.
.
.
.
.Menatap rintik hujan di bawah naungan halte bus dengan angin sejuk yang berhembus kencang, terasa menusuk tubuh dengan dinginnya. Tanpa sengaja senyuman wajah pria itu terukir dan ia mulai berbincang.
"Bagaimana harimu?"
"Cukup menyenangkan, bagaimana denganmu?"
"Sangat menyenangkan, karena ada kamu sekarang."
"Hm, baguslah---Oh! Busnya sudah datang, masuklah!"
"Kau tidak ikut? Biasanya ikut,"
"Tidak. Aku sedang ingin sendirian, aku akan naik bus selanjutnya. Sampai ketemu lagi Ray!"
"Ah, baiklah. Aku pergi." Ray melambaikan tangannya ke arah Yuju yang berdiri di halte
Sopir bus itu merinding karena yang dia lihat Ray berbicara sendirian. Tanpa sengaja Ray bertemu dengan seseorang yang tidak asing, matanya tanpa kedip memperhatikan orang itu.
"D-David?"
"Ray?"
Mereka duduk bersebelahan, dan berbincang mengenai apa yang terjadi setelah sekian lamanya. Dari yang tertawa hingga menangis---Karena David baru tahu kalau Yuju telah tiada. Dia benar-benar tidak percaya.
***
Kehidupan Jennie sekarang tidak semulus dahulu, karena sumber uangnya tidak ada lagi. Ayah Jennie yang kaya raya sudah lama meninggal dunia, tidak lama setelah Yuju.
Sekarang, Jennie harus bekerja keras demi menghidupi keluarganya. Tetapi sikap sombongnya tidak pernah luntur. Bahkan, ia masih punya dendam terhadap Yuju yang sudah tiada. Padahal yang salah itu dirinya.
Sedangkan Irene perlahan berubah, dan ia menjadi lebih dewasa. Di lubuk hatinya paling dalam, Irene terus-terusan menyesal atas perlakuannya sama Yuju yang telah lalu. Seminggu sekali, pasti Irene mendatangi makam Yuju dan membawa bunga sambil meminta maaf terus-menerus.
"Jen, sampai kapan lo masih childish gini? Lo itu udah dewasa." ucap Irene
"Rene, kok makin ke sini lo makin nyebelin sih? Gak ada bedanya lo sama Somi. Mending lo temenin dia gih, kasian dia sendirian gak punya temen."
"Eits, kata siapa?" ucap David sambil merangkul Somi
Tidak hanya David, tapi ada Ray dan Refan juga mendampingi di samping Somi.
Jennie sekilas smirk, "Ah... Somi is the real bitch."
Hampir saja Somi maju ingin menampar Jennie, untung Refan menahannya. "Pelayan, tolong siapin latte 2, macchiato 1, lo apa Som?"
"Ice coffee hell flavor," jawab Somi
"Wow. Hahahah..." ucap Ray
Jennie hanya bersabar, karena itu semua sudah jadi pekerjaannya. Kalau dia marah, yang ada Jennie bakal dipecat. Mau tidak mau, dia menuruti pesanan.
"Jen, kayaknya gua harus ninggalin lu ya. Gua mau masuk geng mereka." ucap Irene lalu gabung di meja mereka
"Irene!" teriak Jennie kesal
"Hai, long time no see. Dav! Lo udah keluar dari penjara? Congratz! Anyway, how to join di grup kalian?"
"Huh? Hahahah... Sorry, kami tidak menerima anggota baru." ucap Refan
"Gua tau kalian masih mandang gua jahat, tapi sebenernya gua udah mulai berubah, dan jujur ajah gua mulai gak kuat sama sikapnya Jennie." ujar Irene
KAMU SEDANG MEMBACA
A Short Time • Choi Yuju
Fanfiction[COMPLETED] ▪︎15▪︎ Perisakan bukan lagi hal awam bagi Choi Yuju, gadis yang tetap berdiri pada tiangnya walaupun diperlakukan dengan kekerasan verbal maupun non verbal. Hidup yang sulit, terasa semakin sulit karena hinggapnya penyakit di dalam tubuh...