Chapter 12 : Fake News

1.9K 114 0
                                    

"Kamu harus tahu bahwa sebuah berita bisa mengubah pandangan seseorang,"

-oOo-

Hari ini, sesuai jadwal yang telah ditentukan, Allura mengadakan kerja kelompok di Aula Sekolah bersama teman sekelompoknya pada pelajaran seni budaya. Guru Seni Budaya mereka menyuruhnya untuk membuat drama tari sendiri tanpa menjiplak karya-karya Drama Tari dari orang lain. Mulai dari gerakan, kostum dan properti, harus dibuat dengan kerja sama kelompok mereka sendiri. Agar tidak terlalu sulit, Guru mereka memperbolehkan anak-anak untuk mencari referensi dari internet. Meskipun begitu, tetap saja, tugas ini cukup sulit. Pasalnya, ia tidak kebagian waktu untuk membuat Drama Tari secara maksimal. Sekolahnya menerapkan sistem Full Day School. Meski ada hari-hari lain untuk kerja kelompok, terkadang Allura sudah kelelahan duluan sebelum jadwal kerja kelompok ditetapkan. Terkadang juga, hari-hari libur itu dipakai untuk mengerjakan tugas yang deadlinenya lebih dulu dari pelajaran Seni Budaya.

Allura memijat-mijat tengkuknya. Ia merasa lelah karena akhir-akhir ini ia merasa kurang tidur dan terlalu banyak menghabiskan waktu di meja belajar. Mengingat ulangan harian akan diadakan beberapa hari kemudian. Sementara teman-temannya yang lain sedang sibuk mencari referensi untuk kostum dan properti mereka. Sebenarnya, Dita juga satu kelompok dengan Allura. Namun, sudah tiga kali pertemuan ia tidak datang. Hal ini membuat teman-teman satu kelompoknya merasa kesal dan tak jarang Allura menjadi pelampiasan kekesalan mereka.

"Ra ..." Salsa memanggil Allura.

"Kenapa?"

"Dita nggak datang lagi?" tanya Salsa dengan raut wajah yang sedikit judes.
Allura menggelengkan kepalanya pelan. "Maaf ya, Sal? mungkin dia lagi sibuk? Gue juga nggak tau sih. Dari kemarin juga udah gue bilangin,"

"Ra, kelompok lain bahkan udah kompak-kompak loh pas latihan gerakan pertama. Kita? Gerakan pertama aja belum ketemu-ketemu," kata Falia dengan nada suara yang sedikit ketus.

Allura men-jeda video tari yang sedang ia tonton. "Loh? Kan kemarin gue udah usul soal gerakan pertama. Kita ngambil dari video yang kemarin gue kasih liat. Tapi kalian malah ngacangin gue dan nggak nerima saran gue,"

"Gerakannya terlalu biasa, Ra. Nggak kece," sahut Rani.

"Ran, plis. Waktu kita mepet. Belum ulangan harian, belum ulangan tengah semester, kita nggak bakal cukup waktunya untuk nyari gerakan yang kece,"

"Tapi gue maunya kelompok kita paling sempurna, Ra. Paling bagus," Rani tidak mau kalah.

"Kalo lo mau buat yang sempurna, yang ada malah nggak dapet-dapet. Untuk praktek kita nggak perlu tarian yang susah dan perfect, asal rapi, kompak dan keliatan 'niat' juga udah bagus menurut gue,"

Suasana berubah menjadi tegang. Sementara Tiara dan Fina hanya saling berdiam diri sambil terus fokus dengan laptop untuk membuat naskah drama tari mereka.

"Yaudah lah, lo nggak usah nyari. Biar gue aja yang nyari. Lo diem aja," kata Rani kemudian. Tentu saja hal itu membuat Allura merasa kesal.

"Apa-apaan lagi coba? Gue juga satu kelompok sama kalian, tapi kalian kayak nggak nganggep gue kelompok kalian. Semua saran gue kalian tolak, pendapat gue kalian tolak, bahkan beberapa kali gue yang dikacangin. Sekarang kalian malah nyuruh gue diem. Salah gue apa coba?"

"Padahal gue udah asik sama lo, tapi ternyata lo orangnya begini juga ya," gumaman Salsa terdengar di telinga Allura.

Allura memejamkan matanya sejenak. Lagi-lagi ia diperlakukan seolah-olah ia adalah pelaku, padahal ia adalah korban.

"Gue nggak pernah menyembunyikan sifat diri gue. Gue memang sering memendam amarah serta rasa kekecewaan gue. Tapi hal itu nggak bikin diri gue menjadi lebih baik. Sekarang, gue akan mengeluarkan apa yang sebenernya gue rasain tanpa harus memendamnya. Kalian tau kenapa? Karena kalau kita diam dan tak bersuara ketika orang lain memperlakukan kita secara nggak adil, orang itu nggak akan sadar! Nggak akan pernah."

Struggle and Love On ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang