[REVISI]
"Ada banyak orang yang menutupi kerapuhannya dengan senyuman yang manis,"
-oOo-
Mengawali kata di sebuah cerita lebih sulit dibandingkan melanjutkan sebuah cerita. Begitu lah yang Allura rasakan ketika Guru Bahasa Inggrisnya menyuruhnya untuk menceritakan pengalamannya saat liburan semester kemarin. Berkali-kali Allura mendecakkan lidah, menghapus kemudian menulisnya kembali, menghapus lagi kemudian menulisnya kembali, begitu seterusnya. Sampai tak sadar, bel jam pelajaran pertama sudah dibunyikan.
Allura menghela nafas sejenak. Ia melepaskan bolpoin hitam yang sedari tadi ia genggam. Allura mengambil earphonenya di kolong meja dan memasangkannya ke telinga. Matanya sambil mencuri-curi pandang ke depan, sedikit takut Gurunya akan menghampiri mejanya dan mencopot earphonenya seperti hari-hari lalu.
Detik demi detik berlalu. Nadine-Teman sebangkunya-terlihat sudah menyelesaikan satu halaman. Sementara dirinya ... bahkan sepatah kata pun belum tertera pada buku tulisnya. Namun Allura tak peduli, ia malah mengangguk-anggukkan kepalanya karena sangat menikmati lagu yang ia dengarkan saat ini.
"Sudah selesai, anak-anak?" Bu Yuna yang mendadak berdiri mengejutkan Allura.
Refleks, Allura langsung melepas earphonenya. Bodohnya, ia lupa tidak men-jeda lagunya sehingga lagu itu tersebut oleh seisi kelas.
Iam creeping in your heart, baby.
Dwijipgo muneoturigo samkyeo ...
"Weiisss ..." pandangan seisi kelas menuju ke arah Allura yang panik setengah mati.
"Apaan tuh, Ra?" celetuk salah satu siswa.
Allura hanya bisa menutupi kepanikkannya dengan tertawa canggung. "Alarm, Bu ..."
"Alarm kalo libur ya, Ra? jam sepuluh baru bangun," respon Bu Yuna sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Allura hanya bisa tertawa, kemudian ia menundukkan kepalanya dan menoleh ke arah Nadine. "Gue panik, beneran dah,"
Nadine hanya terkekeh. "Lagian, ada-ada aja sih lo. Sehari aja Ra, belajarnya serius,"
"Gue udah mencoba serius, Din. Tapi, Gurunya begitu," celetuk Allura.
"Jangan salahin Gurunya. Jangan nilai turun sedikit nyalahin Gurunya. Beliau udah nyampein materi sejelas-jelasnya. Kalo pun kita nggak ngerti kan kita bisa nanya atau nyuruh beliau itu ngulang penjelasan lagi. Kan setiap abis jelasin materi, Guru-Guru pasti bilang 'ada yang mau nanya?' gitu, kan? Atau jangan-jangan ... lo nya yang males?"
Allura memukul lengan Nadine sambil melotot.
"Oke, Oke, damai sistah," Nadine terkekeh geli karena melihat ekspresi Allura.
"Anak-anak, yang Ibu panggil namanya tolong maju ke depan dan bacakan ulang cerita yang kalian tulis,"
"HO!?" panik sih ada. "Din Din, tolong bantuin gue ayo! Kalo gue disuruh maju gimana woi,"
"B aja kali, Ra. Lo juga kalo jam-jam segini udah masa bodo, kan?"
"Ih Nadine, kalo yang lain gue kan bisa impromptu. Tapi ini Bahasa Inggris ..."
Dan yang paling menyesakkan dadanya adalah ketika ia sudah membuat tugas tersebut namun namanya tidak sempat dipanggil karena bel istirahat sudah mulai berbunyi. Rasanya Allura sangat ingin mengutuk Guru Bahasa Inggrisnya ini, namun apa daya ... dia tidak ingin mencoreng sikap sopan santunnya yang sudah cukup dikenali Guru-Guru. Ya, meskipun beberapa kali Allura sering ke gap makan di kelas dan main ponsel saat jam pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle and Love On ✔
Random[SELESAI] Ini cerita tentang Allura yang terus berdiri melanjutkan hidupnya di atas garis luka yang sejujurnya sudah tak tertampung lagi. Juga ... Athar yang dunianya sudah tidak setenang dulu--sebelum semesta mempertemukannya dengan Allura. ... N...