“Pada akhirnya, cinta akan menuju tempat yang paling nyaman untuk disinggahi,”
-oOo-
Pesta pernikahan telah berakhir. Malam ini, Athar dan Allura menginap di Hotel dan lusanya Athar harus berjaga di rumah sakit. Allura yang sudah bersih-bersih terduduk di kasur dan langsung tidur. Ia menarik selimut putih sampai menutupi kepalanya. Wajahnya sedari tadi ditekuk. Tepatnya setelah Athar dan Kavya mengobrol dan saling melempar senyum secara terang-terangan. Belum soal Photographernya yang ‘rese’ itu. Ah, Allura berdecak. Seharusnya malam ini menjadi malam paling indah selama hidupnya, sayangnya Allura sedang tidak dalam kondisi mood yang baik. Ia juga melihat raut-raut kelelahan dalam wajah Athar yang kini telah sah menjadi Suaminya. Jadi yah … sepertinya malam ini akan menjadi malam yang normal-normal saja.
Allura belum juga terlelap. Matanya terpejam tetapi telinganya masih mendengar. Ia mendengar pintu kamar mandi yang tertutup. Athar pasti sudah selesai mandi. Dalam satu detik, jantungnya berdegup lebih-lebih dari biasanya. Perasaan aneh macam apa ini? Ah sudah lah! Hei Allura! Jangan berpikir yang tidak-tidak.
“Aku masih datang bulan, jangan suruh aku solat dulu,” kata Allura setengah judes.
Athar yang baru saja duduk di kasur empuk ini langsung terheran-heran. “Siapa juga yang mau nyuruh kamu solat,”
Eh? udah Aku – kamu nih ceritanya?
Tiga menit berlalu dan Allura hanya berguling-guling. Ia tampak gelisah tapi Athar tak peduli. Athar sibuk dengan ponselnya karena harus membaca ulang untuk persiapan masa koasnya. Ia memang tampak tidak peduli, tapi sebenarnya pikirannya terganggu karena suara kasur dan Allura yang saling bergesekan. Athar melepaskan kacamata bacanya membenarkan posisinya sedikit. Kepalanya menoleh memerhatikan Allura. Di saat yang bersamaan Allura juga membalikkan tubuhnya. Jadi lah keduanya bertatap wajah.
“Apa?” tanya Athar sambil memajukan dagunya.
Sontak, mata Allura terbelalak dan ia menutupi wajahnya dengan bantal gulingnya.
Athar memejamkan matanya sejenak. Ini mengapa Athar tidak pernah ingin berurusan dengan wanita. Wanita itu rumit. Kode-kodenya sulit dimengerti. “Udah jadi hobi lo ya ngambek-ngambek tanpa sebab begini? Ditanya kenapa bilangnya nggak apa-apa, ditanya mau apa bilangnya terserah,”
“Ih!” Allura langsung terduduk. “Kok manggil akunya pake ‘lo – lo’ lagi!?” ia protes.
“Yaudah. Kamu kenapa ngambek nggak jelas begitu?”
Allura tidak menjawab. Ia malah menyandarkan punggungnya ke sandaran tempat tidur—sama seperti Athar—dan masih menekuk wajahnya. “Abis kamunya sih,”
“Akunya kenapa gimana?” Athar mencoba untuk sabar. Kalau saja Allura bukan Istrinya, sudah Athar tinggal pergi sekarang juga.
“Apa-apaan pake senyam-senyum sama mantan? Emang masih belum clear hubungan kamu sama Kavya?”
Ya Ampun! Kali ini Athar menyandarkan kepalanya ke dinding dan memejamkan matanya—lagi—untuk beberapa detik. “Allura Azyan Fatiyya …” sudah menjadi kebiasaan kalau Athar sedang kesal namun tak bisa meluapkan kekesalan itu, ia akan menyebut nama lengkap lawan bicaranya—sama seperti Papanya.
“Apa?”
“Gue nggak—“
“Aku – kamu!” Allura menginterupsi.
“Oke. Aku nggak mau bahas soal mantan-mantanan lagi. Kita semua udah punya hidup masing-masing. Chana udah nikah, Kavya udah nikah, apa yang dipermasalahin?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle and Love On ✔
Random[SELESAI] Ini cerita tentang Allura yang terus berdiri melanjutkan hidupnya di atas garis luka yang sejujurnya sudah tak tertampung lagi. Juga ... Athar yang dunianya sudah tidak setenang dulu--sebelum semesta mempertemukannya dengan Allura. ... N...