[ R E V I S I]
"Kenapa siklus kesedihan dan kebahagiaan tak pernah bisa diprediksi?"
-oOo-
Begitu banyak masa-masa sulit yang telah Allura telan bulat-bulat. Mulai dari kabur bersama Mama dan adik-adiknya dari rumah agar Papanya merasa kehilangan, kemudian bersembunyi di daerah mana pun agar mereka bisa hidup tenang tanpa pertengkaran meski hanya dua hari, sampai Allura yang entah sudah berapa kali kabur-kaburan sendiri tanpa satu pun seseorang yang menemaninya.
Mungkin tidak setiap hari Allura mengalami masa-masa sulitnya. Ada beberapa waktu di mana Allura merasa keluarganya 'hidup' kembali. Salah satunya ketika mereka quality time di hari Minggu. Meskipun suasananya tidak seindah sebelum hadirnya orang ketiga di dalam keluarga mereka. Bahkan Allura lebih sering menghabiskan waktunya berdua dengan Mamanya. Seperti pergi ke salon berdua, shopping berdua dan makan berdua. Sudah dari sejak Allura pindah ke rumah orangtuanya, ia lebih dekat dengan Mamanya. Terlebih lagi Allura sudah remaja sekarang, antara dirinya dan Mamanya sudah saling terbuka. Sudah saling curhat dan saling memberikan respon yang cukup memuaskan.
"Ma, kenapa kita ngak dari dulu sering berduaan kayak gini, sih? Lebih enak jalan berdua dari pada satu keluarga tau, rempong," kata Allura kemudian menjilat ice cream conenya.
"Dulu kan Mama kerja terus, nggak ada waktu. Sampe rumah udah kecapean, sekarang Mama minta keringanan waktu biar nggak stress. Udah stress karena kerjaan, ditambah Papamu begitu, bisa-bisa penyakit Mama kambuh," jawabnya.
"Eh Ma, tau nggak-"
Kring ... kring ...
"Iya halo?" Mama mengabaikan Allura."Apa!? serius? terus suami saya di mana? ... oke, oke,"
Allura tertegun melihat raut wajah Mamanya begitu serius.
"Allura, Mama harus nyamperin Papamu,"
"Kenapa, Ma?"
"Papa kamu maen cewek terus, Mama mau ngelabrak dia,"
Allura menutup mulutnya dengan tangannya sendiri. "Infonya real nggak, Mah? Lagian nggak usah ngelabrak-labrak, Mah, biarin aja, Allura takut Mama nggak bisa control emosi,"
"Ini nggak bisa dibiarin, Ra. Papamu keterlaluan,"
"Ma ..." Allura memegang tangan Mamanya.
"Mama nggak akan yang aneh-aneh kok, Ra. Kalo pun main fisik, Mama siap dan insyaallah Mama nggak apa-apa. Kamu jangan pikirin Mama,"
"Ma, gimana bisa Allura nggak kepikiran, Ma?" Mata Allura berkaca-kaca. "Udahin semuanya, Ma ... Mama jangan terlibat lagi, Allura nggak mau Mama kenapa-kenapa,"
"Ra, kamu harus jadi anak yang kuat. Saat orang yang kamu cintai sedang berada di jalan yang salah, harus ditampar biar balik lagi ke jalan yang seharusnya,"
"Tapi Ma ..."
"Mama janji, Mama nggak akan kenapa-kenapa,"
Pegangan tangan Allura semakin erat. "Janji ya, Ma ..."
"Iya sayang," Mama mencium kening Allura. "Nih ongkos buat kamu pulang sama makan malem,"
Allura memilih langsung pulang ke rumah dibanding membeli makanan untuk makan malamnya sendiri. Begitu sampai, rumahnya begitu gelap. Tak ada nyala lampu untuk menandakan bahwa rumah itu masih dihuni. Allura sempat menghentikan langkahnya untuk memerhatikan rumahnya. rumah yang menjadi saksi bisu bahwa keluarganya dulu pernah bahagia sebelum hancur seperti saat ini. Ketika Allura ingin membuka gerbang, tiba-tiba saja ada dua orang wanita paruh baya melewatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle and Love On ✔
De Todo[SELESAI] Ini cerita tentang Allura yang terus berdiri melanjutkan hidupnya di atas garis luka yang sejujurnya sudah tak tertampung lagi. Juga ... Athar yang dunianya sudah tidak setenang dulu--sebelum semesta mempertemukannya dengan Allura. ... N...