"Hidup lah dengan tenang dan berdamai lah dengan luka yang ada,"
-oOo-
Hari ini merupakan hari PORSENI. Seperti biasa, Athar tergabung dalam team bola basket. Meskipun Athar sedang tidak mood karena harus memikirkan rancangan skripsinya, tapi apalah daya, ia tak punya kekuasaan untuk menolak perintah itu.
Dari beberapa bulan lalu sampai mungkin beberapa bulan berikutnya, waktu luangnya banyak yang tersita. Ia harus KKN, harus me-revisi skripsinya, harus OSCE, dan sebagainya. Selain lelah otak, lelah fisik juga-karena dari kemarin Athar harus mengikuti acara Bakti Sosial khusus untuk mahasiswa FK, ia juga harus bertanding basket antar fakultas dan sekarang-antar Universitas. Malamnya, Athar masih harus di kampus untuk menghadiri acara pentas seninya. Untung saja ia dikodratkan sebagai lelaki, bukan perempuan yang kalau lelah sedikit pasti hanya satu kalimat yang mereka ucapkan, ingin menikah.
Athar tidak biasa bertanding dengan kaos oblong, maka dari itu ia selalu memakai kaos dalaman dengan lengan panjang dan celana legging menutupi lutut yang didouble dengan celana pendek pasangan jerseynya. Setelah berdiskusi dengan teman satu teamnya, mereka pun memulai pertandingan.
Terdengar sorak sorai yang begitu nyaring dari penonton. Sementara Athar terus fokus pada pertandingannya. Tak peduli seberapa banyak wanita-wanita yang menjerit hanya karena melihat peluh Athar berjatuhan. Hiperbola? Ah, memang begitu kenyataannya. Bahkan ada yang terang-terangan meneriaki namanya. Tak hanya itu, ada juga yang membuat fancamnya Athar. Ini lebih terlihat seperti konser, sih.
Tim Athar masuk ke semi final, makanya dari kemarin ia belum sempat menoleh ke arah skripsinya karena harus berlatih. Meskipun tidak bisa menjadi juara pertama, Athar sama sekali tak masalah. Yah, hitung-hitung melenturkan badannya kembali-mengingat sudah sekian lama ia lupa berolahraga dengan rutin.
Tidak banyak yang terjadi hari ini. Selesai acara dan berfoto bersama, Athar berniat untuk langsung pulang. Tapi tiba-tiba ia ditahan oleh sejumlah teman-teman perempuannya. Ingin foto bersama, katanya. Tanpa berpikir panjang, Athar langsung meng-iya-kan dan tangannya langsung menarik Fariz yang kebetulan sedang berdiri sembari memainkan ponselnya di dekatnya. Jadi lah, bukan hanya Athar yang berfoto dengan dikelilingi perempuan-perempuan cantik dan wangi ini, tapi juga Fariz yang notabenenya masih jomblo sampai sekarang karena belum ada yang naksir.
Athar tidak pulang ke rumahnya. Sore ini, ia malah pergi ke Bandara masih dengan memakai jerseynya. Kata Nadine, Allura akan ke Bandara sore ini dan malamnya, gadis itu akan langsung terbang ke Korea Selatan. Athar menghentikan mobilnya. Baru saja ia ingin turun, tapi ia melihat Allura sedang berfoto bersama keluarganya. Tak lama kemudian, Allura memasuki gerbang check in. Athar hanya menghela nafas. Terlambat. Mungkin waktunya memang bukan sekarang untuk ia menyatakan perasaannya. Ya, sepertinya Athar sudah tahu tempat yang paling nyaman untuk cintanya.
-oOo-
Setelah mendengarkan pengakuan Chana tiga hari lalu, Allura tidak melakukan hal yang berarti selama ia di Bandung. Ia lebih sering mengurung diri di kamar dan hanya membaca quotes-quotes tumblr. Bahkan untuk makan saja, Neneknya harus membawakan makanannya ke kamar, baru Allura makan. Paling-paling ia keluar kamar hanya untuk ke kamar mandi.
Rasanya memang sesakit ini, ditinggalkan saat dirinya sudah berniat untuk meng-seriuskan hubungannya ke jenjang berikutnya. Untung saja Allura belum menyebar undangan. Coba kalau sudah, rasa sakitnya pasti menjadi sepuluh kali lipat. Pantas saja, waktu itu Chana selalu mengalihkan topik pembicaraan mereka di Instagram ketika Allura menyinggung topik pernikahan mereka.
Athar. Lagi-lagi nama itu terngiang-ngiang dipikirannya. Allura memang sudah move on dan tidak berniat untuk melanjutkan misi terdahulunya-membuat Athar jatuh cinta padanya-tapi, kemarin-saat Allura bertemu dengan lelaki itu setelah sekian lama mereka tak saling tatap wajah juga tak saling bicara, rasanya semua kenangan bersama Athar yang telah Allura kubur dalam-dalam, menyeruak begitu saja tanpa permisi. Apalagi saat Allura beralih untuk mengobati luka Athar. Jujur saja, bahkan sampai saat ini ia penasaran apa yang menjadi penyebab luka pada bagian ujung bibir lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle and Love On ✔
Rastgele[SELESAI] Ini cerita tentang Allura yang terus berdiri melanjutkan hidupnya di atas garis luka yang sejujurnya sudah tak tertampung lagi. Juga ... Athar yang dunianya sudah tidak setenang dulu--sebelum semesta mempertemukannya dengan Allura. ... N...