Chapter 03 : Tired

3.1K 145 0
                                    

[ R E V I S I]

"Mengapa hari-hari bahagia terasa begitu cepat berlalu?"

-oOo-

Allura membawa empat buah cokelat silverqueen yang berukuran mini. Ia pergi kelas IPA 1 untuk memberikannya kepada Cecil, Nadine, Sania, dan Khanza. Sampai di sana, ternyata ia tidak menemukan Nadine, jadi ia hanya akan memberikan tiga cokelat yang ada dalam sebuah paperbagnya.

"Gue punya sesuatu untuk kalian," Allura berdiri di samping Cecil. Sontak, ketiga temannya menghentikan percakapan mereka yang sudah dimulai sebelum Allura datang.

"WOAHHH! COKELAT!" Khanza terlihat begitu sumringah. "Dalam rangka apa, nih?"

"Perminta maaf-an gue karena kemarin udah terlalu baper sampe ngediemin kalian dan bikin suasana kita jadi awkward,"

Cecil menghela nafas. "Makanya, Ra. Lain kali jangan mempersulit keadaan lah,"

"Iya, Ra. Kita kan jadi dibuat bingung sama sikap lo, dan itu jujur aja nyebelin," Sania terlalu frontal.

Allura tersenyum. "Iya, maafin ya, gue yang salah kemarin. Makan cokelatnya, enak kok,"

Allura berdiri selama sepuluh detik. Namun tak mendapat feedback yang ia inginkan. Tak ada satu dari ketiga orang di depannya ini yang meminta maaf kepada dirinya. Seolah-olah Allura lah yang benar-benar salah. Padahal sebenarnya, ia yang terluka. Ia merasa tak ada seorang pun yang mengerti dirinya. Termasuk teman-teman dekatnya.

Allura keluar kelas dengan berjalan lunglai dan raut wajah yang tidak begitu bersemangat. Ia hanya menghela nafas berkali-kali agar hatinya bisa tenang dan tak perlu lagi memikirkan perasaan terlukanya.

"Cokelat buat gue mana?" Nadine menghalangi jalan Allura. Allura tidak tahu kalau Nadine sudah lama bersandar pada dinding kelas sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"I-ini," Allura memberikan sebuah cokelat.

Nadine berjalan mendahului Allura. "Gue pernah ada di posisi lo waktu gue SMP,"

Allura mengerutkan kening mendengar kalimat yang Nadine ucapkan.

"Gue dianggap ada hanya ketika gue berbicara. Dan ketika gue diam, mereka tetap melanjutkan pembicaraan itu. Sampe akhirnya gue menghilang pun orang-orang itu nggak pernah tau.

Gue tau rasanya gimana kita diperlakukan seolah-olah kita adalah pelaku, padahal kita adalah korban. Ada segelintir orang yang sangat susah mengucapkan kata maaf padahal kata maaf itu bisa membuat orang lain lebih lega dan lebih damai,
Kalau pun lo salah dan lo minta maaf, itu bagus. Artinya lo menyadari kesalahan lo dan lo ingin memperbaikinya. Kalau pun lo merasa harus minta maaf padahal lo nggak tau salah lo di mana, itu juga bagus. Terkadang, memang ada kesalahan yang nggak bisa kita lihat sendiri, tapi orang lain bisa ngeliat itu,"

Nadine berbalik menatap Allura yang masih terdiam di sana. "Allura, lo mesti bisa terbuka sama mereka. Yang namanya ngejalin persahabatan tuh orang-orangnya harus sama-sama enak, sama-sama nyaman, sama-sama ngertiin. Kalo lo merasa tertekan, lo nggak bakal ngerasain betapa indahnya persahabatan itu. Kalo lo masih pingin ngejalin persahabatan itu, maka omongin baik-baik kalo ada sikap temen-temen lo bikin lo nggak nyaman. Jangan dipendem, nyiksa diri lo namanya,"

"Ta-tapi-"

Nadine memiringkan kepalanya. "Gue tau kok sifat lo. Makanya kalo lo siap ngomongin masalah ini, gue bakal dampingin lo dan bantuin lo ngomong sama mereka,"

-oOo-

"Kak, ada tamu tuh," Rayhan membuka pintu kamar.

Allura menyudahi aktifitasnya yakni menjadi informan EXO di sosial medianya. "Siapa?"

Struggle and Love On ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang