGEN? KARENA CERITA INI BELUM ADA BONCHAP YA APA SALAHNYA BIKIN MUEHEHE 😁
DI SINI CERITAIN YUJU PAS MASIH SMP, DAN MEREKA ITU EMANG AWALNYA UDAH KENAL DARI JENJANG ITU. DAN KEBETULAN SATU SEKOLAH LAGI DI SMA 😑 DUNIA ITU SEMPIT KEK OTAK AUTHOR 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
A Short Time • Choi Yuju
Fanfiction[COMPLETED] ▪︎15▪︎ Perisakan bukan lagi hal awam bagi Choi Yuju, gadis yang tetap berdiri pada tiangnya walaupun diperlakukan dengan kekerasan verbal maupun non verbal. Hidup yang sulit, terasa semakin sulit karena hinggapnya penyakit di dalam tubuh...