"Rela kan lah yang sudah tiada dan lanjutkan lah hidupmu,"
-oOo-
Allura dan Chana kini sudah sampai di Bandara. Tidak, mereka tidak hanya berdua tapi juga ada Tante Winda beserta Suaminya, Nenek, Tante Dwi beserta anaknya dan Tante Herlina beserta anaknya. Chana membantu Allura mendorong trolley-nya sampai ke gerbang check in. Ah, mereka juga tak lupa berfoto bersama. Chana yang membidik kamera. Setelah itu, baru lah Chana dan Allura yang foto berdua dengan love sign, peace sign dan tersenyum bersama.
Berhubung Mamanya Chana juga sudah sampai di depan Bandara-dari Solo-Setelah mengabadikan momen berdua bersama Allura, Chana berpamitan pulang. Chana sudah membuka tangan lebar-lebar-terkesiap memeluk Allura-tapi Allura hanya memukul dada Chana dengan bantal leher yang ia bawa dari rumah sambil tertawa. Hah, sedih sekali rasanya melihat Chana yang berjuang sendirian. Melihat Chana yang tak pernah tahu untuk siapa hati Allura sesungguhnya. Katakan lah Allura jahat, memang begitu adanya. Entah setan dari mana yang membisikkan telinganya agar menerima pengakuan Chana malam itu. Di samping itu ... Allura takut. Ia takut karma mengejarnya di kemudian hari.
"Hati-hati, Chan," kata Allura sambil tersenyum tipis.
Kakinya terus melangkah, kepalanya meliak-liuk berharap seseorang yang diharapkan datang menemuinya di sini dan mengucapkan salam perpisahan untuk beberapa tahun kedepan. Allura tersenyum getir. Tak mungkin. Dia tak mungkin datang ke sini. Allura memperlambat langkahnya-masih tak mau berputus asa untuk mengharap kedatangannya. Allura bahkan berhenti sejenak untuk mengikat tali sepatunya.
"Kak Allura!"
Allura terperanjat. Suara anak perempuan terdengar di telinganya. Segera ia berdiri dan membalikkan badan. Oh, ia kenal anak itu. Ayana, Adik Athar satu-satunya. Allura hanya berkerut kening melihat Ayana yang berlari turun dari mobil dan melambaikan tangan kepadanya. Refleks, Allura melambaikan tangan juga dan tersenyum simpul.
Kini Ayana tepat di hadapannya. Dan beberapa langkah mundur, ada Athar yang berjalan menghampirinya setelah membuka kacamata hitamnya. "Kakak mau ke Korea, ya?"
Allura mengangguk pelan-masih tidak percaya. "Ka-kamu, kenapa bisa di sini?"
Ayana mempautkan bibirnya dan menoleh ke belakang selama dua detik. "Kak Athar yang bawa aku ke sini,"
Allura tak percaya. Ia berdoa sendiri, jika ini mimpi, maka siapa pun jangan bangunkan ia dari tidurnya.
"Pertama kali Ayana liat Kakak, kayaknya Kaka orangnya asik. Ayana mau kenalan lagi tapi Kakak nggak main-main ke rumah lagi. Pas pingsan kedua kan Ayana lagi nggak ada di rumah,"
"Kok kamu tau?"
Ayana menyeringai. "Bibi yang cerita," anak itu menghela nafas. "Ayana seneng deh ngurusin Kakak pas lagi pingsan. Makannya gampang, udah gitu manggut-manggut aja, nggak kayak Kak Athar sama Kak Keenan,"
Allura hanya terkekeh.
"Kak Athar nggak pernah cerita tentang Kakak, dan nggak pernah ngajak Ayana kenalan sama Kakak. Padahal kan Ayana pengen punya temen rumah perempuan juga. Bosen di rumah kebanyakan lelaki,"
Allura mengusap-usap kepala Ayana. "Mulai sekarang, kita temenan, Oke?" kata Allura setelah sedikit membungkukkan tubuhnya.
Athar kini berada di hadapannya dan sukses mencuri perhatian keluarga Allura. Sepatah kata pun tak terucap dan Allura memilih untuk membungkam mulut.
"Ini, Kak," Ayana menyodorkan sebuah kotak yang terbungkus kertas kado berwarna biru langit pada Allura.
"Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle and Love On ✔
Random[SELESAI] Ini cerita tentang Allura yang terus berdiri melanjutkan hidupnya di atas garis luka yang sejujurnya sudah tak tertampung lagi. Juga ... Athar yang dunianya sudah tidak setenang dulu--sebelum semesta mempertemukannya dengan Allura. ... N...