“Kalau kau melakukan kesalahan, katakan kesalahanmu lalu minta maaf lah. Jangan berbohong, pergi lalu menghilang.”
-oOo-
Allura memandangi sebuah pashmina instant berwarna putih dan ukurannya cukup panjang. Tangannya mengelus kain satin yang dipakai sebagai bahan dasar kerudung tersebut. Ujung bibirnya tertarik ke atas. Sudah tiga tahun barang ini masih tersimpan rapi di kotak yang kini kertas kado biru langitnya sudah robek di beberapa bagian. Bukan apa-apa, masalahnya Allura tidak tahu harus memakai kerudung ini di acara-acara seperti apa. Selama ini, ia hanya memakai pakaian yang simple-simple saja karena memang sejauh ini belum ada acara yang berarti. Hidupnya di Korea Selatan hanya sebatas warga negara asing yang sedang menimba ilmu di salah satu Universitas dengan jurusan perbisnis-an. Kalau pun jalan-jalan, paling-paling sekedar ke Taman Nasional, ke rumah teman atau saudara tantenya, pulang ke Indonesia dan sebagainya. Yah … begitu-begitu saja. Kalau memakai kerudung ini rasanya terlalu ‘nyentrik’. Meskipun warnanya putih, tapi cukup menarik perhatian karena ukurannya yang sampai menutupi perut dan bahannya yang mengkilap-kilap kalau-kalau terkena sorotan cahaya.
Dalam diamnya Allura berpikir, Athar memberikan kerudung ini tujuannya menyuruh Allura pergi haji atau apa, sih? Tapi bagaimana pun Allura merasa begitu senang karena Athar seperti memberikan secercah harapan lewat hadiah ini yang diberikan sebelum akhirnya Allura meninggalkan Indonesia. Sepotong roti pemberian Athar saja begitu berharga, apalagi barang seperti ini. Kalau bisa, dari kemarin juga Allura ingin memasukkannya ke Museum.
Kemudian pandangannya beralih pada sebuah papan yang dipasang di atas meja belajarnya. Di sana, ada foto Allura dengan Chana. Tidak hanya satu, tapi bahkan lebih dari lima. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar. Tiga tahun bukan waktu yang belum memungkin untuk menumbuhkan cinta Allura pada Chana. Jujur saja, lama-kelamaan Athar memudar dari hati dan pikirannya. Tapi Allura tidak bisa menjamin untuk tidak kembali jatuh cinta ketika bertemu lagi dengan Athar.
Sekarang, Allura sudah membiarkan Chana masuk ke dalam hatinya. Perlahan, Allura membiarkan Chana berjalan-jalan di hatinya. Sekitar enam bulan yang lalu, Allura baru sadar kalau menjalin sebuah hubungan harus memakai komitmen. Terlebih lagi, bulan besok Allura genap dua puluh tahun. Masa iya masih ingin main-main dengan hubungannya.
Tapi anehnya, akhir-akhir ini Chana menjadi sedikit kaku. Ia tidak se-menghebohkan dulu dan mudah sekali tersinggung. Chana berbeda. Chana berubah di saat Allura sedang sayang-sayangnya. Sekarang, lebih banyak email yang Allura kirimkan dibanding Chana yang mengirimkan. Sekarang, Chana sudah tidak seheboh dulu saat mengunggah foto berdua dengannya. Sekarang, Chana bahkan tidak membalas direct messenger yang Allura kirimkan dari dua hari yang lalu—padahal lelaki itu mengunggah foto pada snapgramnya.
Tidak. Allura tidak curiga Chana selingkuh karena ia sudah memberikan kepercayaannya pada Chana ketika lelaki itu memintanya untuk percaya. Tak pernah sedikit pun Allura merasa Chana akan mengkhianatinya. Ia yakin sekali kalau sesungguhnya Chana adalah lelaki yang baik. Apalagi untuk perempuan tercintanya.
Allura percaya.
Telunjuknya mengetuk-ngetuk meja belajarnya. Bibirnya terbungkam dan tangan kirinya memijat-mijat pelipisnya. Sedang apa Chana sekarang? Kenapa lelaki itu sudah tidak memberikan kabar sejak seminggu yang lalu?
“Ra?” panggil Tante Herlina sembari membuka pintu kamarnya. “Ada Azzahra, nih,”
“Eh? Ada apa?”
Tante Herlina mengedikkan bahu. “Nggak tau. Bawa si Yeri juga,”
Kalau Fika sohibnya Nabila, maka Azzahra sohibnya Yeri. Allura beruntung sekali karena memiliki teman satu negara yang asik-asik. Jauh lebih asik daripada temannya semasa SMA. Saat itu, Allura les bahasa Korea dan mengalami berbagai macam kesulitan. Kebetulan, ada dua anak baru—Fika dan Nabila—yang sama-sama mengalami kesulitan berbahasa. Mereka saling berkenalan dan akhirnya membuat sebuah group chatt. Entah untuk sekedar bergurau atau mengeluhkan nasib mereka masing-masing. Mereka bertiga juga sering hangout bersama. Oh ya, Fika dan Nabila ini sudah bersahabatan sejak kelas delapan SMP. Makanya mereka seperti dua saudara yang tak bisa dipisahkan. Tidak seperti teman-temannya yang dulu, Fika dan Nabila sangat welcome pada Allura. Bahkan mereka yang mengusulkan untuk membuat group chatt tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle and Love On ✔
Random[SELESAI] Ini cerita tentang Allura yang terus berdiri melanjutkan hidupnya di atas garis luka yang sejujurnya sudah tak tertampung lagi. Juga ... Athar yang dunianya sudah tidak setenang dulu--sebelum semesta mempertemukannya dengan Allura. ... N...