Chapter 05 : Finally, we meet

2.6K 115 0
                                    

[R E V I S I]

"Ada pertemuan yang bahkan belum pernah tergambar dipikiran kita sebelumnya,"

-oOo-

Malamnya, setelah Allura selesai latihan dance bersama teman-temannya, ia mengunjungi Café favoritenya. Bukan. Ia ke sana bukan ingin bersantai-santai, melainkan ingin bertemu seseorang yang berhasil menarik hatinya. Seseorang yang berhasil membuat Allura tak berhenti memikirkannya.

Alasannya yang membawa kakinya ke tempat ini adalah rindu yang begemuruh di dadanya. Ia juga ingin bertemu dengan Athar untuk mengantarkan rasa terima kasihnya karena sudah menyelamatkannya ketika dia pingsan pada beberapa minggu lalu. Allura tak lupa membawa sebuah kantung plastik berwarna putih yang berisi makanan dan minuman cepat saji. Ya, hitung-hitung sebagai feedbacknya pada Athar.

"Maaf, Mbak. Ada Athar?" tanya Allura pada wanita berhijab abu-abu yang menjaga kasir.

"Pak Athar?"

Allura sedikit membulatkan matanya. "E-eh? Pak?"

"Sebentar, ya," katanya sambil tersenyum. "Bisa tunggu di sana," wanita itu menunjuk sebuah bangku yang tak jauh dari meja kasir.

Kurang lebih dua menit Allura menunggu sambil membaca beberapa artikel di ponselnya, orang yang ditunggu-tunggu pun datang.

"Assalamualaikum. Permisi?"

Allura mengangkat kepalanya. "Waalaikumusalam. Ee-eh?"

"Ada keperluan apa? Lamar kerja?"

Allura menggeleng. "Bu-bukan,"

"Terus?"

"Eum, ini-" Allura mengambil bingkisannya untuk Athar. "Nggak seberapa, sih. Cuma terima aja ya, itung-itung ucapan rasa terima kasih gue ke lo dan ke keluarga lo,"

Athar menerima bingkisan yang diberikan Allura. "Dalam rangka?"

Allura sedikit jengkel. "Gini ya ..." Allura menghela nafas. "Waktu itu kan lo pernah nyelamatin gue, dan gue belum sempet ngucapin terima kasih ke lo. Bahkan ketemu di jalan pun, lo kayak nggak kenal gitu ke gue,"

"Emang kita nggak kenal, kan?"

"Eh?" Allura tertawa kaku. "O-o ... iya iya iya,"

"Udah? Gue pergi, was-"

"Eh eh nanti dulu!" Allura menahan Athar yang hendak berdiri meninggalkannya.

"Kenapa?" Athar kembali duduk di kursinya.

"Gue ..." Allura mengigit bibir bawahnya-gugup. "Bisa ngobrol sama gue lebih lama lagi?"

-oOo-

Dibawah gelapnya langit Jakarta, mereka berjalan beriringan tanpa percakapan apapun. Tak ada yang ingin memulainya lebih dulu. Keduanya sama-sama diam, sama-sama menunggu yang lain mengangkat suara. Sementara Allura dalam imajinasinya sendiri, tersenyum-senyum sendiri hingga pipinya bersemu-semu. Ia tidak memulai percakapan bukan karena ia bingung mencari topik, tapi karena ia terlalu bahagia malam ini. Malam yang paling mengesankan dibanding malam-malam pada ratusan hari yang telah ia lalui.

"Lo kerja sambilan di Café itu? Denger-denger katanya lo juga kuliah," Allura berbasa-basi.

"Bisa dibilang begitu. Iya, gue kuliah. Tapi sekarang mau pindah jurusan," jawab Athar dengan kedua tangan yang masih berada pada saku celananya dan pandangannya yang lurus ke depan.

"Loh? Kenapa?"

"Kepo lo,"

Allura meneguk air liurnya sendiri. Jawaban yang cukup menohok dirinya.

Struggle and Love On ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang