09 ▶️ Maaf

527 68 5
                                    

.
.
.
.
.

Kakak beradik itu sedang membahas permasalahan sebelumnya di ruang tamu.

"Kenapa selama ini kamu gak bilang kalau kamu udah saling kenal sama Jennie?" tanya Mingyu

"Tapi kan Ujuy baru tau kalo dia pacarnya Kakak." sahut Yuju

"Masa iya? Tapi dia bukan siapa-siapa Kakak lagi sekarang."

"Aku mau tanya."

"Apa?"

"Sebenarnya dia tulus sayang gak sih sama Kakak?"

"Udahlah Kakak gak mau bahas tentang dia lagi." ucap Mingyu kesal sambil pergi ke kamarnya

Kepala Yuju tiba-tiba pusing. "Akh sakit banget," ucapnya yang menahan rasa sakit itu. Ternyata dia lupa minum obat, dia mencari-cari obat di laci meja riasnya.

Dari kapsul hingga tablet Yuju minum semua obat itu---Setelahnya, ia minum air putih. Yuju pun tidur, dia pikir itu akan membuat keadaannya lebih baik.

♦️♦️♦️♦️♦️

"Yuju, bangun." Mingyu membangunkan adiknya yang masih tidur nyenyak. Yuju pun membuka matanya pelan. "Jam berapa ini?"

"Setengah enam," sahut Mingyu

"Kirain udah jam tujuh lewat." Yuju pun segera mandi dan menuju ke sekolah. Seperti biasa ia dan Mingyu berangkat bersama lagi pula tujuan mereka searah

Saat sampai di sekolah ternyata masih sepi, hanya ada Ray yang lagi duduk di kursinya.

"Tumben dateng pagi banget?" tanya Yuju heran

"Emang gak boleh?" tanya balik Ray

"Ya bukan gitu,"

Ray tiba-tiba duduk di samping Yuju.

"Mau ngapain?" tanya Yuju

"Gua cuma duduk, gak boleh?"

"Bukan, tapi nanti kalo Jennie liat bisa abis gua."

"Gua bakal abisin dia duluan."

"Berani emang?" tanya Yuju

"Gua sih gak bakal pandang bulu, mau dia perempuan juga." balas Ray tegas

Yuju mengeluarkan ponsel dari tasnya dengan earphone. Ia memasang benda itu di telinganya.

"Dengerin lagu apa?" tanya Ray

"Bukan lagu, tapi piece."

Piece adalah musik klasik yang tidak mempunyai lirik, sehingga menggunakan instrumen saja.

Ray menarik sebelah earphone Yuju dan dipasangkan ke telinga kanannya, "Kayak familiar," ucapnya seakan tahu

"Tau judulnya?"

"Nggak."

"The Blue Danube, kayaknya bakal enak kalau berkesempatan dansa sama orang yang kita suka di masa depan pakai musik ini."

BRAK!

Escape datang, Yuju langsung beranjak menjauh dari Ray. Jennie membawa putung rokok dan langsung menaburinya di kepala Yuju. Sampai-sampai sudut rokok itu membakar sedikit rambut Yuju.

Ray tidak bisa diam saja, dan menampar Jennie dua kali. Bahkan mendorongnya hingga ke ujung dinding kelas, sambil memegang kerah baju Jennie.

Yuju tersungkur jatuh dan teriak karena rokok membakar rambutnya, beruntung ada buku yang dijadikan pemadam.

"Jalang sialan, sampai kapan lu mau begini hah? Kalau gini terus, gua bakal laporin lu ke hukum. Lo tau? Banyak kenalan firma hukum di keluarga gua. Mau lu anak di bawah umur, gua pastiin lu bakal tetap di penjara."

"HAAAAA! WHAAAAA! AAAAA!" Jennie teriak sekencang mungkin sambil menangis, ia pun tersungkur ke bawah karena tak berdaya dan tidak bisa berkata apa-apa lagi

Ray kembali ke Yuju, dan membawa gadis itu keluar. David yang ada di tengah jalan menghentikan mereka. "Lo apain dia?"

Ray kembali berjalan, hingga David pun merasa kesal. "Lo ada apa sama dia?"

"Dav, jangan bicara sekarang please. Ini lagi urgent."

BUGH!

"Urgent apanya hah? Lo jadi hakim pembela apa gimana? Itu urusan gua kayaknya, kenapa lo ngurusin Yuju?"

"Oke. Ini Yuju gua serahin ke lo, liat dengan jelas wajahnya, kepalanya, bajunya, hatinya. Dari tadi ke mana ajah lo? Kalo lo terus lelet begini, cewek ini. Cewek yang lu sukain ini. Bisa mati di tangan Espace." setelah mengatakan unek-uneknya, Ray pergi begitu saja meninggalkan Yuju dan David berdua

David sulit untuk percaya itu, Yuju terus menunduk karena tidak berdaya untuk melakukan apapun. David membawanya ke UKS dan merawatnya sendiri. Dalam perjalanan, tidak henti-hentinya cowok itu memegang erat Yuju. Almameternya ia gunakan untuk menutup kepala Yuju---Juga, David tidak henti-hentinya meminta maaf.

A Short Time • Choi YujuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang