Chapter 08 : We Are Still Bestfriend?

1.9K 107 0
                                    

[ R E V I S I]

“Jangan terus mencari. Jadi lah yang dicari. Jangan terus mencari sahabat yang berusaha untuk menjadi yang terbaik. Jadi lah sahabat yang terus berusaha untuk menjadi yang terbaik,”

-oOo-

     Bahkan belum setengah perjalanan, Nadine sudah menyandarkan bahunya pada Allura. Matanya terpejam dengan damainya. Sementara Allura masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Mentari sudah memancarkan sinarnya. Dibalik kaca bus, Allura menatapi jalanan yang ramai dengan berbagai macam aktifitas manusia. Ketika membuka pintu rumah, maka kita akan menemukan kehidupan yang kompleks. Kita akan menemukan berbagai macam peristiwa. Dan ketika kita membuka pintu rumah, maka kita akan bertemu dengan hiruk pikuk kehidupan manusia. Ya, dunia ini ramai. Tapi Allura tak pernah merasakan itu.

     Tak ingin memiliki perjalanan yang tidak berkesan, Allura menyudahi kegalauan hatinya. Ia mengganti lagunya dari genre ballad ke genre fun. Di saat yang bersamaan ia juga mendapatkan notifikasi aplikasi youtubenya. Tanpa berpikir panjang, Allura langsung meng-klik pemberitahuan itu.

“WOAAHH! MY PRINCE!” seru Allura mengejutkan Nadine hingga Nadine terbangun dari tidurnya.

“Allura …!” Nadine mempautkan bibirnya.

“Oiya maap, maap sayangku cintaku,” Allura hanya menyeringai sambil merangkul Nadine dan memaksanya untuk kembali bersandar pada bahunya.

“Aduh, pala gue!” Nadine melepaskan tangan Allura kemudian merapikan rambutnya. “Udah napa, jangan nontonin Sehan Sehun mulu. Buang-buang waktu secara unfaedah lo, mendingan sini bobo bareng gue, kan ntar pas bangun sama-sama ada temen ngobrol,”

“Iya deh iya …” Allura mematikan layar ponselnya dan menyandarkan kepalanya ke kaca bus. Tadinya ingin berpura-pura tidur, sayangnya Allura benar-benar tertidur.

-oOo-

     Mereka berhenti di suatu tempat peristirahatan untuk Solat Subuh. Tak terasa, perjalanan sudah menghabiskan waktu satu hari.  Allura berdiri dan merenggangkan tubuhnya dengan menggerakkan tangan ke depan. Sementara Nadine turun duluan bersama Venya untuk pergi ke toilet. Baru saja ia ingin berjalan keluar bus, Chana menarik kerah belakang coatnya. Sontak Allura pun terkejut dan berjalan mundur kemudian berbalik.

“Aduh, ih!” Chana melepaskan tangannya dari coatnya Allura. “Apaan sih, Chan?”

“Abis solat, pesenin gue pop mie di warung itu, ya?” Chana menunjuk warung yang berada tak jauh dari bus mereka. “Oke?” Chana menunjukkan deretan gigi putihnya.

Allura hanya melirik Chana dengan sewot. “Dih, kok gue. Apa-apaan nih,”

“Yeuuuu kutil, napa … pesenin,” Chana sengaja meng-imut-imutkan wajahnya. Berharap Allura mengasihaninya. “Temen gue duluan turun, nggak pada bangunin gue,”

“Lah salah lo lah. Lagian kan ntar solat, lo ketemu temen-temen lo lah. Bareng aja,”

Chana menyerah untuk membuat alasan lain. Jujur saja, Allura sedikit keras kepala. “Oke. Gue nggak punya alasan lain. Tapi gue mau makan sama lo,”

“Kan nanti juga kita ada jam sarapan pagi. Sabar aja kenapa, sih!?” Allura berkacak pinggang. “Masih pagi udah makan mie,”

“Dari pada makan ati,”

“Kenchana … Allura …” Pak Desta mendengar pembicaraan mereka. “Kenapa nggak turun? Nggak mau solat, hah!??” Pak Desta sudah mengangkat botol air mineral seakan-akan ingin melemparkannya kepada mereka jika mereka tidak segera ke Masjid.

Struggle and Love On ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang