Chapter 11 : Heart Hurt

2.1K 114 0
                                    

“Jangan biarkan hatimu terluka lebih dalam. Katakan  lah bahwa hatimu memang terluka,”

-oOo-

     Waktu terus berlalu tanpa jeda. Tak ada perbaikan antara jalinan persahabatan Allura, Nadine, Khanza, Sania dan Cecil. Allura sendiri tidak begitu mengerti inti masalah yang membuat mereka renggang seperti ini. Tak ada salah satu dari kelimanya yang berinisiatif untuk berusaha memperbaiki jalinan persahabatan di antara mereka.

     Juga … tak ada perbaikan antara hubungan keluarga kecilnya. Di dalam retaknya kehidupan Allura, ia justru tidak tahu harus apa dan tidak tahu harus dari mana ia memperbaikinya. Allura seperti terombang-ambing dalam kehidupan. Kehidupan yang ternyata jauh lebih buruk dari yang buruk yang pernah ia bayangkan. Semuanya mendadak hancur dan rapuh begitu saja. Allura benar-benar tak pernah mengerti.

     Hari ini, ia akan mengadakan pertemuan dengan Caca dan teman-temannya di sebuah Restoran yang tidak jauh dari tempat latihan dance mereka. Hari ini ia tidak membawa motor, melainkan naik ojek online dikarenakan Allura sedikit tidak enak badan. Seperti biasa, Allura datang ke Restoran yang telah ditentukan lebih dulu daripada ke delapan teman-temannya. Kurang lebih sepuluh menit, akhirnya mereka semua kumpul untuk membicarakan suatu hal. Belum sempat mereka memulai pembicaraan, tiba-tiba seorang perempuan dengan rambut pirang dengan mata yang memiliki double eyelid datang dan duduk di seberang Allura. Carlin datang pada pertemuan hari ini.

“Jadi?” Caca memulai sebuah obrolan.

Allura menunduk sejenak kemudian kembali menegakkan kepalanya. Tak ada ekspresi yang berubah dari wajahnya. Datar dan terlihat tidak bersemangat. “Ya …” Allura mulai membuka mulutnya. “Gue mutusin buat leave dari GNG,”

“Semudah itu, Ra?” tanya Yumna di tengah-tengah kecanggungan mereka bersepuluh.

Allura mengangguk. “Dari awal, gue melihat kalian kurang cocok sama gue. Seberapa banyak pun gue mencoba akrab dan mengerti kalian, tapi feedback kalian ke gue gitu-gitu aja. Dan udah kesekian kali gue merasa tidak dihargai di sini,”

“Ra, kita emang jarang ngelibatin lo. Itu karena—“

“Karena kalian merasa gue masih orang baru?” Allura memotong pembicaraan Yola. “Gue bahkan bisa ngitung berapa kali kalian quality time tanpa gue, kalian meeting tanpa gue dan gue tinggal terima jadi. Gue juga bahkan bisa ngitung berapa kali kalian kesel sama gue hanya karena keterlambatan gue yang nggak seberapa,” Allura menghela nafas. “Daripada gue menyiksa diri gue karena tertekan, mending gue menyudahi semuanya. Terima kasih atas kerja sama kalian selama ini, dan gue minta maaf kalo keputusan gue kurang enak, tapi ini yang gue inginkan. Gue harap kalian mengerti,”

Diam. Mereka berdelapan saling bertatap-tatapan bingung karena harus memberikan respon bagaimana. Sementara Carlin, Carlin masih menatap wajah Allura lekat-lekat.

“Maaf ya, Ra. Gue udah ngebuat lo merasa terbebani. Harusnya gue nggak pernah minta agensi untuk nyeret lo ke sini. Maaf,” kemudian Carlin beralih pandang kepada teman-temannya yang sedang terdiam. “Makasih ya, kalian. Kalian bener-bener sahabat terbaik buat gue. Terima kasih karena selalu menganggap gue ada meskipun gue jarang bareng sama kalian,”

“Kita nggak bisa ngelupain sosok lo,  Lin,” ujar Yola kemudian disetujui dengan anggukkan kepala  member yang lain.

“Yaudah, karena Carlin udah balik juga, gue mengundurkan diri. Sah,” ucap Allura kemudian membereskan tasnya dan hendak pergi meninggalkan Restoran tanpa memakan makanan yang telah dipesan—bahkan tanpa memberi salam.

Caca yang merasa kebingungan, buru-buru mengejar Allura.

“Ra,” Caca menahan tangan Allura hingga Allura menghentikan langkahnya dan berbalik.

Struggle and Love On ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang