Part 4 - Quality Time

431 60 0
                                    















☘️☘️☘️

  BRUK!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BRUK!

Kava meringis ketika bokongnya menghantam lantai dengan keras. Kepalanya mendongkak, dan terkejut ketika mendapati Juna—kakak kelasnya sekaligus anggota Radevilion—yang menabraknya.

  "Sorry sorry!" ucapnya, lalu berlari terbirit meninggalkannya.

  "Emang gak ada adab anak Radev," cibir Kava sambil berusaha bangkit dari jatuhnya walaupun sesekali meringis. Lagipula, kenapa cowok itu masih berada di sekolah saat sore menjelang malam seperti ini?

  Bruk!

  "Aduh!" Kava meringis lagi ketika bokongnya kembali menghantam lantai. Kali ini, pelakunya adalah Leon—anggota Radevilion yang lainnya.

  "Waduh," ringis Leon ketika melihat Kava yang juga meringis di depannya. "Sini bangun, gue bantu."

Sebelum Kava meraih tangan Leon, tangan lain buru-buru meraih tangannya untuk bangkin dari jatuhnya.

"Kamu gak apa-apa?" tanya laki-laki yang membantunya berdiri itu, tentu saja Marvel.

"Gak apa-apa, kok."

"Kalau gitu, ayo pulang!"

Dahi Kava berkerut, "Emang gudangnya udah rapih?" tanyanya.

"Malah jadi nyamuk gue," gumam Leon, lalu berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.

"Udah dong," jawab Marvel sombong.

"Emang kamu buat salah apa?" tanya Kava ketika mereka berjalan beriringan ke parkiran sekolah.

"Eum.. ," Marvel berpikir sebentar, lalu menjawab, "Kemaren aku mau manasin dessert box di microwave, terus meleleh sama tempat-tempatnya."

"Seriusan?" Mata Kava membelalak, lalu terbahak keras. Tapi karena ia sadar jika tawanya menggema di koridor sekolahnya, gadis itu menghentikan tawanya.

  Kretek!

  Mendengar bunyi ranting pohon yang dipatahkan, Kava merapatkan tubuhnya pada tubuh Marvel. Sepertinya ia tertawa dengan sangat keras sehingga mengganggu ketenangan penghuni sekolah-nya.

  "Avel, ayo kita jalan cepet ke parkiran. Aku takut," cicit Kava sambil menggenggam pergelangan tangan Marvel kuat-kuat.

  "Takut apa?" tanya Marvel dengan nada menggoda.

  "Jangan ngeledek, Avel!" seru Kava yang membuat Marvel terbahak, lalu melotot ketika melihat sesuatu di belakang kekasihnya itu.

  "Eh itu ada—" belum sempat Marvel menyelesaikan ucapannya, Kava sudah berlari terbirit menuju parkiran. "Arin!" panggilnya, tapi tidak ada jawaban dari kekasihnya itu. Cowok itu menghela napas, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju parkiran hingga kembali mendengar suara ranting pohon diinjak seseorang.

MarvelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang